Arya dan yang lainnya sekarang berkumpul di tempat latihan yang berada di ruang bawah tanah. Mereka tidak lagi melakukan latihan sesering saat Arya masih terkurung di ruang bawah tanah ini, tapi Arya dan yang lain tetap sering menggunakan ruangan ini sebagai tempat latihan mereka saat mereka sedang tidak lelah berkerja dan mereka ingin berlatih atau berolahraga untuk menghabiskan waktu atau untuk memperkuat kemampuan mereka.
Saat ini yang menjadi lawan tanding Arya adalah Ageha, bukan Roy. Ageha sudah lama tidak melatih kemampuannya, jadi dia ingin sesekali menjadi lawan tanding Arya untuk menguji kemampuannya.
Arya sendiri tidak keberatan menghadapi Ageha, karena dia yakin bahwa Ageha masih berada di atas dirinya dan bisa menjadi lawan tanding yang bagus.
Biasanya Ageha akan menggunakan ruangan lain sebagai tempat berlatihnya dan tidak akan ikut dengan latihan Arya dan Roy, tapi karena Meister merasa bosan dengan latihan Arya dan Roy dan dia merasa bahwa Ageha akan menjadi lawan yang cocok untuk Arya, maka dia menyarankan agar kali ini yang bertarung adalah Arya dan Ageha.
Karena tidak ada yang merasa bahwa itu adalah ide yang buruk, maka mereka memutuskan untuk ikut dengan ide Meister.
Meskipun Arya dan Ageha sudah mengetahui kemampuan lawan mereka masing-masing, tapi ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar betarung satu sama lain. Sejujurnya mereka sedikit merasa gugup.
"Baiklah, sebelum kita mulai pertandingannya, maka Aku akan mengumumkan hukuman bagi yang kalah terlebih dahulu!"
Meister yang bertindak sebagai wasit untuk latihan kali ini, tiba-tiba saja mengatakan sesuatu yang tidak pernah didengar oleh siapapun yang berada di sana, selain dirinya sendiri.
"Tunggu dulu! Aku tidak pernah mendengar kalau ada hukumannya!"
Ageha mengangkat tangannya sambil mengatakan protesnya.
"Kalau tidak ada hukuman, kurasa akan membosankan, jadi ini baru kuputuskan tadi! Tak apa-apa, kan? Ini hanya untuk membuat latihan ini lebih seru!"
Meister hanya menanggapi protes Ageha dengan senyum tanpa dosa dan sikap santainya.
"Kau lagi-lagi bertindak seenaknya!"
"Memangnya ada apa? Apakah kau takut kalah? Kalau begitu, wajar saja kalau kau takut dengan hukumanku... kurasa Ageha memang pengecut!"
"Apa katamu!"
Ageha dengan mudah terpancing omongan Meister.
"Jika kau tidak takut kalah, maka kau seharusnya tidak akan masalah dengan peraturan ini, kan? Kalau kau menang maka itu tidak akan menjadi masalah, kan?"
Meister kembali memprovokasi Ageha.
Meskipun merasa kesal, tapi pada akhirnya Ageha hanya menghela nafas, lalu melirik ke arah Arya berada.
"Maaf, ya, Arya! Kali ini Aku tidak akan menahan diri!"
Arya hanya menanggapi perkataan Ageha dengan menganggukan kepalanya.
"Baiklah, karena kedua belah pihak telah setuju! Maka Aku akan memutuskan hukuman apa yang akan diterima oleh yang kalah! Orang yang kalah dalam pertandingan ini harus membeli Kue super mahal yang ada di toko yang baru buka itu untuk semua orang yang berada di sini!"
Semua yang ada di sana sudah mengetahui toko apa yang sedang dibicarakan oleh Meister. Sepertinya Meister tidak dapat mengingat nama toko itu, jadi dia hanya mengatakan toko yang baru buka.
Nama toko itu adalah Golden Prime Cake Shop, salah satu toko kue yang sudah sangat terkenal. Kebetulan toko itu baru saja membuka cabang di daerah tempat Cafe mereka berada.
Seperti namanya, toko itu menjual berbagai macam kue dengan kualitas dan rasa yang kelas satu. Bahkan Ageha pernah datang ke sana bersama dengan teman wanitanya yang tidak Arya kenal. Menurut pendapatnya, toko itu sangat ramai pengunjung dan memiliki aneka raga kue yang sangat enak dan menggoda.
