Tersudutlah Alicia di kamar orang asing dengan pemuda galak berkemeja lengan panjang menghalangi pintu. Gigi Wisesa telah bertemu satu sama lain dan bergemelatukan ketika Orb kembali di dekapan gadis kutu buku. Alicia tak menunjukkan rasa takut sedikitpun ke lelaki yang tampak hampir sebayanyaโsekalipun gaung Orb menyebar sampai ke luar hutan. Peringatan yang selalu muncul setiap kali orang aneh di dekatnya mengeluarkan hawa yang saling bergesekan.
Melalui Orb, Alicia pun dapat merasakannya. Bagaimanapun, keduanya berbagi kesimpulan bahwa adanya suatu pengecualian untuk si Wisesa ini. Ilmu hitam "ada" sekaligus "tidak ada" di dalam tubuhnya. Tubuhnya bersih (perangai galaknya memang sudah demikian adanya, bukan pengaruh Khaos) tapi di saat yang sama kuasa Khaos juga terendap jauh di lubuk raga.
Wisesa melangkah satu kakinya ke depan. Tangan kanan Alicia sudah penuh dengan lingkaran energi Sempena Ilahi. Kedua telapak tangan Wisesa terulur ke depan sang gadis, dan giginya tidak ditampakkan lagi sebagai usaha terbaiknya untuk ramah. Hanya saja dunia dan segala isinya harus mengakui bahwa tidak semua dilahirkan dengan rupa lemah lembut. Wisesa adalah salah satu di antaranya.
"Pencuri! Sudah kuduga laki-laki kasar sepertimu pasti dalang hilangnya Orb!"
Sedikit ketersinggungan menikam hati Wisesa, tapi tidak ia pedulikan.
"Taruh kembali bola itu dalam peti, dan tidak ada yang akan terluka," kata Wisesa.
"Kamu ini dungu atau apa?" Kini Alicia yang geram karena kesal. "Jelas-jelas Orb bukan milikmu. Lelaki sepertimu harusnya malu!"
"Aku sudah malu seumur hidupku. Barang itu yang akan mengangkat semua kemaluan itu. Peringatan kedua, Alicia! Masukan ke dalam peti!"
Perintah motorik melesatkan tangan kanan Alicia ke depan. Kuasa Arcane yang memenuhi tanganya kemudian berpindah ke dada Wisesa. Dinding gubuk menjadi retak akibat ditimpa Wisesa yang terhempas!
Sebuah kecupan kecil dari daya sihir yang luar biasa. Tiada nyeri yang mengganggu Wisesa, namun dilempar ke sana kemari di luar kehendak membuatnya kian meradang. Benar saja, cepat-cepat ia bangkit dan berlari ke arah Alicia, kali ini dengan belati meliuk-meliuk di genggaman tangannya yang kasar! Alica menembakkan plasma Arcane yang lebih kuat ke sekujur tubuh Wisesa. Pemuda garang tersebut terpental keluar gubuk, palang-palang kayu malang tadi sudah seyogyanya meledak berkeping-keping!
Bokong Wisesa mendarat agak jauh dari gubuknya yang sudah reyot, kini tinggal tunggu roboh saja. Matanya seketika nyalang menggelegar. Memang bukan main kuasa Arcane itu. Tapi alih-alih menyerah, diambilnya lagi belatinya yang terselimuti dedaunan kering.
Belati yang ia gunakan memang meliuk-liuk bilahnya. Kendati demikian, keris adalah senjata andalan rakyat Lojitengara, yang tidak hanya digunakan dalam pertempuran, namun dikaitkan pula sebagai alat penghantar magis paling ampuh.
Dan percaya tidak percaya, itulah yang hendak Wisesa lakukan.
