OPERASI
Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, sedangkan jadwal Pricilla operasi jam 10 pagi. Dara dan Pricilla masih berkemas-kemas barang yang seperlunya ingin dibawa. Tak membutuhkan waktu lama taksi online yang mereka pesan sudah datang.
Sekitar 15 menit sampai, Pricilla segera bertemu dokter yang kemarin menanganinya. Tetapi Dara tidak bisa tinggal di rumah sakit hingga operasi selesai, ia harus segera pergi ke koperasi desa untuk membantu pak RT mengurus arsip.
"Bi, maaf ya Dara ga bisa disini terus, Dara harus ke koperasi." ucap Dara kepada Pricilla yang terbaring di ranjang.
"Iya Dara, bibi ga apa, tinggal saja. Nanti jika bibi sudah selesai bibi pasti menghubungimu. Doakan operasi ini lancar ya." balas Pricilla lembut.
*Throwback hari dimana Pricilla kembali ke rumah.*
Setelah menuju rumah masing-masing, tak selang berapa lama pak RT mengumumkan jika ada rapat bapak-bapak mendadak sore nanti. Tiba lah jam yang sudah ditentukan, pak RT dengan gerak cepat tanggapnya segera menjelaskan tujuan inti diadakan rapat.
Beliau mengatakan bahwa akan diadakan sumbangan sukarela untuk Pricilla yang akan segera operasi esok hari, mengingat kondisinya sudah kian memburuk.
"Bagaimana bapak-bapak sekalian? Apakah kalian menyanggupinya?" kata pak RT.
"Saya sangat setuju Pak, mari kita segera keliling dari rumah ke rumah. Sebelum malam tiba." balas salah satu warga.
Keputusan sudah deal, mereka berjalan mengetuk pintu satu ke pintu lainnya. Hingga pintu terakhir selesai di jam 5 sore. Merasa sudah cukup mendapatkan sumbangan, pak RT beserta beberapa warga lainnya segera kembali ke rumah pak RT untuk menghitung dana yang terkumpul.
"Lapor Pak, sudah kami hitung dana terkumpul 7 juta." ujar bapak warga.
Pak RT tersenyum merekah, "alhamdulillah, biar sisanya saya tambahkan dengan uang pribadi." sahutnya.
Seketika raut wajah bapak-bapak juga ikut ceria, dan beberapa lama kemudian rapat selesai.
*Off throwback*
Dara sudah sampai di koperasi desa, dengan perasaan khawatir memikirkan keadaan Pricilla. Tetapi dia harus profesional dalam bekerja. Ia berjalan menuju ruang pak RT dan menyerahkan dokumen-dokumen yang sudah selesai ketik.
'Tok, tok'
"Permisi pak RT, ini Dara." tuturnya.
"Oh iya Nak Dara masuk silahkan."
"Ada perlu apa ya?" tambahnya.
"Ini Dara ingin mengantarkan dokumen yang Bapak minta, untuk diketik sudah selesai."
Ditaruhnya dokumen itu diatas meja pak RT. Lalu ia membalikkan badannya, tetapi tiba-tiba pikirannya terbesit nama Pricilla, ia pun membalikkan badannya kembali sembari menepuk-nepuk keningnya.
"A-anu Pak, s-saya sudah boleh istirahat makan siang? Kebetulan saya juga ingin memakai 1 jam kedepan untuk mengunjungi bibi."
Mendengar akan hal itu pak RT pun langsung menatap bola mata Dara dengan serius, lalu ia segera membereskan berkas-berkas yang sedang ia kerjakan. Lantas Dara terkejut, ia pikir pak RT akan memarahinya. Namun, tebakannya salah.
"Ya ampun bapak lupa, ayo saya antar ke rumah sakit."
Belum sempat menjawab, ia segera membuntuti pak RT menuju mobil yang terparkir di halaman depan.
Disepanjang perjalanan pak RT terus menanyakan keadaan Pricilla sebelum dioperasi kepada Dara. Tetapi Dara terlihat sangat cemas, ia memikirkan apakah operasinya berjalan dengan lancar atau tidak.
1 km lagi sebelum benar-benar tiba di rumah sakit, pak RT memberitahu kegiatan hari lalu yang ia lakukan dengan beberapa warga desa.
