Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 66 - THE DEAD MAN WARNING

Chapter 66 - THE DEAD MAN WARNING

"Hanya karena tidak ada sihir hitam di dalammu bukan berarti kau tidak lebih berbahaya dari sebelumnya!" tegas Alicia.

"Tidak, tidak, tidak, gadis. Berkatmu, aku adalah bayi yang baru menyentuh sihir. Fakta menarik untukmu, Nona. Para necromancer membutuhkan partikel Protos dan penyerahan diri bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah alat untuk memuaskan hasrat. Dan juga pemahaman tingkat lanjut akan anatomi mahluk hidup!

Karena aku adalah praktisi seni H̸̡̡̡̧̡̡̨̧̛̛̯̱̘̹̺̼͔͚͖͉̟̞̙̦͎͕̹̰̫̩̻̣͓̠̜͕̱̭̹̹̓̉̓̓̓̒͐̎̅̓̃͆̿̉̓͗̓́͑̎͆̚͜͜ͅà̵̬̯̤̙̗͙̰͉̦̼̩̱̲͎̝͒͊̇̒̆̉̈́̂̈̌̽̄͘͘͜͜͝͝ͅl̸̢̨̨̧̡̢̧̙̲̗͔̳̠̦̘͉̖̹͎̹̲̭̹̰̯̲͈̠͕̭̼̤̟̜̦̗̂̑̔̎̋̈̇̓̌̄́̄̓̅̌̇͌̌͆͋̂̆͂̿͐̈̿̋̇̋̕͘͝͝͠͠ͅͅa̷̧̨̛̭̺̯͓͈͓̳̳̠̗̭̠̼̙̗̯̘͔̩̰͎̠̹̰̯̍̉̋̂͌̇̊͊͆̎̒͊́̒̿͋̅̀͒͌̓̏́̋̔̔͌̒͆̚̕̚͘͜͝͝ͅr̷̩̓̎̍̄̓̐͋̿͝͠͠͠͝ ̶̛̟̍̿̋̂̑̈́̓͌͊͒̈͛̎͛̈̈́͆̏́͌̄̓͑͌̓̾̓́͑̏̒͌̀̈̚͘̚̕͝M̷̧̛̹͚͎̖̱̠̥̜̟̯͉̭͓̳͇͉̮͚̠̣̙͈̯͂̑̄̎̋͗̎͆͒̑̾͗͛̏̆͗̎͆̏̓̃̈͛̃͒́̓͂̌̾̕̚o̵̡̢̡̢̧̧̨̢̼͉̰͚̰͉̺͓̝͓̙̫̦͕͙̙̘̯̬̗͔̫̞͚̩̼͔̲͇̒̌̾̽̂̿̄̎͆͊̊̓͐̉̈́̓͂̒́̂́͗̽́͛̐̒̈́̀͗̾͗̅̏͛̔̋̾̈́̕͜͜͜͝͝ͅl̷̨̛̛̗͙͚̼̠̝͓͎̞̯̳͚̖̜̟̮̮̮͉̟̱̗̺͓̣̼͚͉̻͖̽̾͆̂́̊̉͂̎͛̊̓̾͂̾̉͂͐̾̑̑͗͛͘͘͜͠ͅõ̵̢̢̨̢̹͎̖̙̜͚̤̩̻̞̘̞͍̙̫̖͓̥͕̭̹͍̱̣̖͎̣̳̮̥͖͉̙̹̆̈́͒͂͗͛͒͋͂̈̋́́̂̾̈́͌͊͑̀̓̉̀̅̒̍́̃̆̒͘̕͜͝͝c̴̨͔͎̺͔͚͚̩̭̼̫̝̖͙͇͔͕̩̻̉́̒̉͒̇͊͗̑̍̉̅́̂̈́͐̕͘͘͘̚̚͝ͅh̵̡̛̼̼̺̥̻̰̻͇̤̞͚̮̼̼̯́̿͐͐

—Necromancy, dalam bahasa kaummu, pengolahan manaku tidak berguna kecuali diriku mengkomsumsi partikel Protos lagi."

"Sayang sekali tidak ada partikel Protos di kereta ini," olok sang gadis.

