"Siapa yang bertugas mengemas data pelanggan?" Ahn berbicara dengan suara lantang yang membuat semua orang di ruang itu terdiam.
"Saya pak." Alexsa berdiri dan menatap Ahn.
"Bawak semua data yang sudah selesai ke ruangan saya. Cepat!." Suara Ahn yang tegas dan kasar membuat para wanita yang membicarakan Ahn tadi meringkuk karena takut.
"Astaga, apa lagi ini." Alexsa membereskan berkas dan langsung menuju ruangan kerja Ahn.
Di ruang kerja nya, Ahn menghadap keluar jendela, saat Alexsa datang di tak langsung membalikkan kursi nya melainkan tetap membelakangi Alexsa.
"Permisi pak, ini berkas yang anda minta." Alexsa mengetuk pintu ruangan yang telah terbuka.
Setelah meletakkan berkas di meja Alexsa hendak pergi namun di hentikan pria itu.
"Siapa yang menyuruh mu pergi?" Ahn membalikan kursi nya dan menatap punggung Alexsa.
"Maaf pak, saya pikir tugas saya sudah selesai." Alexsa berbalik dan melangkah perlahan ke arah meja Ahn.
"Begini, kontrak ini masih atas nama ayah ku. Jadi karena kamu adalah orang kepercayaan di bidang ini tolong nanti sehabis jam kerja kamu datang kerumah dan bicara pada ayah ku." Suara pria itu sekarang rendah tak seperti tadi.
"Rumah anda pak, tapi kenapa tidak anda saja." Alexsa sedikit terkejut.
"Kenapa, rumah ku tidak terlalu jelek. Aku tidak bisa karena baru disini aku harus mendatangi klien ku untuk beberapa hari kedepan mungkin aku tidak ada dikantor ini. Jadi untuk kontrak yang masih atas nama ayah ku tolong dulu suruh dia yang mengurus."
"Tapi tuan..". Alexsa baru bicara sebentar tapi pria itu sudah berdiri dan tubuh nya membuat Alexsa terkejut ternyata saat melepas jas memang tubuh pria itu sangat besar dan indah.
"Kenapa, santai aja nanti aku akan mengantar kmu ke rumah ku."
"Baik tuan" Alexsa sangat malu dan langsung menunduk kan kepalanya.
"Baik sekarang kau boleh pergi."
Alexsa langsung meninggalkan ruangan itu. Apa ini dia mengancam ku. Tapi kenapa tadi aku langsung menyetujui nya." Astaga bodoh sekali aku." Alexsa menyesali yang terjadi pada nya.
Sesampainya di tempat kerja Alexsa. Ia langsung ditanyai para wanita yang membicarakan Ahn tadi.
"Ada apa, apa kau di marahin?" Wanita berkacamata itu bertanya pada Alexsa.
"Tidak, tidak ada yang terjadi hanya saja dia terlalu mengerikan." Alexsa memejamkan mata sebentar dan kembali menatap laptop nya.
Selesai jam kerja Alexsa berjalan keluar kantor, ia selesai lebih cepat karena tugas nya hanya mengantar berkas ini pada bos lama nya. Di depan tempat parkir Ahn sudah menunggu Alexsa.
Alexsa langsung berlari kecil menghampiri Ahn.
"Silakan masuk. Rumah ku mungkin agak jauh." Ahn membuka pintu mobil untuk Alexsa.
Saat di perjalanan Alexsa meminta berhenti sebentar untuk membeli buah tangan di toko pingir jalan untuk buah tangan kerumah Ahn.
Tak banyak yang di beli Alexsa hanya sebotol teh teradisona dan beberapa biskuit kering karena bos lama nya suka minum teh.
Sampailah rumah besar bak istana dengan chat putih dan sedikit sentuhan warna emas. Rumah 3 lantai itu memiliki kolam ikan besar di depan rumah nya.
Saat turun dari mobil Alexsa terkejut, bagaimana bisa ia tidak tahu ada rumah semegah ini sedangkan kota ini sudah ia ketahui.