Alicia melangkah keluar lewat bekas lubang kayu tersebut. Dilihatnya Wisesa sudah memegang keris beserta sarungnya. Alicia memandangnya jijik saat Wisesa meludah pada lubang sarung keris. Bukan tanpa alasan lelaki itu berbuat demikian. Tak lama berselang, asap tiba-tiba muncul dari lubang yang sama. Usut punya usut, Wisesa ternyata sudah memasukkan beberapa kelopak kembang dan helai daun gugur ke dalamnya, lalu merapalkan sedikit mantra. Ketika asap putih dari sarungnya sudah membumbung tinggi, bisikan komat-kamit lepas lagi dari bibir Wisesa.
"๐๐ด๐ฆ๐ฑ ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ญ๐ฆ๐ฃ๐ถ๐ณ ๐ฏ๐บ๐ข๐ธ๐ข ๐ช๐ฏ๐จ ๐ณ๐ข๐จ๐ข. ๐๐ถ๐จ๐ช-๐ฎ๐ถ๐จ๐ช ๐ฌ๐ข๐ด๐ข๐ฏ๐จ๐ด๐ข๐ณ๐ข๐ฏ๐ช๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ด๐ข๐ฃ๐ฆ๐ฏ ๐ฐ๐ต๐ฐ๐ต ๐ฅ๐ช๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ณ๐ข๐ฐ๐ด๐ข๐ฌ๐ฆ๐ฏ ๐ธ๐ฐ๐ฏ๐ต๐ฆ๐ฏ ๐ช๐ฏ๐จ ๐ซ๐ช๐ธ๐ข, ๐ญ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ข๐จ๐ฆ๐ฃ๐ญ๐ถ๐จ ๐ซ๐ช๐ธ๐ข ๐ด๐ข๐ฌ๐ช๐ฏ๐จ ๐๐ถ๐ณ๐จ๐ข ๐ฌ๐ฆ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฏ๐ฅ๐ข๐ฅ๐ฐ๐ด๐ข๐ฌ๐ฆ๐ฏ ๐ต๐ช๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ช๐ฏ๐จ๐ฌ๐ข๐ฏ๐จ ๐ญ๐ข๐ฌ๐ฏ๐ข๐ต ๐ช๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ข๐ต๐ช."
Syamsu bersinar tanpa usaha. Pagi tetaplah menjadi pagi. Margasatwa masih bersahut-sahutan. Hanya dua insan di tengah hutan yang masih bergelut dalam diam. Tidak ada hal luar biasa yang ditangkap pada panca indera Alicia sepanjang waktu berjalan. Asap yang keluar dari pantikan ludah memang janggal, namun bukan hal besar dalam bayangan Alicia akan sihir perdukunan. Sang gadis belum mengerti bagaimana wujud sihir syamanisme itu. Tidak mengherankan tentu, jendela dunianya hanyalah tumpukan buku bergambar. Mereka yang mengatakan buku adalah jendela dunia menjebak dirinya sendiri dalam utopia asumsi, di kala pengalaman langsung dari dunia sebenarnya membuat mereka merasa yang paling bodoh sedunia.
Belum tampak tanda-tanda sihir tersebut. Tidak ada letusan energi pancarona, bunyi aneh, apalagi karakter-karakter bersinar. Alicia tidak menerka kalau sekelumit sengiran dari Wisesa merupakan salah satunya.
Keris Wisesa dilentangkan di tengah bumbung asap. Di saat yang bersamaan Alicia sudah memasang kuda-kudanya lagi. Aliran Arcane tiba-tiba tersekat. Alicia merasakan sesuatu memberatkan jantungnya. Semakin lama terlampau berat, lutut gadis berkacamata itu goyah. Geringnya makin kentara, mengakibatkan Alicia muntah darah!
Bagaimana tidak tersentak hebat Alicia ketika cairan darah kental muncrat tanpa sebab? Rasa takutnya bangkit seraya lidahnya masih mengecap rasa sedikit manis bercampur asin di sela-sela gigi merahnya.