"Maka, dari itu … mendekatlah, mendekatlah kepadaku, gadis. Mari kita bercerita."

Alicia tak bergerak sejengkal pun dari tempatnya sekarang, "Ini sedekat yang aku bisa."

Penolakan dari Alicia tidak membuat seringai dari-telinga-ke-telinga Agosh menghilang. "Oh, Gadis. Apa kau masih takut padaku, manusia biasa tak berdaya ini?" Agosh terkekeh-kekeh nyaring di dalam kurungan kaca. "Sudah lama tidak berjumpa. Bagaimana hubunganmu dan Orb? Apakah kau sudah menemukan fakta mencengangkan tentang dirimu dan Orb?"

"Tidak banyak. Tapi ya, aku telah mempelajari sesuatu." Alicia duduk bersila pada lantai metal yang dingin. Dirinya mungkin sudah terbujuk untuk menemani si jinjang itu selama beberapa waktu.

Agosh kembali tertawa. "Begitu. Pantas saja kau hendak ke Vanir. Kau ingin mencari gambaran detail akan takdirmu serta mencari anak-anak yang lain."

Serasa seperti sedang dibaca pikirannya, Alicia mengernyit. Orb menghardik penyihir mayat dengan nada mengancam. "Jadi kaupun tahu keseluruhan ramalan Nostradame?"

"Tentu saja, tentu saja, tentu saja aku tahu, Bodoh! Mereka yang mengirimku juga tahu. Sungguh absurd mereka percaya akan ramalan astrolog tolol, bukan begitu?"

Tersebut lagi pada bibir sang necromancer, majikan misterius yang menerima jasanya. "Siapa yang mengirimmu?" Alicia menginterogasinya.

"Tidak tahu, tidak bisa memberi tahu, tidak peduli. Kau tidak akan bisa mendapatkan apapun dari ku seperti para penyihir Magisterium." Agosh lalu mendekati kaca depan kemudian berjongkok. Jarak kurungan kaca tersebut memang lebih tinggi dari lantai sehingga Agosh pun melihat Alicia seperti memandangnya rendah. "Mari, mari, mari. Mari jangan membahas siapa yang mengirimku. Aku ingin mendengar tentang dirimu. Bagaimana rasanya … setelah mengetahui nasibmu sebagai seorang anak mukjizat, nona?"

"Seperti ditimpa tanggung jawab yang lebih berat dari Kaisar Abadi," tutur Alicia sambil menurunkan Orb. "Setidaknya, aku sudah tahu sebagian besar alasan mereka mengejar kami berdua. Khaos mengarahkan mereka untuk memburuku. Supaya aku sebagai Anak Mukjizat menghilang bersama cahaya, dan Ia bisa mengambil dunia seperti alam lain yang ia telah telan. Aku harus mencegah itu."

"Tapi Khaos sulit dihentikan, nona. Ribuan tahun lamanya dan Khaos semakin intim dengan bumi. Sementara Arcane …." Telunjuk Agosh mengarah ke bawah sambil membuat suara siulan yang perlahan melemah. "Namun jika ini menenangkanmu, aku setuju jika Khaos tidak boleh melahap bumi ... maksudku, ayolah. Kau bercanda, Khaos? Tidak ada yang menyenangkan dari terperangkap di kegelapan abadi. Sangat suram ...."

"Lalu mengapa kau ingin menculik diriku dan Arcane?"

"Sederhana, aku ingin mencoba sesuatu! Aku ingin mengejar semua nafsuku dengan kuasa Khaos, dan saat kehadiran Khaos semakin banyak di bumi ... aku hanya perlu menghapusnya dengan kekuatan Arcane!" jelas Agosh Grendi. "Dunia tidak jadi hancur! Bayangkan hidup tanpa konsekuensi, bak Dewa! Aku menyelamatkan dunia dengan caraku sendiri."

Nada marah Alicia merembes keluar mendengar usulan necromancer. "Itu mustahil! kau tidak bisa mempermainkan dua kekuatan seperti itu!" sergahnya. "Arcane adalah anugerah dari Ilahi yang Sunyi, sumber segala kebaikan. Arcane pasti akan memutuskan hubungan denganku jika aku menjadi budakmu."

