Chereads / Cinta di antara dua Mafia / Chapter 45 - The war (1)

Chapter 45 - The war (1)

Malam sebelum kejadian...

"Bi, kakak dan Ellice di mana? Kenapa tumben rumah sepi?" tanya Calvin sambil meregangkan dasinya. Ia baru pulang dari kantor, karena ada pertemuan bisnis yang harus ia hadiri hingga larut malam.

"Tuan dan nyonya sedang di ruang kerja tuan Channing, tuan." jawab bibi. "Padahal mereka belum makan malam. Tapi sepertinya tuan Channing dan Nyonya Ellice tidur di sana, tuan." imbuhnya.

"Jadi mereka belum makan? Itu artinya Kakak belum minum obat? Dan Ellice? Oh God, Kakak harus minum obat, dan Ellice dia se... Ee... Kalau gitu aku akan ke ruang kerja kakak dulu. Makasih Bi." hampir saja Calvin keceplosan hendak mengatakan jika Ellice sedang hamil.

Calvin bergegas menuju ruang kerja sang kakak. Karena tak ada jawaban ketika ia mengetuk pintu kamar, akhirnya Calvin langsung membuka pintu dan wajahnya langsung mengekspresikan suatu perasaan yang tak bisa ia artikan sendiri.

Di mana kakak dan wanita pujaan hati sedang tidur, dengan tangan Channing memegang erat tangan sang istri. Ada rasa bahagia melihat pemandangan seperti itu, namun ada juga rasa ego-nya yang membut hatinya sedikit... cemburu.

Rasanya Calvin tak tega untuk membangunkan keduanya. 'Biar saja dulu mereka seperti itu. Mungkin mereka butuh waktu berdua. Selamat tidur kak, Ellice.'

Ia sadar jika dirinyalah perusak rumah tangga kakak dan wanitanya. Hal itu membuat dirinya tak layak di katakan sebagai seorang pria.

Calvin menutup kembali pintu ruang kerja perlahan dan meninggalkan keduanya di sana. Sedangkan dirinya masuk ke kamarnya. Melepas lelah setelah seharian bekerja.

Meski tak dapat menggapai pelukan Ellice hari ini, setidaknya ia memiliki pakaian Ellice. Yang masih tersimpan dengan rapi, dan terselip di tumpukan pakaiannya.

***

"Kau sudah siap menyerang hari ini Charlo?" tanya Rohas pada Charlo yang sedang memasang semua peralatan perang pada tubuhnya. Tepat tengah malam, ia dan anak buahnya siap beraksi.

"Tentu saja paman, aku dan yang lain sudah siap untuk menghabisi keluarga Alcantara. Paman tetaplah di sini dan lindungi semua aset milik kita." jawab Charlo tersenyum culas pada Rohas.

"Aku akan segera pulang dengan kemenangan. Dan dendam kita akan selesai hari ini juga setelah kematian mereka semua," imbuhnya.

'Kau memang bodoh Charlo. Selama kau berperang, aku dan anak buahku bersiap untuk mengangkat semua aset milikmu dan milikku ke tempat yang aman.' ucap Rohas dalam hati.

'Aku bahkan tak yakin kalau kau akan menang Charlo. Kita akan lihat kau kembali dengan nyawamu masih berada di ragamu atau kau mati di kediaman keluarga Alcantara.' Ia tertawa puas melihat apa yang sedang terjadi saat ini.

Rencana yang sejak lama ia atur, kini akan tercapai. Menjadikan Charlo sebagai kambing hitam untuk peperangan malam ini pada keluarga Alcantara.

Meski ia tak yakin jika Charlo akan menang, tapi ia bisa membawa semua aset berharga milik keluarga Charlo. Yang jelas akan ia gunakan nanti untuk mempersiapkan balas dendamnya pada Calvin atas kematian Fernandes.

"Paman tunggu aku kembali di sini. Setelah itu kita akan merayakan kemenangan kita atas hancurnya keluarga Alcantara."

"Tentu saja Charlo. Paman akan menunggumu di sini dan menyiapkan pesta untuk kemenangan kita hari ini. Paman Yakin kali ini mereka akan hancur di tanganmu Charlo." Charlo tertawa dengan lantang mendengar ucapan Rohas yang memujinya.

"Pasti paman, kau jangan khawatir aku akan memperlihatkan mayat penerus keluarga Alcantara padamu nanti."

