Qiao Weimin memberitahunya tentang masalah Qiao Nian yang akan pindah ke Sekolah Menengah No. 1. Sampai pada kesimpulan, dia mengatakan secara tegas, "Aku tahu nilai anak itu. Dia memiliki nilai rata-rata di sekolah sebelumnya. Namun aku khawatir jika dia tidak akan mampu mengejar ketinggalan setelah pindah ke Sekolah Menengah No.1. Selain itu, Chenchen juga belajar di sekolah yang sama. Kedua saudara perempuan ini pasti akan saling mempengaruhi ketika mereka bersama…"
Dia tidak ingin Qiao Nian masuk ke Sekolah Menengah No.1. Itu membuatnya malu!
Meskipun semua orang di lingkaran sudah tahu bahwa Qiao Nian bukan putri kandungnya, namun dia masih menganggap sebagai bagian dari keluarga Qiao, yang akan melibatkan mereka jika dia melakukan kesalahan.
Dalam perjalanan kembali, Chenchen bersama dengan teman sekelasnya sudah memberitahunya tentang Qiao Nian yang melompat turun untuk menyelamatkan seseorang.
Tak apa jika dia hanya main-main, tetapi dia bahkan telah memberikan pertolongan pertama dengan menggunakan metode akupuntur untuk menyelamatkan anak yang tenggelam itu!
Qiao Nian tidak tahu apa-apa tentang akupuntur!
Jika terjadi sesuatu pada anak itu, bagaimana dia akan membayarnya!
Jika orang tua anak itu membuat masalah di kantor polisi, maka mereka akan terlibat juga yang itu akan membuatnya lebih malu!
Qiao Weimin mengerutkan bibirnya sambil mengatakan, "Guru Chen, begini, bisakah kamu berbicara dengan Kantor Urusan Akademik?"
"Tentang masalah transfer siswa…" Chen Xi terdengar sedikit canggung saat berbicara di telepon.
Alis Qiao Weimin berkedut sedikit sambil bertanya dengan suara yang dalam, "Ada apa?"
"Presiden Qiao, aku khawatir aku tidak dapat membantumu dalam masalah ini."
Dia sedikit terkejut. "Kenapa tidak?"
"Urusan transfer siswa diputuskan oleh kepala sekolah. Aku mendengar bahwa anggota keluarga siswa pindahan telah memberikan kontribusi yang signifikan kepada negara, sehingga sekolah tidak berhak menolak siswa tersebut. Aku hanya seorang guru kecil, aku tidak memenuhi syarat untuk mencegahnya belajar di Sekolah Menengah No.1."
Wajah Qiao Weimin berubah menjadi gelap saat dia ingat ibunya mengatakan bahwa kakek Qiao Nian adalah seorang ahli lukisan cina yang bahkan juga mengenal Tang Wei.
Mungkin dia benar-benar memberikan kontribusi pada pendidikan di Kabupaten Luohe.
Qiao Weimin merasa sedikit kesal. Dia hanya seorang guru di tempat terpencil, tetapi dia tidak menyangka semua akan menjadi begitu rumit.
"Guru Chen, apakah tidak ada cara sama sekali?"
Karena Qiao Chen memiliki nilai yang baik dan telah dijamin masuk ke Ren Yi, Chen Xi jadi sedikit kebingungan. Dia berpikir sejenak yang akhirnya berkata, "Bagaimana jika begini presiden Qiao? Pasti akan ada tes penempatan untuk siswa pindahan. Jika dia dimasukkan ke kelas B, aku pikir aku bisa meminta direktur untuk memindahkannya ke kelas lain. Ini adalah satu-satunya hal yang dapat aku lakukan. Selain ini tidak ada lagi yang mampu aku lakukan."
Qiao Weimin mengakhiri teleponnya. Sementara itu Qiao Chen dan He Yujuan sama-sama menunggu di ruang tamu. Melihat bahwa dia telah menutup telepon, Qiao Chen yang tidak bisa menyembunyikan harapannya.
"Ayah, bagaimana? Apa yang di katakan oleh guru kelas?"
Qiao Weimin menghela nafas dengan berat sambil menggosok alisnya. "Kakek kakakmu adalah seorang guru tertua, sehingga Qiao Nian tetap akan pergi ke Sekolah Menengah No.1. Kamu hanya perlu berhubungan dengannya di sekolah, tetapi aku yakin dia tidak akan dapat memasuki kelasmu. Sekolahnya sangat besar, jadi tidak akan mudah untuk bertemu dengannya."
Kelas S berada di lantai tiga sementara kelas B dan A berada di lantai yang sama.
Qiao Chen yang awalnya berpikir bahwa dengan hubungan keluarganya dan sekolah, dia akan bisa mencegah Qiao Nian untuk belajar di Sekolah Menengah No.1. Namun setelah mendengar dari Qiao Weimin bahwa Qiao Nian masih akan masuk ke sekolah yang sama, wajahnya menjadi penuh kekecewaan. Namun dia masih bersikap munafik.
"Lingkungan Sekolah Menengah No.1 cukup bagus. Bahkan jika dia belajar di kelas S, itu masih lebih baik daripada belajar di Luohe."
Wajah kurus He Yujuan tampak sangat kejam saat dia mendengus dingin sambil memegangi kruknya. "Semakin miskin dia, semakin melekat dia. Plester yang kuat saja tidak menyebalkan seperti dia!"
--------------------------------------------
Qiao Nian tidak menyadari apa yang terjadi di rumah keluarga Qiao. Dia turun untuk makan malam setelah bermain dengan laptopnya.
Keesokan harinya.
Dia bangun pagi-pagi.
Pagi ini dia akan menjalani tes penempatan, lalu setelah itu dia akan terdaftar secara resmi di sekolah itu. Dia tidak punya banyak barang untuk dibawa sehingga dia hanya mengambil beberapa yang penting seperti membawa ponselnya, dan memasukkan permen karet ke dalam mulutnya sebelum pergi keluar.