Diam menatap malas ke arah jalanan yang tampak sudah padat kendaraan, motor-motor bertebaran melewati trotoar pejalan kaki. Gadis yang sedang duduk dengan santainya hanya diam menyaksikan.
Langit sudah menampilkan warna gelap, ia memilih untuk tetap duduk di halte bus, tidak ada yang mencarinya juga sampai kapan pun karena ia sendiri.
Ia melihat sekumpulan remaja lelaki berseragam putih-abu akan melintasinya, bisa kalian sebut sekumpulan orang gabut, ya kenapa ia namai begitu karena yang ia prediksi untuk sekumpulan remaja lelaki jam sekarang tidak lain hanyalah berhura-hura tidak jelas sampai malam.
Mereka melintasinya lalu ada beberapa dari mereka melihat ke arahnya dengan mata heran. Kenapa? Dirinya tidak ngapa-ngapain kok, rasanya pengen ia colok itu mata.
Ia diam seketika dan menutup matanya sejenak. Lalu membuka lagi, kagetnya ja melihat awan sudah berubah menjadi cerah, buru-buru ia melihat ke arah jam ternyata benar ini sudah pagi pukul 06:45 WIB. Ia berlari terburu-buru menuju toilet umum karena ia kebelet buang air kecil. Setelah itu ia berlari mengejar bus yang sudah jalan begitu saja. Ia menatap kesal dengan apa yang terjadi hari ini. Padahal baru aja tutup mata kok bisa udah pagi. Mandi aja belum, baju sekolah aja belum ganti, yang seharusnya pakai baju yayasan (kotak-kotak berompi) malah ia masih memakai baju putih abu. Mau pulang mana sempet, rumahnya jauh banget dari halte ini.
Ia meriksa uang di saku "Sisa tiga puluh ribu," ucapnya.
"Kalau naik taksi bisa ngabisin lima belas ribu ke sekolah," pikirnya.
"Ah biarin, yang penting bisa ke sekolah,"
Ia berlari menuju taksi yang terparkir di sana lalu masuk dan duduk.
"Pak, ke sekolah SMA SEAVARD ya," ucapnya.
Ia mencium aroma sedap dari mobil itu, mobilnya wangi banget, biasanya taksi tidak seperti wangi ini.
"Maaf mbak sal~"
"Aduh pak saya udah mau telat, sisa dua puluh menit lagi," Paniknya.
"Tapi mbak tu~"
"Pak!! tolong saya, anterin saya ke sekolah. Kalau saya bayar dua kali lipat gak apa-apa asal saya sampai di sekolah,"
Supir itu menatap wajah melasnya dari kaca spion depan. Ia pun langsung menghidupkan mesin mobilnya lalu menuju dengan bebas di jalan.
Sampai di sekolah dirinya seperti mau muntah, mobil taksi tadi bener-bener ugal-ugalan. Ia langsung menuju kelas dengan keadaan kepala pusing, di koridor kelas semua murid SMA SEAVARD melihat ke arahnya dengan sangat mengejek. Ya, ia tahu salah kostum karena belum pulang ke rumah. Ia tidak ambil pusing masalah itu.
"Woy yang bener aja, lo udah sepuluh kali salah baju sekarang salah lagi," ucap Jesin padaku.
"Ha? Iya maaf si, kamu hitungin ya?" tanyanya.
"Ya iyalah, gimana gak gue hitungin coba lo nya aja bikin gue kepikiran" ucap Jesin.
Ia menghela napas lalu duduk di bangkunya.
Feliza Alycesa, mereka bisa memanggilnya Feliza atau Cesa, terserah sajalah yang penting masih termasuk namanya. Sifat Cesa yang selalu ceroboh berpakaian sekolah selalu jadi sasaran guru BK tapi ia super aktif dipelajaran, hidup dikeluarga yang sederhana membuat satu sekolah mengira ia orang paling miskin di seantero sekolah.