Jadi ini wujud seni mistis syamanisme โฆ. Alicia malah teringat kegilaan poltergeist yang dialaminya di Vanirโyang puncaknya melawan manusia rusa yang timbul dari kolam darah busuk. Bentuk seni mistis paling tua dalam dunia sihir tetap tak boleh dianggap remeh.
Beban dada Alicia semakin tak tertahankan! Alicia sudah mencengkram dadanya erat. Detak jantungnya melambat secara bertahap bagaikan tenggelam dalam genangan. Darah mengalir malah dipompa keluar mulut alih-alih ke seluruh tubuh.
"Peringatan terakhir!" Wisesa perlahan mendekat. "Jantungmu yang akan meledak tak sebanding dengan kehilangan bola ajaibmu."
Alicia terbatuk-batuk. Dirinya melayangkan pertanyaan, "A-apa โฆ yang kamu perbuat kepadaku?"
"Tidakkah kau dengar apa yang barusan aku cakapkan? Aku sedang meledakkan jantungmu."
"Kamu t-tidak mungkin membunuh seorang gadis muda s-sepertiku!"
"Hei, Perempuan Goblok! Memangnya kenapa kalau kau seorang gadis muda? Aku sudah pernah membunuh seisi kota! Eh โฆ secara teknis bukan aku, sih. Ah, toh semua kesalahan tetap dilimpahkan kepadaku juga."
Wisesa memutar sedikit kerisnya, Alicia semakin terguncang! Jantung sang gadis serasa ikut terpelintir pula! Sudah terlintas di pikirannya yang kalut, adalah lebih baik jika Orb ditelantarkan. Tenang saja, itu hanya "terlintas". Sahabat bola sang gadis menepis pikiran buruknya.
๐๐ญ๐ช๐ค๐ช๐ข, ๐ต๐ฆ๐ต๐ข๐ฑ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฌ๐ฐ๐ฏ๐ด๐ฆ๐ฏ๐ต๐ณ๐ข๐ด๐ช! ๐๐ฏ๐จ๐ข๐ต๐ญ๐ข๐ฉ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฌ๐ถ, ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฅ๐ข๐ฑ๐ข๐ต ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ต๐ข๐ญ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ถ๐ต๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ถ๐ต!
Tidak mungkin Orb berdusta. Sudah berapa kali dirinya dipandu oleh globe energi biru itu. Alicia membulatkan tekad, bodoh amat kalau penglihatannya kabur sebab jantung yang nyeri membuat sepotong kesadarannya berterbangan di hutan. Jika Orb berkata ia tidak mati, sesungguhnya maut hanya merampas jantungnya saja; raganya kelak tetap berziarah di muka bumi.
Sinkronisasi kembali dihelatkan. Sekat yang menghalang alur Arcane di tubuhnya menghilang. Daya arcane yang memenuhi nadi sang gadis membludak keluar, terpelanting lagi Wisesa bersama kerisnya! Napas Alicia mengeluarkan bunyi sengal kuat setelah jantungnya terbebas dari kutukan asing milik sang dukun muda. Di luar itu, Kedua kaki Alicia berjaya untuk menopang tubuhnya lagi. Sedangkan Wisesa? Ia terjatuh dengan posisi kelewat konyolโpunggunya mendarat di tanah sementara bokong dan kedua kakinya terangakat dan menjorok ke belakang.
Keris beserta sarung milik Wisesa sudah raib ditelan bumi. Wisesa bangun lagi. Hidungnya kembang-kempis. Wajahnya beruap. Dirinya seperti sayuran yang dikukus, terlihat bodoh bukan kepalang.
"Alicia, mengapa kau begitu pembangkang? Berhenti membangkang!" seru Wisesa.
"Begitu, Orang Munafik? Wisesa, mengapa dirimu begitu keras kepala? Berhenti menjadi keras kepala!" seru Alicia balik.