Sepertinya Meister ingin memakan kue yang mereka jual itu, tapi dia tidak ingin mengeluarkan uang untuk membelinya. Menurut info dari Ageha, harga kue termurah di sana sama dengan harga kue yang dijual di Cafe mereka.
"Maaf, Meister!"
Setelah sebelumnya Ageha yang mengangkat tangan dan protes, sekarang giliran Arya yang mengangkat tangannya dan ingin protes.
"Ada apa? Apa kau takut kalah?"
Meister mencoba memprovokasi Arya, tapi cara itu tidak akan berhasil pada Arya yang memiliki wajah lurus.
"Tidak, bukan itu! Tentang taruhan itu, Aku memiliki sedikit masalah!"
"Ada apa? Apa kau tidak punya uang?"
"Iya!"
Arya menganggukan kepalanya dan berkata dengan jujur. Sejak awal dia berkerja di Cafe, Arya tidak pernah mendapatkan upah sedikitpun. Hal itu karena dia harus mengganti rugi semua makanan dan biaya lainnya yang dia habiskan selama dirinya terkurung di ruang bawah tanah.
Arya hanya terkadang mendapatkan uang saat dia disuruh membeli beberapa kebutuhannya, tapi hal itu sangat jarang terjadi. Dia bahkan tidak memiliki uang saku sedikitpun saat ini. Jadi tidak mungkin baginya untuk membeli kue yang super mahal itu.
"Kalau tentang itu, tenang saja! Kau hanya perlu menggunakan uang Meister!"
"Tunggu dulu! Kenapa jadi seperti itu!?"
"Eh! Ada apa? Apakah kau takut kalah?!"
Ageha memberikan ekspresi memprovokasi pada Meister. Sekarang keadaan telah berbalik. Jika sebelumnya Meister yang menggoda Ageha, sekarang giliran Ageha yang menggoda Meister.
"Bukankah tidak masalah jika kau menang?"
"Itu jika Aku bisa menang! Tapi yang bertanding di sini adalah Arya! Kalian bisa saja berkerja sama dan dengan sengaja membuat Arya kalah, kan!?"
Apa yang dikatakan oleh Meister tidaklah salah. Meskipun belum berdiskusi, tapi Arya dan Ageha sudah memikirkan hal yang sama. Mereka ingin membuat Meister mentraktir mereka semua.
"Kalau begitu... bagaimana jika Aku yang membayar!"
Roy yang sedari tadi hanya berdiam diri, akhirnya membuka suaranya.
Mendengar perkataan Roy membuat Meister tersenyum bahagia, tapi sayangnya Ageha menggelengkan kepalanya.
"Hal itu tidak bisa dilakukan! Orang yang menyarankan untuk melakukan hukuman pertandingan ini adalah Meister, jadi dialah yang harus membayar, jika Arya kalah! Tapi Aku tidak keberatan jika Aku ingin membayariku, jika Aku kalah nanti!"
"Tunggu dulu! Bukankah itu curang! Kau sudah mendapatkan gajimu, kan!? Jadi kau bisa menggunakan uangmu sendiri untuk membayar!"
"Kalau kau akan membayari Arya, maka tak masalah jika Roy yang akan membayariku!"
"Baiklah kalau begitu! Aku mengerti!"
Meister kemudian menghadap ke arah Arya dan menatapnya dengan tajam.
"Arya! Kau bagaimanapun juga harus menang atau kau akan mendapatkan hukuman yang sangat berat dariku!"
Jika sudah seperti ini, dia tidak memiliki pilihan lain selain menyemangati Arya agar dia bisa menang.
"Meskipun kau mengatakan itu, tapi Ageha masih memiliki pengalaman yang lebih banyak dariku... bahkan jika Aku serius, kurasa kemungkinan Ageha untuk menang masih lebih besar dari pada diriku!"
"Jangan mengatakan hal yang memalukan seperti itu! Jika kau adalah lelaki, maka kau harus menang!"
Arya tidak menanggapi lagi perkataan Meister. Dia sebetulnya tidak benar-benar memiliki niat untuk kalah, jika dia kalah setidaknya dia ingin mengerahkan semua kemampuannya terlebih dahulu.
