Chereads / WILL WE UNITE / Chapter 5 - Bab 5- DANA

Chapter 5 - Bab 5- DANA

DANA

Singkat cerita, setelah pak RT menceritakan pesan yang disampaikan staff administrasi Dara beserta Pricilla dan pak RT kembali menuju rumah Dara untuk mengantarkan Pricilla beristirahat.

Seperti biasanya Dara tidak bisa langsung menemani Pricilla di rumah, ia harus menyelesaikan tugasnya terlebih dulu di koperasi. Dara yang sudah kembali dengan pak RT ke koperasi desa mulai menyelesaikan berkas-berkas yang belum selesai ia ketik.

Sepanjang bekerja, Dara sering melamun dan tidak fokus. Menyebabkan dirinya harus lembur di kantor koperasi seorang diri.

Berhari-hari berlalu, berbulan-bulan pun telah Dara lewati. Kini ia sudah berjalan 5 bulan bekerja di koperasi desa. Selama ia menerima gaji pun masih tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Karena pengeluaran terbanyaknya untuk membayar kontrol Pricilla. Untungnya kontrol Pricilla hanya tinggal 1 bulan lagi. Selama kontrol kondisi Pricilla naik turun, terkadang membaik terkadang memburuk.

Pricilla juga mengalami stress berkepanjangan. Dilansir oleh dokter yang merawatya, Pricilla harus meminum beberapa obat dosis tinggi agar bisa dinyatakan sembuh total.

*Malam harinya*

Disaat Dara dan Pricilla tengah asyik menonton acara tv, pikiran Dara terbesit untuk merantau. Memang beberapa hari ini Dara mengalami banyak tekanan.

Dirinya pun merasa kecewa, dengan operasi Pricilla yang ternyata tidak benar-benar membuat bibinya sembuh total. Terlebih lagi kondisi Pricilla yang makin kurus, dan sering stres.

"Bi," panggil Dara lirih.

Pricilla pun menengok, "ada apa?"

"Dara bukannya mau meninggalkan Bibi sendiri, tapi Dara rasa ini satu-satunya jalan agar Dara bisa maksimal membantu perekonomian keluarga. Dara izin merantau ke Jakarta ya?"

Mendengar akan hal itu, siapa yang tidak sedih. Pricilla menahan suara isaknnya, walaupun air matanya sudah lolos tanpa permisi dihadapan Dara.

"Maaf ya Ra, ternyata bibi malah membuatmu kesusahan."

"Ga Bibi, jangan ucapkan itu lagi. Jadi boleh yah? Bibi satu-satunya keluarga yang Dara punya."

"Baiklah, tidak usah khawatirkan bibi. Bibi aman disini, bibi bisa meminta bantuan pak RT dan tetangga sebelah kita jika ada sesuatu."

"Terima kasih banyak Bi, Dara janji Dara pasti akan selalu kirim dana buat Bibi. Dan pasti akan mengunjungi Bibi meskipun itu sebulan sekali. Dara juga akan meminta tolong pak RT dan warga desa untuk membantu Bibi."

Keduanya pun sama-sama menyeka air matanya.

Setelah mendapat restu dari Pricilla, keesokan harinya Dara segera meminta maaf kepada pak RT karena sudah tidak bisa lagi membantunya di koperasi desa. Karena dirinya juga mengingat mempunyai hutang dengan pak RT yang harus ia bayar.

Untung saja pak RT tidak memarahinya, karena mengajukan resign secara mendadak. Karena kebetulan staff arsip yang lalu sudah bisa bekerja kembali, karena dirinya telah selesai menjalankan cuti hamil.

Tepat di pagi harinya pak RT dan warga desa sedang berkumpul di rumah Dara, mereka ikut mendoakan serta mengantarkan Dara ke stasiun kota, yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit bekas operasi Pricilla.

Dara pun sangat meminta tolong kepada mereka semua yang berkumpul agar merawat serta menjaga bibinya dengan baik, dan selalu mengabari keadaan Pricilla secara rutin.

"Bi, ini Dara ada sedikit rezeki untuk biaya kontrol bulan depan dan untuk kebutuhan sehari-hari Bibi." ujarnya sembari menyerahkan amplop berwarna cokelat.

Pricilla pun membalas Dara dengan pelukan hangat. Karena pemberangkatan kereta Dara sebentar lagi dimulai, Dara harus segera pergi.