"Ayo silakan masuk." Ahn membuka pintu rumah dan betapa terkejut nya Alexsa, rumah itu memang benar-benar seperti istana. Saat baru memasuki rumah lantainya yang seperti emas memancarkan kemewahan.
"Ayo sini. Kamar ayah ku ada di atas." Ahn membawa Alexsa ke sebuah lift di rumah itu.
Sampai di lantai 2, benar saja ruangan ini berbeda lebih terlihat klasik dan elegan tak seperti di lantai 1 berjalan beberapa lamgakah mereka sampai kedepan pintu dan saat di buka terlihat Zhang-huang sedang duduk di kursi kayu.
"Ayah, pegawai mu membutuhkan mu." Ahn mengetuk pintu kamar dan ayah nya menoleh menatap Alexsa.
"Aaa..Alexsa, silakan masuk. ada apa?" pria tua itu tersenyum dan mengibaskan tangan nya memanggil Alexsa.
Saat duduk di hadapan pak Zhang, Ahn tidak memasuki ruangan.
"Pak Ahn, anda tidak ikut masuk?" Alexsa menatap Ahn yang masih berdiri di pintu kamar.
"Tidak, aku harus pergi sekarang. Nanti sebelum senja aku akan mengantar mu pulang." Ahn berbicara sambil memperbaiki jam tangan nya.
Alexsa hanya menganguk kecil dan Ahn meninggalkan mereka.
Saat sedang berbincang mengenai kontrak itu seorang anak laki-laki berusia 5 tahun berlari memasuki kamar pak Zhang.
"Kakeek.." Suara anak itu lucu dan terdengar jelas.
Saat sampai di hadapan Alexsa anak itu terdiam dan menatap Alexsa. Mata anak itu yang berwarna hazel terang serta bulu mata yang melentik seperti ayah nya wajah, hidung dan mulut nya yang mungil terlihat seperti boneka. Lama Alexsa menatap anak itu karena wajahnya yang sangat mengemaskan.
Seperti nya ia baru pulang sekolah, pakaian sekolah nya seperti sekolah untuk para anak sultan, rambut anak itu yang kecoklatan mengkilap saat terkena cahaya sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar Pak Zhang.
"Kakek, itu siap?" Anak itu menghampiri pak Zhang.
"Nona ini adalah orang yang berkerja di tempat ayah mu, nama nya Alexsa." Pak Zhang mengusap kepala anak itu.
"Halo, aku Alexsa siapa nama pangeran manis ini?" Alexsa menyapa sambil tersenyum manis.
"Aku putra papa Ahn Lian-huang, Han Kai-huang. Panggil saja aku Kai hehehe..." anak itu tersenyum bangga saat menyebutkan nama nya.
Ternyata pak Ahn memang sudah menikah dan mempunyai putra, bahkan anak sudah berusia 5 tahun.
"Kakek, apakah nona ini akan berkerja di rumah kita juga?" Anak itu bertanya sambil berhusa meraih kerah baju kakek nya.
"Hahaha..tidak, dia meminta kakek melihat beberapa berkas ini. Nanti nona ini akan di antar lagi oleh ayah mu." Pak Zhang menggendong anak itu di pangkuan nya.
Selesai menanda tangani kontrak, ternyata jam di tangan nya masih menunjukan pukul 17.27 dan Ahn juga belum datang. Tiba-tiba putra pak Ahn menghampiri Alexsa.
"Nona, apa aku bisa memanggil mu ibu?" Anak itu meraih tangan Alexsa.
"Apa, hehe..jangan aku belum menjadi ibu-ibu Alexsa membungkuk kan badan dan mensejajarkan dengan tinggi anak itu.
"Lalu apa, apakah mama?" Anak itu menatap Alexsa dengan mata yang bersinar.
"Tidak, tidak, panggil kakak saja bagaimana?" Alexsa memegang kedua tangan anak itu.
"Tidak, kau bukan anak papa, aku akan memanggil mu Alexsa juga, seperti yang di panggil kakek." Anak itu mengerutkan kening nya.
"Tapi kan aku lebih besar darimu.
"Tapi aku lebih kaya dari mu" anak itu berbicara seperti kakek nya.