"Apa-apaan itu, meniru perkataanku? Apakah otak orang barat sudah kepenuhan sampah, sampai-sampai tak dapat memikirkan balasan yang lebih orisinil?"
Pasca berucap demikian, pemuda Yawa tersebut menghelatkan peragaan semacam gerak bela diri di tempatnya. Gerakannya begitu tegas, berpadu dengan kebisingan angin yang tercipta saat tangan-tangan kuatnya menggesek udara. Dari kejauhan, taulah Alicia bahwa Wisesa pasti sedang mendatangkan jurus lain.
Alicia mengayuhkan kakinya. Rentetan plasma Arcane sudah dilontarkan, kali ini tak mungkin Wisesa menerima dengan sukarela. Tak ada tembakan yang diterima pemuda tersebut. Niat Alicia bergeser ke membenturkan kepala Wisesa dengan Orb melayang. Tarian mantra tadi terputus di tengah jalan, seraya Wisesa tiba-tiba menghentikan isyarat tangan berkekuatan magis agar gerakan sang gadis tersangkut. Aneh sekali, Alicia ibarat sedang menabrak tembok konkrit gaib ketika Wisesa melayangkan kedua telapak tangannya ke depan. Baik keduanya beradu kekuatan, kembali berkutat dalam diam.
Wisesa mendorong tangannya lagi, Alicia ikut terjengkang akibat gaya tak kasat mata. Sang gadis belum menyerah, ia kerap berlari serta mencari celah walaupun kekuatan tak kasat mata itu terus menjatuhkannya pula. Wisesa sebagai pemangku sihir tadi sejatinya kesal akan determinasi sang gadis.
"Jangan maju terus kenapa, sih! Akupun punya serangkaian mantra untuk dilakukan!" omel Wisesa.
"Mana mungkin aku berhenti jika kamu berkata begitu?"
"Jalang barat sialan ini membuatku kesal bukan kepalang!"
"KAMU BEGITU KASAR!"
Tangan Wisesa berhenti mendorongkan angin magis. Wisesa sudah menyerah, dibiarkan Alicia mendekatinya. Merasa Alicia kelewat pongah, Wisea berputar dan melancarkan tendangan penyapu! Alicia terjungkal lagi di tanah.
Wisesa menghelatkan peragaan bela dirinya lagi dengan kiprah lebih cepat. Selagi ia menari, Wisesa kembali berkomat-kamit dengan bahasa yang asing bagi si gadis berambut merah.
๐๐ข๐ฏ๐ต๐ฉ๐ช ๐ฏ๐บ๐ช๐ญ๐ช๐ฉ ๐ธ๐ฆ๐ธ๐ข๐บ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ๐ช๐ฏ๐จ ๐ฅ๐ฉ๐ข๐ณ๐ฎ๐ข ๐ข๐ฏ๐จ๐ญ๐ช๐ฏ๐จ, ๐ช๐ฏ๐จ๐ด๐ถ๐ฏ ๐ด๐ข๐จ๐ฆ๐ต ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฌ ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ณ๐ช ๐จ๐ถ๐ฏ๐ถ๐ฏ๐จ. ๐๐ณ๐ข ๐ข๐ฏ๐ข ๐ด๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐จ๐ฆ๐ต ๐ฅ๐ข๐ฌ๐ฅ๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฌ, ๐ฏ๐ข๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐ฑ๐ข ๐ฏ๐ฆ๐ฎ๐ฐ๐ฏ๐ช ๐ช๐ฏ๐จ๐ด๐ถ๐ฏ ๐ฐ๐ณ๐ข ๐ฃ๐ข๐ฌ๐ข๐ญ ๐ฏ๐ฆ๐ฎ๐ฐ๐ฏ๐ช ๐ช๐ฏ๐จ๐ด๐ถ๐ฏ. ๐๐ข๐ธ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ญ๐ถ๐ด-๐ฆ๐ญ๐ถ๐ด ๐จ๐ถ๐ญ๐ถ ๐ญ๐ข๐ฏ ๐ฏ๐จ๐จ๐ฆ๐จ๐ช๐ณ๐ช๐ด๐ช ๐ซ๐ช๐ธ๐ข. ๐๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ฏ๐ฌ๐ถ ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ต๐ถ๐ต๐ข๐ฌ๐ฆ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ฆ๐บ๐ข๐ฏ ๐ฏ๐ข๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ฆ๐บ๐ข๐ฏ ๐ฐ๐ณ๐ข ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ญ๐ฆ๐ฏ๐จ. ๐๐ข๐บ๐ข ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐ฆ ๐ฑ๐ข๐ฏ๐ช๐ฏ๐จ๐ข๐ญ ๐ข๐ฏ๐จ๐ญ๐ช๐ฏ ๐ฅ๐ฉ๐ข๐ณ๐ฎ๐ข ๐ฏ๐ถ๐ฏ๐ฅ๐ฉ๐ถ๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ถ๐ณ๐ช ๐ณ๐ข๐ด๐ฆ๐ฌ๐ด๐ข."