Namun si jinjang beruban itu mau tak mau terkekeh-kekeh lagi sambil menggelengkan kepala. Mukanya yang berbalut topeng membuat Alicia tidak bisa menebak jika dia sedang mengolok atau menahan amarah akan kenaifan dirinya. "Naif sekali dirimu, Nak. Menurutmu kenapa pemilik sumber kekuatan terkuat sekarang adalah negara yang paling dibenci di dunia? Tidak adil jika Arcane selalu diasosikan dengan kebaikan, di saat para peyihir Kekaisaran Abadi menumpahkan darah yang tak bersalah dengan kekuatan tersebut dengan dalih titah Ilahi. Apalagi dosa terbesar mereka yang melakukan genosida terhadap keluarga dan kaum pendukung Raja Kedua tidak lama ini. Kaisar Abadi menjadi pemimpin tunggal dan semua kejadian itu terlewat begitu saja oleh jaman."

Mengenai hal itu, sebenarnya Alicia setuju akan pernyataan Grendi, walau ia benci mengakuinya di depan wajah sang penyihir mayat. Agosh Grendi berimbuh kembali, "Begitu pula dengan Khaos. Menurutku, Khaos dan Arcane hanyalah dua kekuatan besar yang saling bertolak belakang, tidak ada hubungannya dengan yang baik atau jahat. Lagipula orang-orang juga tidak tahu apa kriteria Arcane dalam memilih pengendalinya."—Agosh membuat nada mengejek—"'Kehendak Ilahi yang misterius, Ilahi melihat sesuatu dari orang tersebut yang tidak bisa kita lihat, dan lain-lain, blah, blah, blah.' Itu hanyalah justifikasi yang dibuat-buat oleh para rahib yang sebagai bentuk glorifikasi pada Kekaisaran Abadi, dan justifikasi terhadap para penggunanya. Mereka kerap menyesatkan orang dengan cara berpikir demikian agar nalar mereka tidak berkembang. Tanya ke bolamu, apa alasan bola itu memilihmu, nona?"

Tentu saja itu bagian yang tak dapat dijawab sang gadis. Terlebih karena Orb telah berfirman kalau Alicia tidak akan mampu menelan penjabarannya sekaligus. Sang gadis meluangkan waktu sesaat agar Orb mengatakan sesuatu. Sayangnya bola itu tetap sunyi senyap.

"Tidak ada? Mengapa aku tidak terkejut!" lanjut Agosh, "Jadi, karena semuanya hanyalah misteri ilahi atau sekedar peluang acak, mereka yang terpilih tidak berbeda dari para penyihir yang lahir di antara manusia. Mereka hanya punya kekuatan yang berbeda dengan perilaku yang sama. Pada akhirnya mereka tetap menggunakan kekuatan yang dimiliki sebagai alat pemuas hasrat. Maka, ketidakjelasan kriteria Arcane membuatku berpikir. Khaos adalah alat yang kupakai untuk memuaskan hasratku, dan Arcane adalah alat untuk mencegah konsekuensi dari Khaos sehingga aku bisa meneruskan hasratku! Inilah yang dinamakan keseimbangan. Tidak ada salahnya untuk memunculkan teori sihir liar ini lalu mengujinya. Jangan biarkan alasan tak berdasar menghalangi pikiran kreatifmu, Nona!"

"Aku belum tahu apa yang membuatku dipilih oleh Orb. Orb belum bisa memberitahukannya kepadaku," Alicia akhirnya membuka suara. "Tapi itu tidak merubah fakta kalau aku yang dipilih dan bukan dirimu. Orb adalah Sempena Ilahi yang melihatku istimewa. Jadi sekuat apapun usahamu untuk merebut kekuatan ini, kau tidak akan bisa mendapatkannya!"

"Apakah kau menganggap dirimu istimewa hanya karena awalnya kau adalah seorang yang tidak bisa sihir, kemudian Orb yang asal usulnya tidak jelas datang memilihmu?" balas Agosh.

"Dan juga karena aku punya tujuan ketika dipilih oleh Orb. Nubuat itu."