Dirinya diantar pak RT dengan mobil, beruntungnya pak RT cukup peka ia menyetir mobil dengan kecepatan cukup cepat. Tepat jam keberangkatan menunjukkan kurang 10 menit lagi, untungnya Dara sudah sampai. Ia segera berpisah dengan pak RT dan melakukan salam perpisahan dengan melambaikan tangannya.

*Kereta*

Di dalam kereta Dara merasa kesulitan menemukan nomor tempat duduknya, karena ini adalah kali pertama ia berpergian dengan kereta seorang diri. Tetapi untungnya ada salah satu staff kereta yang mengetahui akan hal itu, dengan tanggapnya Dara diantar menuju tempat duduknya di gerbong 2.

Sedangkan saat ini ia berada di gerbong 1. Tidak lupa setelah lega berhasil menemukan tempat duduknya, ia segera menghubungi Pricilla dengan mengirimkan photo selfie. Usai mengirimkan selfienya, tak terasa kesadarannya mulai hilang, Dara terlelap dalam perjalanan.

Hingga disuatu waktu, pundaknya ditepuk cukup keras dan berkali-kali oleh seseorang. Dara yang sudah dititik setengah sadar pun terbangun. Ia perlahan membenarkan posisi duduknya yang hampir terjatuh, dengan mata yang masih belum bisa ia buka lebar.

5 detik kemudian, Dara menoleh ke arah seseorang yang menepuk pundaknya, dilihatnya seseorang pria paruh baya yang ternyata adalah penumpang kursi sebelah Dara.

Sontak Dara segera meminta maaf karena sudah membuat pria itu menunggu, "maaf Kek, silakan duduk." ucapnya sambil mengambil barang yang ia bawa.

Kakek itu pun tersenyum, ia justru menawarkan pundaknya untuk sandaran Dara tidur.

Walaupun Dara sudah menolaknya, kakek ini tetap kekeh mengajukan bantuannya. Karena Dara merasa mulai risih dan tidak benar, ia memilih pergi dengan alasan ke toilet. Alhasil ia tidak berani kembali sampai kereta tujuannya sampai di Jakarta.

30 menit berlalu, tiba-tiba Dara mendengar suara pemberhentian sudah berada di Jakarta. Dara yang telah terjebak di dalam toilet selama setengah jam akhirnya bisa keluar dengan lega.

Ia buru-buru turun dan menjauh dari kereta yang ia tumpangi, berharap tidak bertemu dengan kakek itu lagi. Karena Dara belum tau tujuannya akan kemana, ia pun asal berjalan saja.

Hingga menit berikutnya setelah keluar dari dalam stasiun, Dara dibuat kagum sekagum-kagumnya karena ia baru saja melihat pemandangan kota besar di depan matanya. Yang sebelumnya ia lihat hanya sawah, dan laut saja. Tidak ada gedung-gedung tinggi.

Dara yang tidak sadar seketika bersorak gembira serta melompat-lompat layaknya balita, sembari terus berjalan menyusuri trotoar yang entah kemana arahnya. Tentunya ia sedikit menjadi pusat perhatian beberapa pengendara motor yang melewatinya.

Sampai suatu ketika ada pengendara motor yang nyaris ingin menyerempet Dara dan pengendara itu mengejeknya, "mba jangan lama-lama gilanya nanti dikejar satpol pp." ucap pengendara itu sembari tertawa puas.

Dara yang terkejut, spontan berteriak, "woi! Dara ga gila ya!" balasnya.

Ia pun lanjut berjalan, sembari menanyakan info kost-kostan dengan harga terjangkau. Dara berjalan dibawah sengatnya sinar matahari, membuat dirinya cukup berkeringat.

Sesekali ia duduk di trotoar hanya untuk meneguk sebotol air putih yang ia bawa.

"Ternyata Jakarta panas banget ya, enakan di desa sejuk." tuturnya sambil menutup botol minum yang ia pegang.

Ia berniat melanjutkan perjalanannya, tetapi tiba-tiba muncullah sebuah ide gila yang menyuruhnya untuk memberhentikan pengendara yang akan melewatinya.

Dalam hitungan detik, ide gilanya pun ia lakukan.

Tentu saja membuat pengendara mengerem mendadak hingga motornya nyaris jungkir balik. Dara menyengir sewaktu melihat muka pengendara motor yang paniknya bukan main.

"Mas, mas, maaf tau info kost-kostan yang harganya ramah kantong ga?" tanya Dara tanpa dosa.

Sang empu yang ditanya masih menatap sinis Dara.