Bell masuk sekolah sudah berbunyi. Pelajaran mulai dengan damai. Semua guru yang masuk pelajaran di kelas Cesa pada bertanya kenapa ia salah berpakaian dan alasan yang sama selalu Cesa berikan pada semua gurunya. Teman sekelas tidak hanya diam. Mereka juga ikut mengompori dirinya ke guru.
"Bu saya izin ke toilet sebentar," ucap Cesa.
"Ya silakan, jangan lama-lama,"
Cesa mengangguk lalu keluar kelas, pelajaran sejarah memang bukan minatnya tapi ia juga harus berusaha mengerti, setiap pelajaran sejarah selalu ada jam di mana ia izin keluar kelas tapi untuk pelajaran lainnya tidak ada jam untuk keluar kelas.
Cesa membasuh wajahnya "Ah! Segarnya air sekolah," ucap Cesa.
"Apa aku mandi aja ya?" pikir Cesa.
Cesa memasuki salah satu bilik kamar mandi yang khusus mandi dan membuka bajunya lalu ia mandi dengan leluasa.
"Eh! Suara air tu, hari ini kan hari kamis, pasti anak salah baju itu lagi mandi, kerjain?!"
Mereka berlima yang selalu menjahili Cesa sudah tau waktu berapa Cesa mandi di sekolah, mereka mengambil pel lalu di pelnya semua lantai toilet, di masukkannya pel itu ke tempat poop lalu pel itu di taro ke ember yang dalamnya ada air tak lupa kuah tekwan yang kemarin mereka masukkan juga, bos mereka yang bernama Clara sudah siap menumpahkan air itu dari atas.
S A T U D U A T I G A
BYUUUUR
Tumpahan air itu mengenai tubuh Cesa yang sudah memakai seragamnya kembali. Cesa melihat ke atas dan diam. Mereka kabur setelah itu.
Cesa keluar "Aduh gimana ini," Khawatir Cesa.
Cesa mengelap pakaiannya tapi tidak akan mengubah hasil. Cesa lari dari toilet menjauhi area sekolah tapi ia masuk salah satu ruangan lalu mengunci ruangan itu. Cesa berusaha mencari cairan harum tapi ia tidak menemukan sama sekali, ia naik meja lalu berdiri di depan kipas yang di dinding.
"Semoga bau nya hilang," ucap Cesa cemas.
Seseorang yang sedang tertidur terbangun tiba-tiba karena mencium bau tidak sedap.
BRAAAK
Barang di sekitarnya jatuh dengan cepat, wajahnya yang baru bangun tidur dan melihat samar-samar di sekitarnya.
"BAU APA INI?"
Cesa menoleh lalu membulatkan matanya, ia turun dari meja itu dan bersembunyi.
"Lo?" ucap seseorang datar.
Cesa menoleh ke atas dengan wajah ketakutan "Ma-maaf, Aku minta maaf, maafin aku,"
Seseorang itu melihat bed seragam Cesa "Kelas XI IPA?" ucapnya.
"Maaf, tolong maafin aku," ucap Cesa menunduk ketakutan menutup wajahnya.
Ia mendecak kesal lalu melewati Cesa. Cesa hampir menangis dibuat ketakutan. Ketika pintu terbuka dan tertutup kembali. Cesa menghela napas pelan karena orang itu sudah keluar dari ruang.
Cesa merasa kepalanya tertimpa sesuatu "Ini jaket siapa? Punya orang tadi?" Cesa memperhatikan jaket yang tidak ia ketahui siapa pemiliknya. Kalau benar punya orang tadi kenapa dia kasih jaketnya.
Cesa membuka pintu sedikit. Berharap menemukan sosok orang itu tapi di koridor tidak ada siapa-siapa. Ia menutup kembali pintu. Ia kembali melihat jaket itu, memikirkan bagaimana cara mengembalikanya. Ia tidak tau siapa orang itu. Cesa kembali naik ke meja mengeringkan bajunya di kipas angin.
Ia berpikir kembali bagaimana ia mengembalikan jaket itu. Yang ia tau dari suara orang yang memberinya jaket, adalah suara seorang cowo. Cesa menutup matanya merasakan kipas angin itu berharap menemukan siapa pemilik jaket itu.