"Nak Dara, bapak ingin memberitahukan sesuatu. Bapak juga mengucapkan syukur, karena sumbangan yang bapak dan warga kumpulkan terkumpul 7 juta rupiah. Yang artinya hanya kurang 3 juta lagi untuk membayar lunas biaya operasi bibimu. Dan sudah bapak tambahkan dengan uang pribadi bapak." ujarnya sembari tersenyum ke arah Dara.
Dara pun menangis bahagia ia terharu, betapa baiknya warga di desanya. Dan ia terus-terus mengulangi kata berjanji untuk mengganti dana dari pak RT yang ia pinjam.
*Rumah sakit*
Pak RT dan Dara segera mendatangi pusat administrasi dan menanyakan keadaan Pricilla. Ketika suster memberitahukan bahwa pasien yang bersangkutan baru saja selesai operasi, dan sudah dipindahkan umum di lantai 2, Dara beserta pak RT pun mendadak sumringah dan segera menuju lantai 2 bersamaan.
Tibanya disana, sayangnya belum diperbolehkan masuk, lantas Dara dan pak RT hanya menunggu di depan pintu sembari sesekali mengintip dari balik kaca.
10 menit berlalu Dara melihat ada tanda-tanda pergerakan dari tangan dan mata Pricilla, dengan sigap pak RT memanggil suster yang sedang berjaga, memintanya untuk mengecek kondisi Pricilla. Penantian yang sudah ditunggu-tunggu pun tiba, akhirnya Pricilla sudah full sadar dari obat bius yang dokter beri. Dara langsung saja memeluknya.
"Bibiii! Akhirnya bangun juga. Bibi, mau makan apa? Dara belikan dulu ya di kantin." ucapnya bersemangat.
"Bubur ya Ra, minumnya air mineral saja." sahutnya ketika Dara sudah mulai melangkahkan kakinya keluar ruangan.
Sisalah pak RT dan Pricilla seorang diri. Mereka pun mengobrol santai, dan tidak lupa pak RT memberitahukan dana yang sudah terkumpul. Sebab membahas dana yang terkumpul inilah pak RT meminta izin untuk meninggalkan Pricilla, karena dirinya segera ingin membayarnya lebih awal.
"Neng, bapak izin mengurus administrasi, kamu tidak apa kan sendirian?" tanya pak RT.
"Tentu tidak apa Pak. Sebentar lagi juga Dara kembali. Terima kasih banyak Pak."
Pak RT hanya mengangguk dan bergegas menuju lantai 1. Disisi lain Dara yang sedang membawa bungkusan ditangannya, akan tetapi ia lupa jalan pulang kembali ke ruangan Pricilla.
Ia hanya berdiri di depan lift yang beberapa kian menit terbuka dan tertutup. Sialnya ponselnya pun tidak ia bawa. Dara terus-terusan menggerutu, sampai akhirnya ada seorang suster cantik, yang entah datang darimana membantunya menuju ruang rawat Pricilla.
Hingga tiba di lorong yang memang tidak asing lagi dipandangan Dara, ia tersenyum lega. Niat hati ingin berterima kasih, akan tetapi suster cantik yang Dara lihat terus berjalan menuju ruang ibadah tanpa menengok ke arah Dara sedikit pun.
Meskipun Dara sudah setengah berteriak, suster itu pun tidak mendengarnya. Dara yang mulai murung, tetapi tidak lama ia hiraukan kembali. Ia fokus berjalan kembali. Sesampainya di ruang rawat, ia segera menyingkirkan bungkusan yang dibawanya, lalu bercerita kejadian yang baru ia alami kepada Pricilla.
*Ruang administrasi*
Pak RT sudah menyerahkan 10 juta rupiah kepada staff rumah sakit, yang berada di dalam tas koper mininya. Bukti pembayaran pun sudah tercetak, tetapi ada 1 masalah baru yang lagi-lagi menghadang keluarga Dara.
"Pak ini bukti pembayarannya. Lalu untuk selanjutnya untuk pasien harus tetap kontrol ya, karena dokter kami akan terus memantau apakah benar-benar membaik apa tidaknya." kata suster.
"Berapa lama jadwal kontrol pasien berjalan Sus?"
"Kurang lebih 4-5 bulan ke depan Pak. Dan biaya perbulannya kurang lebihnya 500 ribu."
"Baik Sus, akan saya sampaikan ke keluarga pasien."
Pak RT pun bergegas pergi, dalam perjalanan menuju lantai 2 pikirannya kalut, ia turut prihatin atas apa yang terjadi.