"Setidaknya Aku akan mencobanya terlebih dahulu!"
Setelah mengatakan itu, Arya bersiap di posisinya yang saling berhadapan dengan Ageha. Dia segera melepaskan pakaian atasnya agar dirinya bisa berubah menjadi manusia serigala dengan lebih leluasa.
Sementara Arya merubah tubuh bagian atasnya. Ageha hanya melakukan sedikit pemanasan. Dia hanya memakai pakaian kasualnya yang biasa.
Berbeda dengan Arya, Ageha sudah menguasai kemampuannya dengan lebih baik. Meskipun level kekuatannya tidak sama dengan Roy, tapi dia tetap adalah pertarung yang ahli.
"Kedua petarung bersiap di posisinya!"
Meister yang berdiri di tengah memberikan aba-aba bersiap pada Arya dan Ageha. Matanya melirik ke arah Arya dan Ageha untuk melihat keadaan kedua pertarung tersebut, lalu dia menurunkan tangannya sebagai tanda bahwa mereka sudah bisa menyerang.
Ageha melancarkan serangan angin pada Arya yang segera dihindari olehnya. Arya segera berlari ke arah Ageha sambil menghindari semua serangannya.
Saat Arya akan melakukan serangan pada wanita muda itu, Ageha segera membuat pelindung bola angin di sekelilingnya. Arya sedikit terpantul ke belakang saat cakarnya bertabrakan dengan bola pelindung milik Ageha.
Ageha kembali melancarkan serangan angin pada Arya, sebelum pemuda itu dapat kembali menyerangnya.
Arya segera berguling untuk menghindari serangannya sambil mencari celah untuk menyerang Ageha. Arya berlari memutari Ageha dengan cepat agar dirinya bisa menyerang Ageha dari belakang, tapi sayangnya Ageha jauh lebih cepat darinya, karena dirinya hanya perlu berputar untuk bisa kembali melihat posisi Arya berada saat ini.
Meski begitu, Arya tetap menyerang Ageha dengan cakarnya, tapi Ageha dengan cepat membuat pelindung Angin.
Ageha tidak mengeluarkan sayapnya, jadi dia tidak bisa terbang, tapi hal itu tetap saja tidak mempermudah Arya dalam menyerangnya.
Perisai angin milik Ageha sudah jauh lebih baik dari pada saat dia pertama kali melihatnya satu tahun yang lalu.
Tubuh Arya terhempas ke belakang saat Ageha menyerangnya dengan perisai angin miliknya. Perisai itu sekarang sudah bukan hanya alat untuk bertahan, tapi juga dapat digunakan untuk menyerang.
"Pelindung anginku tidak akan bisa ditembus dengan mudah oleh serangan amatir seperti itu!"
Arya tidak memiliki kata-kata untuk membalas perkataan Ageha. Meskipun dia sudah berlatih sekitar setahun dengan Roy, tapi sayangnya serangan Arya masih bisa dikatakan amatir. Dia masih belum bisa menggunakan serangan yang efektif terhadap lawannya dan hanya asal menyerang.
"Oi! Arya! Jangan biarkan perkataannya itu membuatmu rendah diri! Uangku sedang dipertaruhkan di sini!"
Perkataan penyemangat Meister justru membuat Arya ingin menyerah saja. Sepertinya pria tua itu hanya peduli dengan uangnya.
Satu-satunya cara Arya menyerang adalah dengan menggunakan cakar di kedua tangannya. Dia tidak memiliki alternatif serangan lainnya, selain itu.
Dirinya pernah mencoba menggunakan pedang sama seperti Roy, tapi sayangnya dia tidak memiliki bakat untuk itu. Arya mungkin perlu latihan bertahun-tahun agar bisa menjadi pendekar pedang.
Arya saat ini memutuskan untuk menjaga jarak dari Ageha dan menunggu wanita muda itu menggunakan serangan anginnya lagi. Arya tahu bahwa kelemahan terbesar milik Ageha adalah stamina miliknya yang cepat habis, jika dia terlalu sering menggunakan serangan anginnya, maka dia akan lebih cepat rentan terhadap serangan balasan.
