Riasan si wanita sangat berantakan. Nathan hampir menertawakannya. Namun, dia buru-buru tersadar.
'Astaga! Aku harus menahan diri untuk tidak menertawakannya! Aku harus memperlakukannya dengan baik.'
Untuk menghilangkan rasa bersalahnya, Nathan mengambil saputangan dari saku jas.
"Apa?!"
Si wanita mendongakkan wajah ketika menatap Nathan. Pria dengan tinggi 185 cm tersebut mengelus dada.
'Apakah dia tidak tahu bahwa di tanganku ini adalah saputangan? Mengapa dia banyak tanya?'
Hati kecil Nathan mengeluh. Dia benar-benar anti berinteraksi dengan wanita sejak kepergian Xaquila. Namun apa boleh buat, dia tidak memiliki pilihan lain.
"Pakailah untuk menghapus air mata Anda!"
'Kalau bukan karena aku membutuhkanmu, aku tidak akan sudi memberikan saputangan kesayangan ku.'
Nathan mulai bermain dengan pikirannya. Dia menatap si wanita tanpa senyum.
"Tidak, terima kasih."
Wanita tersebut menjawab dengan kasar. Kemudian, berbalik dan hendak pergi. Lagi, Nathan dibuat meradang karena sikapnya.
"Hei, Nona!"
Nathan hendak mengejar wanita kasar itu, tetapi tiba-tiba si wanita tersungkur.
"Aaaarrgh!"
Si wanita berteriak kesakitan. Dia menatap Nathan sambil menggertakkan gigi.
"Astaga! Anda terjatuh, Nona. Biarkan saya membantu Anda."
"Tentu saja Anda harus membantu saya. Jika bukan karena kelalaian Anda, maka saya tidak akan terjatuh seperti ini."
Nathan mengikuti arah pandang lawan bicaranya. Dia melihat kaki kanannya menginjak gaun pengantin si wanita.
"Astaga!"
'Sial sekali aku hari ini! Mengapa takdir mempertemukan aku dengan singa betina seperti dia!'
Nathan tidak berhenti menyalahkan takdir. Dia tersentak saat mendengar suara Lucky berteriak memanggil namanya.
"Astaga, Tuan Muda! Mengapa Anda membiarkan seorang wanita terjatuh seperti ini?!"
Lucky dengan cekatan membantu si wanita yang hingga kini belum diketahui namanya. Lucky mengulurkan tangan.
"Astaga! Anne Marie Antoinette Ashe Ashe! Duhai, Anda cantik sekali."
Lucky tersihir dengan kecantikan sang wanita. Dia berjongkok sambil mengedipkan kedua mata.
"Nona, siapa nama Anda?"
Bukannya membantu si wanita berdiri, Lucky justru bertanya nama wanita yang terjatuh itu.
"Apakah kau adalah Asisten pria aneh itu?"
Si wanita mengibaskan rambut panjang kecoklatannya, lalu menatap Lucky lekat-lekat. Subjek yang ditatap pun salah tingkah.
"Beーbenar, Miss Pretty."
Lucky tidak bisa menghentikan debaran jantungnya yang terasa berbeda saat mendapatkan tatapan mata dari si wanita.
"Oh, pantas saja kelakuanmu sama anehnya seperti Tuan mu."
Lucky terkejut hingga menelan saliva. Dia ternganga.
"Aーapa?! Apa maksud Anda, Nona?!"
"Kau ingin menolong saya atau tidak?!"
Bola mata si wanita membulat seiring dengan emosi yang memuncak. Dia merasakan tubuhnya mulai menjerit kesakitan.
"Oh, astaga! Anda sungguh tidak sabar, Nona. Sebutkan dulu nama Anda, lalu saya akan segera menolong Anda!"
Lucky sempat-sempatnya bernegosiasi dengan si wanita.
"Ughh! Sungguh menyebalkan!"
Si wanita akhirnya menerima uluran tangan Lucky dengan terpaksa.
"Cia."
"Wow! Nama yang sangat-sangat sederhana, Nona."
Lucky tersenyum ketika kedua matanya menatap iris coklat milik wanita di depannya.
"Alicia Wood."
Alicia memberitahukan nama lengkapnya. Lucky pun menepati janji untuk membantu Alicia. Keduanya berdiri.
"Oke, terima kasih."
Alicia mengucapkan terima kasih kepada Lucky, lalu hendak melangkah pergi dari sana. Namun, Lucky tidak akan membiarkannya.
"Apakah Anda akan pergi dengan penampilan lusuh seperti itu, Nona Cia?"
Lucky menatap Alicia dari atas kepala hingga ujung kaki sambil memainkan jari-jari tangannya yang lentik. Mendapatkan tatapan aneh seperti itu, Alicia pun mengikuti arah pandang Lucky yang ternyata mengarah kepadanya.
"Ah, sial! Aku tidak mungkin pergi dengan penampilan buruk. Bagaimana jika dunia melihatku berantakan seperti ini?"
Seketika itu juga, Nathan melirik wanita di hadapannya.
"Kepercayaan diri Anda sungguh tinggi. Padahal dunia pun tidak mengenal Anda."
'Dia pikir, siapa dirinya? Seharusnya dunia yang memperhatikan aku dan bukan memperhatikan wanita aneh seperti dia.'
Nathan merasa tinggi hati di hadapan Alicia. Dia tidak ingin ada seorang pun yang mampu bersaing dengannya. Mendengar cuitan sang tuan, Lucky melangkah menghampiri Nathan.