Kaki dukun muda tersebut mundur beberapa langkah ke belakang, ia menunggu Alicia bangkit. Alicia menarik jalur Arcane dengan tangan kanannya lagi, Wisesa dari kejauhan melemparkan pukulan. Alicia malah terjerambab ke depan dengan nyeri dipunggung seperti baru dihantam sesuatu.
Wisesa membuat gerakan tempeleng, dan Alicia menerima hempasan kasar tersebut di belakang pelipisnya. Aneh bukan main jurus milik Wisesa. Alicia segera berbalik ke belakang karena penasaran. Tidak ada apapun atau siapapun, hanya gubuk tua yang masih menganga. Alicia kemudian merasakan tendangan tepat di bokongnya hingga ia tersungkur lagi!
Kuasa gaib sudah memelintir jantungnya, menghempas dirinya berkali-kali, dan sekarang menyerang dari belakang berdasarkan arah pukulan atau tendangan Wisesa. Ini membuat Alicia semakin makan hati, sementara Wisesa terbahak-bahak setelah beberapa kali menendang bokong sang gadis.
"Wisesa! Berhenti menendang bokongku terus!"
"Perempuan Barat pecundang!" olok Wisesa. "Mana kuasa sihir paling hebat itu, hah? Masa tidak bisa membatalkan serangan ku kali ini?"
"Sudah Wisesa, cukup. Aku ini tidak ingin bertarung denganmu!"
"Peduli setan! Sampai bola itu kembali kepadaku, kau tidak kemana-mana!"
"Sudah kubilang ini punyaku, Idiot!"
"Sudah kubilang peduli setan, Tuli!"
Alicia terus disiksa dengan tamparan tangan Wisesa yang bersandar santai di pohon. Ketika Alicia sempat menembakkan Arcane, proyektil tersebut antara meleset atau berbelok sendiri karena terganggunya fokus sang gadis.
Wisesa berkata lagi, "Letakkan saja di tanah, Alicia, dan aku akan berbaik hati untuk melepaskanmu. Selama aku dapat melihatmu di sini, tubuh bagian belakangโapalagi bokongmuโtidak akan aman."
Pongah karena merasa menjadi ๐ฑ๐ถ๐ด๐ข๐ต ๐ฅ๐ฆ๐ธ๐ข-๐ฅ๐ฆ๐ธ๐ข, sejumlah kata terselip dari bibir Wisesa, memberikan Alicia secercah ilham.
"Begitu, kamu mempermainkanku lewat serangan belakang selama kamu dapat melihatku."
Wisesa ikut khilaf.