"Jika kau menungguku untuk kehabisan tenaga, maka itu percuma saja! Aku akan mengakhiri pertarungan ini dengan cepat!"
Setelah mengatakan itu Ageha melancarkan serangan angin yang sangat besar ke arah Arya. Arya jelas tidak tinggal diam, dia segera berlari dengan cepat untuk menghindari serangan itu. Akan tetapi, serangan itu seperti memiliki pikirannya sendiri. Dia segera mengikuti ke arah mana Arya pergi.
Arya berbalik, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya untuk menahan serangan angin yang menerpa tubuhnya. Meskipun tubuhnya tetap terdorong dan menerima dampak dari serangan itu, tapi setidaknya dia berhasil menahannya.
"Itu cukup bagus!"
Meskipun Arya berhasil menahan serangannya, tapi Ageha juga tidak tinggal diam, dia dengan cepat berada di dekat Arya, lalu melancarkan serangan tinju yang diselimuti oleh angin ke arahnya.
Arya mencoba menahan tinju Ageha dengan telapak tangan kanannya, tapi sayangnya itu tidak berhasil. Arya malah merasa bahwa tangan kanannya akan hancur saat tangannya bersentuhan dengan angin yang menutupi tinju Ageha.
Tangan Arya terpental ke belakang yang menyebabkan pertahanan Arya menjadi terbuka lebar. Hal itu jelas tidak akan disia-siakan oleh Ageha.
Ageha melapisi tinju kirinya dengan angin, lalu menyerang perut Arya dengan tinjunya. Tubuh Arya langsung terhempas dengan kencang ke arah belakang begitu dirinya terkena tinju dari Ageha. Tubuhnya baru berhenti saat dirinya menabrak dinding.
"Apa yang kau lakukan Arya!? Jika terus seperti ini, kau hanya akan membuatku bangkrut!"
Sebetulnya Arya sama sekali tidak keberatan membuat Meister bangkrut, tapi dia juga tidak ingin berakhir menyedihkan seperti ini.
Semua luka yang dia terima dari Ageha sudah sembuh, jadi dirinya bisa kembali melanjutkan pertarungan mereka.
Setelah melepaskan alas kakinya, Arya akhrinya memutuskan untuk merubah kakinya menjadi manusia serigala.
Dia kemudian dengan cepat berlari ke arah Ageha dengan kemampuan lari manusia serigalanya.
"Kau cukup cepat juga!"
Komentar Ageha saat melihat kemampuan lari Arya. Meskipun begitu, dia tidak terlihat terancam sama sekali. Dia masih terlihat santai seperti sebelumnya.
Arya lari dengan cepat mengelilingi Ageha, dia mencoba menyerang Ageha saat dia berada di belakangnya, tapi Ageha dengan cepat berbalik ke arahnya. Saat itu juga, Arya berlari lagi ke arah lain untuk menghindari serangannya, lalu menyelinap kembali dari arah belakangnya, tapi sekali lagi Ageha menyadari hal tersebut dan kembali berbalik ke arahnya. Arya kembali berlari menuju ke arah lain untuk menghindari tatapannya.
"Bukankah jika kau terus berlari seperti itu, kau hanya akan menghabiskan staminamu!"
Arya tidak membalas perkataan Ageha, dia hanya terus berlari dan mencari celah dari pertahanannya.
"Jangan terprovokasi ucapannya! Kau terus saja berlari dan habisi dia saat dia lengah!"
Saat Meister mengatakan itu, Arya berlari ke arahnya, lalu berlindung di balik tubuhnya. Arya beristirahat di sana sambil menghembuskan nafas yang memburu.
"Eh? Kenapa kau malah berhenti di sini!?"
Saat Meister bertanya dengan bingung pada Arya yang sedang beristirahat, Ageha di sisi lain, tanpa ragu langsung melancarakan serangan angin ke arah Meister dan Arya berada.
Arya yang menyadari serangan itu, langsung berlari kembali untuk menghindarinya, meninggalkan Meister yang terhempas, karena kencangnya angin itu.
Saat Ageha masih menghempaskan tubuh Meister, Arya menyelinap ke belakang Ageha dan melancarkan serangannya.
"Terlalu naif!"
Ageha berbalik, lalu melancarkan tinju anginnya.
