"Menyingkir, Cherry!" teriak Dean panik. Ia berlari namun terlambat...
Dorr!
Semua orang kaget, Cherry yang memejamkan matanya takut melihat dirinya yang mungkin sudah mati, namun saat ia membuka matanya. Sano tengah berdiri dengan membelakanginya di depan. Darah menetes ke lantai.
Sano lah yang tertembak. Ia berlari dengan tergesa saat Rey menarik pelatuk ke arah Cherry. Ia memegang perutnya yang berdarah.
"Sano!" teriak Cherry.
Ia menangkap Sano yang limbung, dan membaringkan kepalanya di pahanya. Ia berkaca-kaca dan menahan tangis.
"Sano! Sano! Bertahanlah!"
Chery ingat saat Sano membuatkannya susu hangat dan selalu menjaganya kemana-mana saat Dean di kantor. Kilasan-kilasan itu tiba-tiba membayangi otaknya, ia seperti sosok ayah. Apalagi saat dia bilang mirip dengan adiknya, Sania. Elias dan Dean panik, lalu memburu Rey. namun mereka dihalangi penjaga Black Bird yang berdatangan dan semakin banyak.
Sano ingat saat Dean pertama kali mengajaknya bergabung saat ia menang melawan Joger di ring tinju. Dean membisikkan sesuatu.
"Jadilah bagian dari keluargaku, Sano." itulah yang dikatakan Dean padanya.
Sano berkaca-kaca mengingatnya. Cherry menekan lukanya agar darahnya tidak mengalir keluar. Ia melihat gadis angkuh yang kadang jahat itu menangis seperti anak kelinci.
"Cherry..." Sano mengangkat tangannya.
Cherry memegang tangannya dan mengangguk pelan.
"Kau mengingatkanku pada Sania. Aku titip mereka." Setelah itu Sano lemas dan hampir tak sadarkan diri.
"Tidaaaaaakkk!!"
"Sano!" Richy berlari ke arahnya dan marah melihatnya. "Buka matamu, Sano! Bertahanlah!!" teriaknya.
Sementara anggota Sky Lynx semakin berjatuhan, mereka kalah jumlah. Oska melihat Chery yang menangis memeluk Sano dan melihat Richy yang mengamuk dengan memukul brutal pihak lawan.
"Richy..." Oska mendekatinya.
Richy membisu menatapnya lalu mendekat.
"Maaf, Ka. Aku akan jadi Sky Lynx sekali saja untuk saat ini," katanya.
"Aku akan bersamamu."
Richy bermaksud mengatakan bahwa dia dulunya memang Sky Lynx, dan Black Bird adalah musuhnya. Karena itu ia menegaskan pada Oska bahwa dia masih menganggap dirinya bagian dari mereka maupun setitik, karena ia tahu Oska dulunya adalah musuhnya, namun Oska tidak berniat memihak salah satunya. Karena ia hanya akan bersama Richy sampai akhir.
Sky Lynx bertahan dengan anak buah seadanya, namun jelas mereka kalah jumlah.
Dean dan Elias tak sengaja tersudut, mereka menempelkan punggung satu sama lain. Elias terengah dengan sikap kuda-kuda. Dean melihat sekeliling yang dipenuhi anak buah Black Bird yang tak habis-habis.
"Sial! Mereka tidak ada habisnya!" Dean geram.
"Kau sebelah sana. Aku akan tangani di sini," kata Elias. Dean mengangguk.
Namun tiba-tiba, dari gerbang luar, terdengar suara deru mobil yang ramai. Seperti rombongan. Dari pintu utama tempat yang mirip garasi itu tiba-tiba muncul Onyx, Ian dan Zen yang membawa keseluruhan pasukan di house.
"Mereka datang!" Semua anak buah Sky Lynx yang disana senang melihatnya.
Rey semakin menyukai ini. Tanpa ia sadari lagi-lagi Elias meninjunya dari samping.
"Jangan lengah, brengsek!" umpat Elias.
Rey mengusap darah di bibirnya. Ia menatap tajam dna benci ke arahnya, lalu berniat mengambil pistolnya namun tidak ada apapun di sana. Lagi-lagi Elias mencuri pistolnya sama seperti saat itu. Tipu muslihat.
"Sialan!"
Rey lalu berlari hendak mengambil laras panjang di almari namun kakinya ditendang Dean. Ia memukulnya habis-habisan. Rey menahannya dengan kedua lengannya yang ia bentuk barikade di depan muka. Namun Dean memukulinya beruntun hingga Rey kewalahan.
"Cari sano dan periksa dia!" kata Dean pada Elias.
Elias lalu berlari mencari mereka.
Richy datang dan menghentikan Dean.
