Acara makan malam dimulai. Setelah mendengarkan kata pengantar yang dikumandangkan oleh Hector sang pemimpin. Para penduduk yang datang, duduk melingkar dan di depan mereka telah tersedia makanan lengkap dengan buah-buahan. Hexa duduk tepat di samping Aileen dan juga kedua orang tuanya.
"Sekarang kau telah menjadi bagian dari penduduk di sini. Jangan sungkan kalau hendak meminta tolong," ucap Aileen.
"Aku tahu," balas Hexa singkat.
Di pertengahan makan malam. Hexa melihat ke arah yang lainnya. Betapa terkejutnya Hexa, mendapati salah satu pria makan dengan sangat rakus. Bahkan ia memakan daging dengan tempo cepat dibandingkan yang lainnya. Hexa sampai berhenti dan menatapnya aneh. Ia belum pernah melihat manusia yang makan begitu banyak dalam satu waktu.
Aileen menyadari hal itu kemudian menggoyahkan lengan Hexa yang sedang melamun. Menyebabkan Hexa tersadar dan menoleh ke arah Aileen.
"Mengapa kau melamun? Ada yang salah?" tanya Aileen.
"Coba perhatikan pria yang ada di sana. Mengapa dia makan begitu rakus?"
Aileen meneguk salivanya, "Mungkin saja dia sedang lapar. Sudah jangan terlalu dipikirkan. Habiskan saja makananmu."
Jawaban dari Aileen semua hanya bualan semata. Aileen mencoba agar Hexa tidak mencurigai dengan tingkah laku penduduk yang terlihat aneh baginya. Apa yang dikatakan oleh Aileen ada benarnya. Akhirnya Hexa melanjutkan kembali makan malam yang sempat terhenti. Hingga pada saatnya semua makanan habis tanpa tersisa sedikit pun. Hexa tidak pernah menyangka kalau makanan yang awalnya banyak, akan habis dalam waktu singkat.
Setelah itu, Aileen mengajaknya untuk pergi ke tempat luas yang ada di belakang rumahnya. Ia sengaja mengajak Hexa untuk pergi, sebab ia tahu kalau manusia serigala itu akan memakan seekor rusa yang mentah. Aileen tidak ingin Hexa mengetahui kejadian tersebut. Hexa mengikuti Aileen dan berjalan berdampingan dengannya.
"Duduk," pinta Aileen.
"Tempat apa ini?"
"Tempat yang biasa aku gunakan untuk menyendiri. Aku lebih menyukai jika berada di sini," jelas Aileen.
Udara sekitar terasa sejuk walau angin malam berhembus cukup kencang. Aileen menyandarkan tubuhnya pada sebuah batu besar, sambil menengadahkan kepalnya menyaksikan ribuan bintang bertaburan di angkasa. Hexa meliriknya, serta mengikuti ke mana arah pandangan wanita yang berada di sampingnya itu.
"Pantas jika kau menyukai tempat ini. Indah," ujar Hexa berdecak kagum menyaksikan ribuan bintang lengkap dengan sinarnya yang menawan.
"Iya, itu salah satu alasan lebih memilih tempat ini. Selain luas dan nyaman, kita dapat menyaksikan betapa indahnya angkasa di atas sana."
"Apa kau ingin menikmatinya lebih dekat?" tanya Hexa.
Seketika Aileen merubah raut wajahnya. Ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Hexa. Tetapi, Hexa membalas dengan senyuman tipis dan juga lirikan teduh. Aileen menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh Hexa. Kemudian, Hexa meraih tangan Aileen, membuat wanita itu tersentak.
"Pejamkan matamu, dan rasakan jika kau sedang berada di atas sana," ucap Hexa dengan menggenggam erat tangan Aileen.
"Memangnya bisa?"
"Coba saja. Impian kamu akan terasa sangat dekat dengan memejamkan kedua mata."
Aileen membalas dengan anggukan kepala.
Ia mengikuti perintah dari Hexa. Perlahan, Aileen memejamkan kedua kelopak mata hingga akhirnya tertutup sempurna. Dalam benak Aileen, ia mulai membayangkan sesuatu yaitu berupa impian untuk bisa sampai ke angkasa. Serta dapat memetik ribuan bintang di atas sana. Terbang di antara bintang-bintang yang bersinar, serta dapat menyentuh bulan indah.
Tapi, hal yang tidak disangka terjadi. Dalam pikiran Aileen, tiba-tiba saja terlintas wajah Hexa. Aileen sempat tersentak, tetapi ia tetap fokus dan masih memejamkan matanya. Khayalannya semakin sempurna ketika muncul wajah Hexa di dalamnya. Tanpa disadari, Aileen mengembangkan senyuman.