"Rasakan Super Wind Punch-ku ini!"
Hembusan angin yang membentuk tinju melayang ke arah Arya, tapi dia berhasil menghindarinya dengan jarak yang tipis. Setelah itu, Arya mengayunkan cakarnya pada Ageha dan menyerangnya dengan sangat kuat.
Ageha memasang wajah bermasalah saat Arya hampir mengenainya, jika dia tidak segera memasang pelindung angin miliknya.
Tubuh Ageha mundur beberapa langkah dengan tangan yang menyilang di depan wajahnya yang dia gunakan sebagai perisai tadi.
"Sepertinya Aku terlalu meremehkanmu!"
Saat Ageha mengatakan itu, Arya sudah menghilang dari posisinya yang sebelumnya. Dia kembali berada di belakang Ageha dalam hitungan detik, tentu saja Ageha sudah dapat memprediksi hal tersebut.
Dia dengan cepat berbalik ke arah Arya, lalu melancarkan serangan anginnya, tapi Arya segera bergerak ke sampingnya untuk menghindari serangan itu, lalu dirinya kembali menyerang Ageha dengan cakarnya, tapi sayangnya Ageha sudah memprediksi hal tersebut. Dia segera membuat perisai angin yang sangat besar dan membuat tubuh Arya terpental.
Serangan Ageha tak berhenti di sana, dia segera menyerang membuat gerakan meninju udara untuk membuat banyak tinju angin yang mengarah pada tubuh Arya yang masih berada di udara.
Arya yang masih tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya hanya dapat membiarkan tinju-tinju angin itu menghantam tubuhnya dan memberikan luka yang cukup parah pada dirinya.
"Apa sekarang kau sudah menyerah?"
"Ya, Aku menyerah...."
Sebetulnya Arya masih dapat bertarung, luka-luka yang dia terima dari Ageha tidaklah begitu parah dan sudah mulai sembuh, tapi dirinya tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan pertarungan mereka.
"Tunggu dulu! Kau tidak bisa melakukan itu!"
Tapi ada satu orang yang tidak ingin Arya untuk menyerah.
"Kau masih belum kalah, sebelum Aku menyatakan bahwa dirimu kalah!"
Meister yang tidak ingin uang sakunya dirampas oleh mereka, tentu saja tidak ingin Arya mengaku kalah.
"Arya sudah mengaku kalah, pemenang dari pertarungan ini adalah Arya!"
Akan tetapi suara Roy yang sedari tadi hanya menonton telah mengesahkan kemenangan Ageha.
"Sudah menyerah saja! Ini Arya, kau bisa menggunakan semua uang yang berada di dalam sana! Aku ingin kau membeli kue super premium milik mereka!"
Ageha berkata sambil melemparkan sebuah dompet berwarna coklat pada Arya. Meskipun dirinya masih lelah, tapi dia bisa menangkap dompet itu dengan baik.
"Eh! Tunggu dulu! Sepertinya Aku mengenal dompet itu!"
Meister berkata sambil memeriksa isi kantongnya, tapi sayangnya tidak ada apapun di dalam kantongnya. Itu berarti dompet yang dilemparkan Ageha tadi adalah dompet miliknya.
"Sejak kapan kau mengambilnya!?"
"Entahlah!"
Ageha sudah berada di dekat Meister saat Arya menyatakan bahwa dirinya menyerah, jadi dia pasti sudah mengambil dompet Meister secara diam-diam saat itu.
"Ingat Arya! Kau tidak boleh membeli kue yang terlalu mahal! Hanya yang paling murah saja! Jika kau tidak mematuhi perkataanku, Aku akan memberikan hukuman yang berat padamu!"
"Jangan pedulikan dirinya! Kau beli saja kue apapun yang kau inginkan!"
"Aku mengerti!"
"Tunggu dulu! Kau mengerti perintah siapa!? Ageha atau Aku?"
Tanpa mempedulikan perkataan Meister dirinya berjalan ke luar ruang latihan itu, diikuti oleh yang lain. Mereka sudah tidak memerlukan ruangan itu lagi untuk saat ini, jadi mereka ingin kembali menutupnya rapat-rapat.