Lucky menyenggol pinggang Nathan seraya berbisik, "Tuan Muda, mengapa Anda tidak bisa menahan diri sebentar saja? Hmm? Jangan membuat Nona Cia salah paham dan jangan membuat usaha saya sia-sia, ok?!"
Nathan menghela napas kasar, lalu menatap Alicia dalam-dalam.
"Terserah kau saja! Minggir, Lucky!"
Nathan mendorong sang asisten ke kiri, lalu berjalan menuju mobilnya tanpa memedulikan Alicia.
"Hei! Kau masih berhutang permintaan maaf kepada saya!"
Alicia berteriak memanggil Nathan, tetapi pria pemarah itu tidak memedulikannya. Nathan terus berjalan tanpa menyudahi kegundahan hati.
"Ya, Tuhan!"
Lucky mengelus dada sambil menggeleng. Usai menatap Nathan masuk ke mobil, Lucky kembali memusatkan perhatiannya kepada Alicia.
"Dear, silakan ikuti saya! Tuan saya akan bertanggung jawab mengganti semua kerugian. Sebutkan saja kebutuhan Anda!"
Lucky mengulurkan tangannya kembali kepada Alicia seraya tersenyum manis.
'Aku tidak memiliki pilihan lain, selain mengikuti pria bernama Lucky ini! Karena hanya dia yang bisa menolongku.'
Usai berpikir sejenak, Alicia pun mengikuti Lucky pergi menuju mobil yang sama dengan Nathan. Lucky membukakan pintu mobil untuk Alicia, tetapi wanita tersebut hanya terdiam.
"Silakan masuk, Dear!"
"Tidak. Saya tidak ingin berada di mobil yang sama dengan pria angkuh dan pemarah seperti Tuan Anda."
'Astaga! Mengapa dia keras kepala sekali? Apakah dia tidak mengenaliku yang tersohor di negeri Ratu Elizabeth ini? Ya, setidaknya namaku berkibar ketika Ratu Elizabeth masih memegang takhta kerajaan Inggris Raya!'
Lagi, Nathan menumpahkan kekesalannya di dalam hati tanpa menoleh ke arah Alicia.
"Tutup pintunya dan tinggalkan saja dia, Lucky! Saya tidak memiliki banyak waktu untuk tawar-menawar dengan wanita aneh ini."
Nathan berkata dengan ketus. Dia merogoh saku jas, lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya.
"Bagaimana, Nona Cia? Apakah Anda tidak ingin ikut dengan kami? Anda bisa meminta ganti rugi apa saja kepada Tuan saya."
"Tutup pintunya, Lucky!"
Alicia dengan cepat menyetujuinya. Dia mengangkat gaun pengantinnya, lalu masuk ke mobil dan duduk tepat di sisi kanan Nathan.
***
Baru saja Lucky mengemudikan mobil, perdebatan diantara Nathan dan Alicia pun tak bisa dihindari.
"Apakah semua wanita tidak tahu malu? Ketika mereka diiming-iming uang atau barang-barang mewah, tidak sedikit dari mereka yang menyetujuinya."
Awalnya, Alicia tidak peduli dengan ucapan Nathan yang menyindirnya. Namun beberapa detik kemudian, dia memiringkan wajah, lalu tersenyum sarkas ke arah Nathan.
"Dan, apakah pria seperti Anda tidak belajar tata krama?!"
Perkataan Alicia barusan sontak membuat Nathan ternganga. Dia mematikan rokok.
"Anda bilang apa barusan?!"
Nathan mengubah posisi duduknya menghadap Alicia. Dia membuka mulut bersiap untuk membalas perkataan wanita di sampingnya.
"Apakah kau tidak tahu sedang berbicara dengan siapa? Saya adalahー"
Nathan menaikkan kedua alisnya. Wajahnya yang sempurna membuat darah Alicia berdesir. Namun, Lucky segera menghentikan laju mobil dan memotong percakapan keduanya.
"Maaf, Nona Cia. Sebaiknya Anda membersihkan riasan wajah!"
Lucky menyodorkan tisu basah kepada Alicia. Baik Nathan maupun Alicia, keduanya sama-sama menatapnya.
"Apakah ada yang salah? Mengapa Anda menatap saya seperti itu, Tuan Muda?"
Lucky tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya yang berkawat.
"Terima kasih, Lucky. Ternyata kau masih memiliki hati jika dibandingkan dengan Tuan mu."
Alicia meraih tisu basah dari tangan Lucky. Namun, dia kebingungan ketika tidak menemukan cermin.
"Hei, Lucky! Pinjamkan wanita aneh ini cermin mu!"
'Hah? Lucky memiliki cermin? Tidak heran jika aku berpendapat bahwa dia adalah seorang Pria yang bersolek.'
Alicia membatin sambil menunggu Lucky memberikan cermin untuknya.
"Silakan gunakan cermin saya, Dear!"
Alicia dengan senang hati meraih cermin kecil dari tangan Lucky. Dia tersenyum kepada Lucky yang sedang menatapnya.
"Kuku mu sungguh cantik. Di mana kau memolesnya, Lucky? Mungkin kita bisa pergi ke salon bersama."
Alicia dan Lucky saling melemparkan senyum satu sama lain.
"Tidak."
Senyum keduanya pun menghilang seketika. Alicia mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Saya sedang tidak berbicara dengan Anda, Tuan."