"Sial! Jangan coba-coba kamuโ"
Alicia sudah terlanjur "coba-coba". Perkarangan rumah lelaki tersebut menjadi padang putih tanpa batas lagi tanpa noda akibat cahaya Arcane yang terlampau silau! Ketika penglihatan Wisea pulih, sosok Alicia sudah lenyap.
Betapa Ilahi telah mengutuk Wisesa. Tubuh Wisesa berpendar biru tapi ia tak merasa dirinya diberkati Arcane. Itu karena badannya terangkat dengan sendirinya! Ketika dihadapkan pada sumber cahaya pada tubuhnya bersinarโOrb yang melayangโdia juga menatap Alicia dengan hidung mendengus.
Konsentrasi Alicia bergumul dengan rontaan badan Wisesa. Alicia sudah semakin terampil dalam mengangkat mahluk hidup dengan kekuatan Arcane, meski ia masih harus belajar lagi tentang mengolah dayanya seefektif mungkin. Alicia melakukan apa yang biasanya ia lakukanโmemurnikan pengaruh partikel Protos dari seseorang atau sesuatu.
Energi Arcane membuat saraf-saraf Wisesa mendapat rangsangan terbakar, tapi Alicia tak berbagi gering yang serupa. Seperti yang diterka oleh Alicia, kehadiran protos ada dan tidak ada dalam diri lelaki ini, dan saat pemurnian berlangsung tidak ada kuasa Khaos ditemukan di raga Wisesa. Bagaimanapun kuasa hitam itu masih hadir dan kentara terasa!
"Bagaimana kamu menyembunyikan partikel Protosmu itu?" ucap Alicia.
Wisesa masih merengek tak jelas seperti balita yang terkena tantrum. Tapi tak seperti penduduk desa yang lain, kelihatannya dia mengerti istilah yang diucapkan Alicia. "Aku tidak menyembunyikan kuasa hitam atau semacamnya!"
"Lalu mengapa aku dan Orb masih merasakan kehadiran partikel Protos?" Alicia membentak nyaring.
"K-karena โฆ itu bukanlah diriku!"
"Lantas siapa?"
"Kamu kebanyakan bacot, Perempuan Barat Sialan!"
Ingin rasanya Alicia meremukkan pria bermulut kasar lagi rasis itu, namun mana mungkin teman bolanya mengijinkan orang itu mati. Proses pemurnian itu pun juga sia-sia. Maka inilah intensi Alicia: ia akan menciptakan ledakan Arcane demi membuatnya pingsan, setelah itu dia akan diseret ke tempat Semar untuk diadili. Jika rencana ledakan tadi tidak membuatnya semaput, Alicia akan membiarkan Orb membentur kepala Wisesa sampai pingsan. Tapi tentulah satu ledakan sudah cukup, karena jikalau tidak, itu akan membuat Alicia kehabisan akal.
Maka yang diinginkannya terjadilah dengan restu Orb. Ledakan energi besar terjadi di tengah hutan, baik Alicia dan Wisesa terlontar jauh-jauh. Wisesa sudah berguling beberapa kali di tanah, daya ledak Arcane tadi memang sudah menguras habis tenaganya. Tidak bisa lagi dia komplain karena dilempar di luar kehendak.
Alicia mendekati lelaki tersebut. Ternyata, Wisesa masih dapat berbicara kendati seluruh tubuhnya tengkurap lumpuh.
"Biar kuberitahu sesuatu, Alicia." Wisesa menyeringai. "Hawa kuasa Khaos itu bukan bersal dariku. Itu berasal dari suatu ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ di dalam tubuhku."
Alicia memasang wajah penasaran. "Alam di dalam tubuhmu? Jangan-jangan kamu dirasuki sesuatu! Ah, sudahlah! Maaf, Wisesa, tapi sekarang waktunya tidur siang!"
"Tunggu, tunggu, tunggu! Jangan membuatku pingsan. Alicia, janganโ"
BUK!