"Jangan kotori tanganmu untuk sampah sepertinya."
"Richy..."
"Aku yang akan menggantikannya untukmu. Kau sebaiknya lindungi adiknya Raya." Richy mendorong mundur Dean lalu menarik Rey yang terlentang di lantai.
"Kau...tahu tentang gadis itu?" Dean bertanya-tanya.
Richy menyeret Rey dengan menarik kerahnya hingga dia kesulitan bernapas lalu membawanya ke dinding dan menyudutkannya.
"Sok-sokan jadi pahlawan kau, ya" Rey menyeka darah di bibirnya. "Aku tidak suka melawan kalian! Dimana Elias! Berikan Elias padaku! Ber...."
Buagh!
"Berhenti bacot kau!" teriak Richy. "Bangun dan hadapi aku sialan!"
Rey berdiri dan memaksa bertarung, namun berakhir dengan Richy yang terus memukulinya sepihak dan tanpa henti. Wajah Rey babak belur.
Elias masih mencari Cherry dan sano namun tak kunjung menemukannya.
Dor! Dor! Dor!
Semua orang panik karena Cherry tiba-tiba mengambil laras panjang di almari. senjata yang harusnya diambil Rey tadi. Tak ada yang menyadarinya sebelumnya.
"Aarghh! aku akan membunuh kalian semua!" teriaknya. Ia mengamuk melihat keadaan Sano.
Dean panik lalu berteriak, "Menunduk semuanya!"
Entah itu anak buah Sky Lynx ataupun Black Bird, semuanya tiarap dan berhenti berkelahi beberapa sesaat. Banyak yang sudah luka berat, seperti tertembak di lengan dan kaki. Dean berlari menghampiri Cherry dengan berjongkok lalu secepat kilat mengambil senjata laras panjang itu.
"Hentikan! Kau mau membunuh semua orang?!"
"Iya! Aku mau semua orang mati!"
Dean panik lalu menarik gadis itu dari sana. Sembari membawa laras panjang itu bersamanya.
"Lihat kemana kau!"
Buagh
Richy melihat Rey yang mematung kaget mendengar Cherry menembak brutal ke semua arah. Ia berakhir babak belur di tangan Richy. Richy lalu mengeluarkan pistol dan menembak kakinya. Rey berteriak kesakitan, mengasut sembari memegang kakinya.
"Richy sialan! Sialan! Arghh!"
Black Bird banyak yang tumbang, Joger melihat kondisi Rey yang parah dan memerintahkan mundur. Anak buah mereka yang tertembak lalu berlarian, Ada banyak darah tercecer di sana. Onyx, Ian dan Zen mengeluh karena mereka tidak mendapat banyak bagian.
"Aku memukul 10 orang," kata Onyx pada Ian dengan sombong.
"Aku 17 orang," balas Ian.
"Aku 24," Zen melintas dan ikut menjawab dengan memutar lehernya hingga bersuara kretek-kretek. Ian dan Onyx saling menatap kesal ke bocah sok itu.
Dean melihatnya lega, setelah tempat itu kosong tanpa anak buah Black Bird, ia lalu memberi perintah untuk kembali, anak buah yang selamat memapah yang babak belur.
Semua orang berlari ke arah sano yang hampir tak sadarkan diri, terutama Elias yang bergegas.
"Ambil alatku di mobil!" teriaknya. Ia berjongkok menahan darah di perutnya.
Ian dan Onyx berlari dan mengambil dua kotak besar peralatan dokter milik Elias.
"Sano! Bertahanlah! Tetaplah sadar!" teriak Dean.
Cherry menangis di sampingnya.
"Baringkan dia," kata Elias.
Cherry meletakkan kepalanya perlahan di tanah agar sejajar dengan tubuh. Richy dan Oska berlarian menghampirinya.
"Sano! Aku kembali! Aku kembali, San! Aku akan membunuhmu jika kau mati di sini!" teriak Richy.
"Dia tidak akan mati!" teriak Elias. "Aku akan menyelamatkannya.
Sano tersenyum, tangannya yang bersimbah darah terangkat berusaha meraih sesuatu. Richy meraih tangannya.
"Ri...Richy...kau kembali...syukurlah."
Richy menahan tangisnya.
Elias menyuntikkan anestesi.
"Pegangi dia," perintahnya. "Aku akan mengeluarkan pelurunya sekarang."
Richy dan Dean memeganginya. Sano perlahan tak sadarkan diri. Elias adalah dokter yang sangat handal, ia selalu membawa kotak darurat kemana saja.
"Sano..." Zen menangis melihatnya, Onyx memeluknya agar tidak melihat. Cherry hanya menatapnya kosong. Ia tidak ingin kehilangan siapapun lagi.