Sedangkan Hexa, sedang memandangi setiap sudut wajah Aileen. Dengan usapan pelan di punggung tangan Aileen. Hexa dapat merasakan betapa lembutnya tangan wanita yang ada di sampingnya. Hatinya bergetar tatkala dapat berdekatan seperti ini. Ada rasa yang berbeda hingga dalam hatinya, serta perasaan yang tidak bisa ditebak.
"Indah sekali." Aileen membuka mata lalu berujar.
"Oh, ya? Apa yang kau lihat?"
"Bintang yang indah, serta bulan bersinar terang." Aileen tidak mengatakan lebih lanjut.
"Sekarang kau dapat merasakannya lebih dekat."
"Iya. Terima kasih, aku senang sekali." Bukan hanya satu, tapi kini dua tangan menggenggam erat tangan Hexa.
Hexa menanggapi dengan senyuman di bibirnya.
Cukup lama mereka berada di halaman belakang. Sekarang sudah waktunya untuk mereka pulang. Mengingat malam semakin larut dan para penduduk telah pulang ke rumah mereka masing-masing. Hexa lebih dulu pulang ke rumah, sedangkan Aileen pergi menghampiri Licha yang masih berada di lapangan.
Ketika berada di sana, tampak Damian melesat menghampiri Aileen bersama dengan kedua temannya. Damian tidak sadar kalau tadi tidak ada Aileen yang ikut memakan daging rusa mentah.
"Kamu ke mana saja?" tanya Damian dengan nada serius.
"Aku pergi bersama Hexa. Aku tidak ingin Hexa mengetahui kalau kita itu manusia serigala yang memakan daging mentah," balas Aileen tidak kalah serius.
"Lantas, bagaimana jika bulan purnama datang? Kita tidak bisa mengontrol emosi diri kita sendiri, Aileen," sahut Baron.
Aileen mendengus pelan, "Pikir saja nanti. Yang terpenting, kita perlu membersihkan tempat ini. Atau, Hexa akan curiga ketika esok melihat ada tulang belulang berserakan di sini."
Licha dan Baron mengangguk setuju. Kemudian mereka memerintahkan pemuda lainnya untuk membersihkan sisa tulang yang bertaburan di mana-mana. Saat Aileen hendak membantu, Damian mencegahnya dengan menarik tangan Aileen. Alhasil Aileen terhenti serta tubuhnya memutar menghadap Damian.
"Ada apa? Aku akan membantu mereka," ujar Aileen sambil berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Damian.
"Aku tidak suka jika kamu terlalu dekat dengan pria asing itu."
"Mengapa? Bukannya Ayah sendiri sudah menyetujuinya? Jangan membantah apa yang telah diperintahkan oleh Ayah, Damian."
"Aku tahu itu. Aku mohon, dengarkan perkataanku satu kali ini saja." Damian mengatupkan kedua tangannya tepat di depan Aileen.
"Aku sedang tidak ingin berdebat."
"Jika dia tahu kalau kamu itu manusia serigala. Pasti dia akan murka dan meninggalkan dirimu, Aileen." Damian masih berusaha menghasut Aileen. Tetapi wanita itu tidak memperdulikannya.
Tetapi terlihat wajah Aileen yang sedang tidak ingin menanggapi ucapan Damian. Ia lebih memilih untuk membantu yang lainnya dibandingkan berbicara dengan Damian. Perlakuan yang diberikan oleh Aileen membuat Damian geram. Sekuat apa pun ia mendekat, maka Aileen semakin jauh dari genggamannya.
Damian memilih untuk pergi, dengan emosi yang membara di dalam dirinya. Ia melesat tidak tahu ke mana, matanya pun telah memerah serta taring yang memajang. Mungkin saja ia akan pergi mencari mangsa di hutan atau kembali ke rumahnya sendiri. Selesai membersihkan sisa tulang, Aileen mengajak teman-temannya untuk segera pulang.
Di rumah.
Aileen melihat sekeliling sudah sepi tidak ada satu orang pun. Kedua orang tuanya telah terlelap, begitupun dengan Hexa. Dengan pelan sekali Aileen berjalan mengendap ke arah kamarnya sendiri yang kebetulan di samping kamar Hexa. Sebelum itu, terlebih dahulu Aileen berganti pakaian.
Selepas itu, Aileen menghempaskan tubuhnya. Ia mengingat kejadian di halaman belakang ketika sedang bersama dengan Hexa. Terasa indah sekali dan membekas di dalam hati. Bagaimana tidak, Hexa telah berhasil merebut hati Aileen dalam waktu beberapa hari. Yang ada di benak Aileen sekarang adalah wajah Hexa.
"Apa aku telah jatuh cinta dengan pria asing itu?" gumam Aileen dalam hatinya.