Berkat benturan yang cukup keras, pingsanlah pemudah yang dipanggil Wisesa tersebut. Alicia berjongkok di depannya sebentar sambil mengumpulkan tenaga.
"Pantas saja orang-orang tidak menyukaimu, Wisesa. Coba saja tingkah lakumu sopan sedikit," tutur Alica kepada orang pingsan itu. "Sekarang aku harus mencari Ki Semar di balik hutan lebat tadi, karena tak mungkin aku mengangkat badanmu menuju desa!"
Baru saja Alicia hendak berdiri, Wisesa tiba-tiba melenguh dengan mata terbuka! Alicia terperanjat sejadi-jadinya. Pemuda tersebut kemudian mengalami serangan ayan hebat. Badanya yang tengkurap melentangkan diri. Bola matanya sudah berputar ke balik kehampaan. Bunyi tulang belulang berkumandang seraya raga Wisesa dipaksa bergerak tak normal. Alicia sudah kembali bersiaga dengan Orb.
"Wisesa! Wisesa, ada apa denganmu?"
Wisesa tak menjawab.
"Wisesa, ini tidak lucu, berhenti main-mainnya!"
Wisesa tidak menjawab sepatah kata pun. Dirinya terus memelintir badan sendiri, sampai ia menemukan pose yang nyaman untuknyaโposisi kayang!
Dari perut sang lelaki yang terselimuti kain baju, keluar energi kekuningan yang berbuih. Hawa yang dikeluarkannya panas mendidih dan bergerak ke atas, lalu perlahan membentuk sesuatu. Alicia berpikir untuk mundur ketika wujud kekuatan asing itu semakin jelas. Substansi kekuningan panas telah menghasilkan proyeksi tubuh seekor mahluk humanoid. Mahluk yang terlampau mirip dengan mahluk yang menyerang desa. Mahluk yang memburu anggota bandit Panca Gendheng. Mahluk yang dijinakkan oleh Ki Semar.
Netra Alicia membelalak. Di saat yang sama Orb menjerit karena suatu inti Khaos telah tampak. Jelaslah semua hubungan-hubungan itu. Semua pertanyaannya di Yawadwipa. Semua seluk beluk misteri di desa.
Jelaslah pula satu potongan akan nubuat enam anak Nostradamus.
Alicia berkata pelan sambil tercengang, "Demi Murka Elysium, kamulah orangnya!"
Rasa terkesima masih membayangi Alicia. Dia tidak sadar, bahwasannya kaki dan tangan Wisesa menapak pelan selagi proyeksi sihir berwujud Barong bertatapan dengan sang gadis. Energi mendidih berwujud itu tampak seperti ditahan-tahan, sehingga ia tak bisa mengambil wujud Barong secara fisik. Kendati demikian, mengendalikan pemuda yang ia tempati dengan keadaannya sekarang sudah lebih dari cukup. Wisesa melaju ke arahnya sambil berkayang, tangan mahluk tersebut menyambar leher Alicia dan membenturnya ke batang pohon jati!
Meski hanyalah sebuah substansi energi tembus pandang, tangan Barong tadi sungguh dapat mencekik Alicia seperti diapit penjepit kolosal.
"W-Wi โฆ se โฆ sa โฆ!" Alicia mengerang. "S-s-sadarlah โฆ!"
Tapi Wisesa ๐ด๐ฆ๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ฅ๐ช ๐ณ๐ถ๐ฎ๐ข๐ฉ. Hanya ada Barong, mendengus dan mengeram di depan wajah Alicia. Tangannya semakin dicengkram, Alicia merasa lehernya akan putus! Paparan kuasa Arcane pun menembus ruh tersebut begitu saja, padahal hawa Khaosnya benar-benar terasa sampai ke tulang.
Alicia tidak kuat lagi. Paru-parunya sakit. Udara tidak bisa masuk. Tidak lama lagi, barangkali ia harus mengucapkan perpisahan kepada raganya โฆ. []