Agosh menjawabnya dengan sarkas. "Oh, benar. Perempuan biasa dari desa tiba-tiba menjadi sosok yang berbeda seratus delapan puluh derajat karena seorang peramal lima ratus tahun lalu, yang ramalannya tidak pernah akurat, tiba-tiba mengimplikasikan sesuatu tentangnya. Sungguh hebat!"

"Buku itu tidak hanya mengimplikasikan, tapi benar benar merujuk pada diriku melalui tanda di tanganku ini."

"Tapi ramalan itu akan terjadi lima tahun setelah diterbitkan, sedangkan kau baru muncul lima ratus tahun kemudian."

"Kamu tidak bisa mengartikan tulisan ramalan secara harfiah begitu saja."

"Bukankah itu berlaku juga untuk pernyataanmu tadi?"

Alicia merenung sebentar.

"Betul. Tapi aku dan Orb telah sedikit mempelajarinya. Simbol di tanganku terukir jelas dan sesuai dengan yang di buku, jadi itu satu bukti untukku!" Alicia kemudian membuka sarung tangannya dan membiarkan Agosh mengintip luka bakar tersebut sebentar.

"Baiklah, baiklah. Cukup adil. Tapi jika kau disebut dalam nubuatan memangnya kenapa? Apakah itu tetap mengartikan kau adalah orang yg istimewa di antara yang lain? Atau sebenarnya itu hanyalah betuk sugesti terhadap fakta kalau hidupmu didikte oleh orang?"

"Kau sudah mendengar jawabanku sebelumnya. Aku dipercaya untuk tanggung jawab yang besar. menghentikan Khaos dan rencana akhir dunianya. Katakan kepadaku kalau itu tidak memberi pengaruh kepada yang lain."

"Keren! Kalau begitu apakah orang tua mu, teman-temanmu adalah sama istimewanya denganmu?"

Alicia menjadi heran dengan arah pembicaraan si penyihir mayat. "Kenapa kau bertanya begitu? Mereka tentu saja istimewa!" ujarnya.

"Istimewa karena mereka adalah orang yang kau sayangi?"

"Dan karena mereka turut andil kehidupan dunia! Mereka tidak perlu melakukan sesuatu yang berdampak besar sampai-sampai seluruh dunia tahu. Tapi mereka punya peran dalam keberlangsungan hidup dunia dengan caranya sendiri."

"Oh, berarti semua orang pada dasarnya istimewa! Kalau begitu para pengemis dan pecandu adalah orang-orang istimewa pula? Mereka tidak punya peran raksasa seperti menyelamatkan dunia dan hanya duduk mengharapkan kasihan orang. Di mata mu, apa mereka istimewa?"

"Mereka ...."

"Maksudku, tentu saja mereka punya andil. mereka mengaplikasikan kelas tatanan sosial yg disusun oleh para penguasa. Mereka adalah teladan agar kita tidak berakhir seperti mereka, dengan begitu masyarakat tidak akan runtuh dan bumi tetap berputar. Tapi bagaimana dengan aku, musuhmu dan semua penyihir Khaos? Aku melakukan hal keji, Alicia. Apa aku istimewa?"

Wajah jijik terpampang pada wajah Alicia. "Kau adalah seorang bajingan."

"Tapi aku dan yang lain punya andil membawamu ke momen ini, bukan? Membuatmu bisa menyelami peranmu sebagai penyihir yang dinubuatkan untuk menyelamatkan dunia!"

"Aku tidak tahu orang macam apa yang menganggap dirinya istimewa dan menganggap yang lain sebagai alat yang bisa digunakan semena-mena. Kamu mungkin punya tempat yang istimewa di antara kaummu, tapi kamu tidak akan mendapatkan sanjungan itu dariku."

"Berarti menjadi istimewa itu adalah hal yang subjektif, hmm? Kau istimewa karena Orb dan ramalan berkata demikian. keluarga dan sahabatmu istimewa karena mereka punya tempat yg istimewa di hatimu. Aku tidak istimewa, karena aku pernah menyakitimu, dan pengemis tidak istimewa karena kau tidak pernah bertemu dengan mereka dan kau tidak peduli dengan mereka. Dan di sinilah dirimu, meremehkanku dengan berkutat dirimu istimewa di depanku?"