'Bagus. Aku suka kepercayaan dirimu Charlo. Kau sama bodohnya dengan ayahmu. Kita lihat saja hasilnya. Jika kau berhasil kembali ke sini, aku pastikan kau akan menangis darah karena semua milikmu akan aku bawa pergi. Dan jika Calvin menang, maka bersiaplah untuk kematianmu.'

***

Tengah malam pun tiba. Mobil Humvee milik rombongan Charlo mulai menyapu heningnya malam di sepanjang jalan menuju kediaman Alcantara. Ada 6 mobil Humvee dengan rata-rata berisi 5-7 orang di dalamnya. Yang sudah di lengkapi oleh beberapa senjata api.

Tak memakan waktu lama, karena perjalanan dari tempat persembunyiannya ke rumah Calvin hanya membutuhkan waktu 45 menit. Dan kini mereka sudah berada di jarak 50 meter dari rumah Calvin.

Mobil mereka berhenti di sana. Dan para personil Charlo turun dari Humvee, sesuai rencana mereka langsung mencari posisi masing-masing. Mereka mengitari seluruh tembok raksasa milik kediaman Calvin. Menyisakan satu mobil di biarkan berpenghuni.

Sementara Charlo dan kaki tangannya yang bernama Marion beserta 4 orang lainnya menunggu dekat mobil mereka terparkir. Menggunakan teropong, ia memantau posisi anak buahnya.

Satu mobil Humvee berjalan mendekat ke arah gerbang dan sopir yang mengendalikan mobil, menarik gigi dan menginjak gas dengan kecepatan penuh serta rem secara bersamaan hingga membuat ban mobil berdecit hingga mengeluarkan api.

Samar-samar para penjaga di kediaman Calvin, mulai mendengar suara knalpot mobil yang membelah sepinya malam.

Hingga para penjaga mulai memantau menggunakan teropong di pos-pos yang ada di bagian atas, layaknya mercusuar. Sorot lampu mobil dan beberapa mobil dari kejauhan tertangkap oleh teropong serta lampu sorot yang mengarah ke hutan pinus di depan gerbang.

"Fuck, kita di serang!"

"Siaga tiga... siaga tiga... ada penyerangan di luar. Siaga tiga..." teriak penjaga gerbang dari walkie talkie-nya.

Seth, Mac dan Jimmy yang masih bermain kartu di halaman jelas mendengar instruksi dari penjaga. Mereka bergeges mengambil senjata mereka masing-masing bertepatan dengan Mario yang baru saja datang.

"Hubungi tuan Calvin, Mario. Kita di serang. Kami yang akan menyerang mereka." Mario mengangguk dan berlatih menuju kamar Calvin.

"Ada apa, Mario?" tanya Calvin.

"Kita di serang tuan. Saya belum tau tepatnya, karena mere..."

Sebelum Mario menjelaskan apa yang terjadi, suara ledakan terdengar begitu keras dari luar, membuat goncangan kuat yang mereka rasakan dari dalam rumah.

"Oh Shit!" Calvin segera masuk dan memakai kaosnya. Mengambil pistol glocknya, "Ayo Mario!"

Keduanya langsung berlari ke arah berlawanan. "Mario, bawa Seth dan Jimmy ke atas, kau dan Mac tetap siaga di bawah. Katakan juga pada bibi untuk membangunkan Kakak dan Ellice. Bawa mereka ke bunker. Cepat! Sekarang Mario!"

"Baik tuan."

Sebelum Calvin menuju atas, ia masuk le dalam ruang kerjanya. Mengambil senapan api laras panjang serta pisau Holzman peninggalan sang ayah. Ia pasang ikat pinggang melingkar di perutnya. Pistol glock serta pisau Holzman ia masukkan di kantung ikat pinggang.

"Siapapun kalian, bersiaplah untuk mati. Aku tak akan membiarkan kalian hidup setelah ini. Cukup kedua orang tuaku. Mom, Dad, lindungi kami semua. Jika penyerangan kali ini untuk yang terakhir, maka aku akan bawakan mereka pada kalian. Dan aku berharap salah satunya adalah paman Rohas. Orang yang membunuh kalian."

Kembali suara ledakan dari luar terdengar. Calvin bergegas menuju atas rumah. Namun sebelum ke atas, ada yang memanggilnya.

"Cal, aku ikut denganmu!"

Jangan lupa Follow IG Author ya @frayanzstar_official