Setelah berada di Cafe, Arya melihat bahwa cuaca sedang buruk. Sebaiknya dia membawa payung dan bergegas agar dirinya tidak terkena badai.
"Ini Arya, pakai saja!"
"Terima kasih!"
Arya menerima payung dari Ageha, lalu segera bergegas pergi ke toko tujuannya, setelah memakai topi dan kacamatanya sebagai penyamaran.
Toko itu tutup pukul 12 malam, jadi seharusnya dia masih sempat membeli kue merek, jika mereka tidak kehabisan stok.
Beruntung bagi Arya, dia masih sempat membeli beberapa kue yang masih tersisa di toko itu. Karena kue yang tersisa tak banyak, jadi Arya membeli semuanya dan beruntung baginya, si pemilik toko juga berada di sana dan memberikan diskon padanya. Meskipun Arya tidak masalah menghabiskan semua uang yang berada di dalam dompet Meister, tapi dirinya tetap menerima diskon itu, karena dia masih bisa menggunakan sisa uang itu untuk membeli hal lainnya di toko lainnya.
Mungkin dia memang dilahirkan dengan keberuntungan yang sangat besar, jadi dia selalu menerima diskon di setiap toko yang dia datangi dan akhirnya dia mendapatkan banyak barang belanjaan di tangannya.
Dia tidak hanya mendapatkan kue, tapi juga es krim dan beberapa kukis yang cocok untuk sebagai pendamping kue. Mereka juga memiliki sisa minuman di Cafe, jadi malam ini mereka bisa berpesta dengan makanan manis.
Mungkin satu-satunya hal yang sial baginya adalah hujan tiba-tiba turun dengan deras saat dia sampai di toko pertama, tapi hal itu bukanlah masalah besar, karena dia juga mendapatkan kotak penyimpanan makanan beku secara gratis.
Si pemilik toko es krim memberikannya padanya, karena dia ingin membuang kotak penyimpanan itu yang sudah usang dan menggantinya dengan yang baru.
Saat dirinya sedang berjalan kembali ke Cafe, telinganya menangkap sebuah suara tangisan dari anak kecil.
Suaranya tidak terlalu kencang, tapi Arya yakin bahwa suara itu berasal tak jauh dari posisinya berada saat ini.
Arya berjalan ke arah suara itu berasal, lalu dirinya bertemu dengan seorang anak perempuan yang sedang berjongkok dengan pakaia yang tertutup oleh lumpur dan basah oleh air hujan, meskipun wajahnya sedang menunduk dan terkubur di antara kedua kakinya, tapi dia tahu bahwa gadis itu sedang menangis.
Gadis kecil itu menyadari keberadaan Arya dan mencoba menjauh darinya, tapi dirinya tidak bisa mundur, karena di belakangnya ada dinding yang sangat besar.
Arya menggaruk kepalanya dengan bingung, dia tidak tahu harus apa untuk berurusan dengan anak kecil. Dia merasa dia hanya akan menakutinya, jika dia mencoba untuk mendekat.
"Ada apa?"
Akhirnya Arya hanya berjongkok di posisinya tadi agar pandangan mereka sejajar dan bertanya padanya.
Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Arya, wajahnya masih nampak ketakutan.
Arya kemudian teringat adegan di suatu film dimana si tokoh utama memberikan makanan manis pada anak kecil yang sedang menangis untuk menenangkannya. Sepertinya cara itu patut dicoba.
Kebetulan dia membeli cukup banyak kue tadi, jadi meskipun dia memberinya satu, masih ada cukup bagian untuk semua orang di Cafe.
Arya dengan hati-hati mengeluarkan sebuah kue coklat dari kotak penyimpanan miliknya agar tidak terkena air hujan, lalu menunjukannya pada gadis tersebut.
"Apa kau mau?"
Arya bertanya dengan nada selembut mungkin.
Gadis itu dengan ragu memandang ke arah Arya, lalu pada kue yang dipegangnya. Gadia yang sedang berteduh di atap belakang suatu bangunan itu kemudian mengulurkan tangannya ke arah kue coklat yang berada di tangan Arya.
Meskipun saat itu Arya tidak mengetahuinya, tapi dengan melakukan tindakan seperti itu, dia baru saja membuat dirinya kembali berurusan dengan ATS setelah sekian lama dia bersembunyi dari mereka.