BAM! Agosh sontak meninju keras kaca pengurungnya! Alicia tentu saja terkejut dan meresponnya dengan todongan bola Arcane ke arah kaca. Berperangai geram, Agosh melayangkan makiannya sambil membentak. "MUNAFIK KAU, JALANG! KAU TIDAK BENAR-BENAR INGIN MENYELAMATKAN DUNIA, KAN? DI DALAM LUBUKMU KAU HANYA INGIN ORANG MELIHATMU, MENGAKUIMU, MENCINTAIMU! KAU MELAKUKAN INI BUKAN KARENA KAU ISTIMEWA, OH TIDAK, TIDAK, TIDAK! KAU MELAKUKAN INI KARENA KAU INGIN DIANGAP ISTIMEWAAAAA! KAU INGIN DIANGGAP ISTIMEWA SEPERTI YANG LAIN, KARENA JIKA KAU GAGAL MELAKUKANNYA …," Agosh menempelkan wajahnya di depan cermin, lalu berdecak ke sang gadis, "kau akan kehilangan segalanya … Kau akan diasingkan lagi. Aku dan yang lain adalah alat untuk memenuhi hasrat itu. Khaos adalah alat yang menjalankan plot, dan Orb adalah alat yang membuat cerita berlangsung!"

Mendengar perkataan tersebut, Orb hampir saja memelesat dan menghancurkan penjara kaca beserta tahanan di dalamnya sesuai permintaan sang gadis. Tampak tatapan Alicia berkilat-kilat walaupun matanya sedikit sembab. Giginya pun ikut terkatup karena geram.

"Kau tidak tahu apa-apa akan ambisiku! Kau tidak berhak menghina Orb sebagai alat! Sepanjang diriku hidup, aku telah belajar untuk tidak membutuhkan orang lain untuk mengakuiku. Aku hanya ingin dunia bahagia melalui pengetahuan akan sihir. Jika tidak ada orang yang mendukungku, aku akan melakukannya sendiri!" tegas si gadis Crimsonmane.

Agosh tertawa keras. Ia sangat menyukai reaksi Alicia hingga memberikannya tepuk tangan meriah. "Alicia, Alicia, Alicia. Tenang, Nona, tenang…. Aku cuma bercanda." Agosh kembali bergelak, "Cuma bercanda. Aku hanya ingin mempermainkanmu, supaya kau tertekan dan menangis. Aku bergairah ketika melihat orang tertekan dan menangis. Oh, kau harus melihat ekspresimu, Alicia!"

Menjijikan. Terlampau menjijikan. Alicia menyesal telah menyusup masuk gerbong jahanam ini. Bahkan tanpa pengaruh Khaos, Agosh masih merupakan manusia bejat paling berengsek yang pantas disiksa di lubang Tartarus paling dalam. Alicia semakin tak tahan dengan pelecehan verbalnya ia sampai mundur dan hendak meninggalkan Agosh.

Namun pria itu masih ingin bermain. Agosh memanggilnya lagi, "Tapi sungguh, Nona? Tidakkah terlintas di pikiranmu untuk merekam apa yang baru saja kau katakan dan coba kau dengarkan betapa menggelikannya dirimu? Membahagiakan dunia dengan sihir, yang benar saja! Kalau kau tidak punya Orb apa yang akan kau lakukan? Membuang pikiran itu jauh-jauh dan menjalani hidup yang tidak berarti sampai masuk liang lahat? Menyadari bahwa mungkin kau tidak ditakdirkan untuk melakukan hal-hal besar? Tapi aku mengagumimu, Alicia. Kau masih punya hasrat. Kau bisa menghalalkan segala cara untuk mewujudkan cita-cita itu. Tidak perlu dirimu menjadi istimewa selama dunia bisa bahagia, bukan? Segala sesuatu di dunia ini adalah alat bagi suatu mahluk, Nona. Hal yang bernilai bagi mereka—yang membuat sesuatu itu 'istimewa' adalah betapa bergunanya sesuatu tersebut untuk memenuhi hasrat suatu mahluk. Itulah cara hidup yang seharusnya sedari dulu, Nona. Bergabunglah denganku, karena aku pun ingin dunia bahagia, tidak terikat nilai dan darjah semu. Hanya manusia yang terpuaskan hasratnya."

"Jangan mengada-ngada," balas Alicia geram, "kau tidak bisa mengabdi pada dua tuan. Kau akan lebih menyukai satu tuan dibanding yang lain. Kau hanya tunduk dengan ketamakanmu yang sangat dicintai oleh Khaos. Manusia bukan sembarang mahluk yang tak punya tujuan selain memuaskan nafsu tanpa memikirkan konsekuensi dan moral!"

"Tapi itulah alasan manusia juga disebut mahluk hidup! Mahluk hidup adalah mahluk hidup jika dia punya hasrat, dan sudah jadi insting setiap mahluk akan berusaha mewujudkan hasratnya. Moral itu, hanyalah batasan palsu yang dibuat-buat oleh mereka yang menyebut diri mereka 'istimewa' dengan maksud agar tak semua orang bisa memenuhi hasratnya selain mereka seorang. Ironi, moral sendiri yang menghancurkan mereka. Karena moral, mereka sejatinya sedang membuat bom waktu dalam diri mereka yang terkekang, berdenting, dan ketika waktunya habis ... BOOM! Kekacauan, bentuk semesta mengkoreksi suatu kesalahan padanya."

"Kau memutarbalikkan kata-katamu!"

"Tidakkah kau lihat peradaban yang semakin maju ini malah dipenuhi oleh pelaku maksiat yang mengalami ledakan hasrat karena dikekang sekian lama? Binatang, tumbuhan, mereka tidak membutuhkan moral dan satu-satunya alasan mengapa mereka semakin terpuruk adalah karena manusia dan adabnya …. Standar moral mungilmu yang membawa dunia lebih dekat kepada Khaos."

"Jadi saat kau mengatakan aku adalah anak yang istimewa yang akan mengubah wajah dunia, kau sedang mengejekku saat itu."

"Tentu saja aku tidak bersungguh-sungguh, Nona! Siapa sih yang percaya ramalan itu selain kau dan kumpulan manusia dungu yang mengirimku? 'Istimewa' hanyalah ungkapan semu untuk orang berego raksasa sebagai mekanisme koping karena tidak bisa menerima diri apa adanya. 'Istimewa' bukanlah ukuran yang diakui secara universal, nona. Kau dan anak-anak yang lain hanya melakukan tugas yang telah ditentukan oleh takdir sama seperti yang lain, sama seperti diriku... hanya saja punyamu tertulis dalam buku. Kalaupun kau berhasil melakukannya, orang akan melupakan apa yang telah kau lakukan dan beralih mengejar hasrat mereka seperti biasa. Jadi berhati-hatilah nona, jangan membohongi dirimu sendiri. Kau tidak istimewa, kau sama seperti diriku. Jangan biarkan waktu menampar keras dirimu, karena kau akan menderita dibuatnya! Kalau kau masih bebal, aku punya nubuatan juga untukmu: Bintang-bintang berkata kepadaku: Orang terakhir yang menyatakan kepadamu tidak istimewa, adalah orang yang membunuhmu!"

Mendadak dari dalam kaca gelombang suara yang memantul-mantul mencabik-cabik pendengaran Agosh Grendi. Pria tersebut tersebut tersungkur sambil menjerit-jerit, menyumpahi siapapun yang mengkatikfan mekanisme penjinak tahanan tersebut.

"BANGSAT! SIALAN, AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN! AKU HANYA MENGOBROL SAJA, JAHANAM!"

"Kupikir gerbong ini sudah jelas tidak boleh dimasuki sembarang orang." Sebuah suara yang berasal dari belakang Alicia yang membuatnya kaget. Ketika Alicia menoleh ke belakang, wajah orang tersebut menunjukkan wajah yang serius.

"N-Nona Odelie?"

"Odelie, tidak pakai 'nona'," tukas astrolog perempuan tersebut. Odelie lalu menggengam lengan Alicia sampai sang gadis latah, menariknya keluar. Alicia melihat Grendi yang baru melepaskan kedua tangan dari telinganya yang berdenging. Entah kenapa dia merasa ini tidak akan menjadi kali terakhir dirinya bertatap muka dengan si necromancer. []