Hanya warna hitam yang bisa dilihat Arya di sekelilingnya. Arya tidak tahu dimana dia berada saat ini, dia tidak ingat apa yang dia lakukan di tempat ini dan kenapa dia bisa berada di tempat seperti ini.
Dia tidak melihat apapun atau siapapun di sekelilingnya, hanya kekosongan yang mengisi ruangan tersebut.
Perasaan takut tentu saja menyelimuti dirinya. Dia ingin segera lari dari tempat itu, tapi sayangnya dia tidak bisa menggerakan tubuhnya sedikitpun seakan-akan ada rantai yang sangat kuat yang mengikat dirinya.
Arya mencoba meronta-ronta di dalam kegelapan itu, tapi hal tersebut tidak membuahkan hasil apapun. Dirinya masih tidak bisa bergerak sedikitpun.
Lalu tiba-tiba di hadapannya terbentuk sebuah wajah, wajah yang sangat akrab bagi dirinya saat dia melihat ke cermin, yaitu wajahnya sendiri. Wajah tersebut berubah bentuk menjadi kepala serigala, lalu bukan hanya kepalanya saja, tapi tubuh manusia serigala itupun mulai terbentuk dari kegelapan.
Manusia serigala tersebut memiliki mata yang berwarna merah dan mata tersebut melihat tepat ke mata Arya. Perasaan takut dan tidak menyenangkan lainnya mulai kembali menyelimuti dirinya.
Meskipun manusia serigala itu hanya berdiri dan tidak bergerak sama sekali, tapi tatapan matanya yang sangat menakutkan membuat dirinya terlihat seperti akan memangsa Arya.
Arya ingin segera berlari dan bersembunyi, tapi sayangnya kedua hal tersebut tidak bisa dia lakukan di tempat seperti ini, meskipun dia bisa bergerak. Di tempat yang hanya berisi kegelapan, tidak memiliki apapun sebagai tempat untuk berlari, apalagi bersembunyi.
Setelah beberapa menit hanya menatap Arya, manusia serigala di hadapannya mulai bergerak mendekatinya dengan perlahan. Meskipun Arya ingin melangkah mundur, tapi tubuhnya lagi-lagi tidak mau bergerak.
Arya mencoba untuk menatap tajam pada manusia serigala di hadapannya untuk mencoba menakutinya, tapi hal itu tidak berguna. Apapun ekspresi yang dia gunakan, manusia serigala itu tetap mencoba untuk mendekatinya.
Lalu tangan bercakar tajam milik manusia serigala itu mencengkram dengan kuat bahu dari Arya. Tubuhnya langsung merasakan dingin yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Tubuhnya seakan-akan telah kehilangan panas.
Anehnya, Arya tidak merasa sakit sedikitpun. Hanya perasaan dingin yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Perasaan yang sungguh tidak bisa dia deskripsikan dengan benar. Apakah sensor di tubuhnya telah kacau? Arya tidak bisa mengerti Sedikitpun apa yang sebenarnya terjadi di sini. Sebetulnya dimana dia berada saat ini dan kenapa dia bisa seperti ini!?
Nafas Arya semakin memburu bersama dengan nafas yang dikeluarkan oleh manusia serigala itu. Karena dirinya berada tepat di hadapan manusia serigala itu, maka dia bisa dengan jelas merasakan nafas dari manusia serigala itu pada kulit wajahnya.
Manusia serigala itu kemudian membuka mulutnya dan menunjukan gigi-gigi tajam miliknya. Tanpa ditanya sekalipun, Arya sudah tahu jika manusia serigala itu ingin memangsa dirinya.
Arya ingin sekali berteriak "Hentikan!", tapi sayangnya dia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Arya baru sadar, bahwa dirinya juga tidak bisa membuat suara apapun.
Sekarang Arya hanya merasa bahwa dirinya hanyalah sekumpulan daging yang berbentuk manusia yang memiliki kesadaran. Dia tidak lebih dari sebuah boneka yang dibuat untuk menjadi makanan dari manusia serigala itu.
Arya bahkan tetap tidak bisa menjerit saat manusia serigala itu menancapkan taringnya pada permukaan kulut di sekitar leher dan pundaknya. Ini memang aneh, tapi sekali lagi, dia tidak merasakan adanya rasa sakit. Hanya ada perasaan aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya.
Meskipun di sekitarnya benar-benar gelap, tapi Arya masih bisa melihat sesuatu yang berwarna gelap keluar dari tubuh manusia serigala itu, lalu menjalar ke tubuhnya. Kegelapan itu akhirnya menutupi seluruh tubuhnya.
Arya masih tidak bisa mengeluarkan suara apapun, meskipun dia sangat ingin berteriak. Dia juga masih tidak bisa menggerakan satupun jari miliknya.
Saat kegelapan itu merasuki tubuhnya, Arya teringat kembali akan teman-teman yang sangat peduli padanya, seperti Ageha, Meister, Roy, Rio dan orang yang paling berharga bagi dirinya. Wajah Ibunya kembali mengambang di dalam ingatannya.
Dia juga ingat malam saat dia terakhir kali melihat tubuh Ibunya. Tubuh yang tak berdaya yang dilumuri oleh darah yang berwarna merah kental dengan aroma yang tidak menyenangkan.
Meskipun kejadian itu sudah berlalu cukup lama, tapi Arya masih dapat mengingatnya dengan jelas. Kejadian itu seperti baru terjadi kemarin.
Perasaan sedih dan marah bercampur aduk di dalam dirinya. Dia bahkan tak lagi mengerti apa sebenarnya perasaan yang tengah dia rasakan saat ini.
Tapi akhirnya Arya mengerti apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Semua yang berada di sekitarnya adalah isi dari hatinya sendiri.
Manusia serigala yang memakan dirinya adalah dirinya sendiri yang ingin membunuh dirinya. Kegelapan di sekitarnya adalah perasaan gelap yang selama ini terpendam di dalam hatinya. Perasaan dingin yang dia rasakan adalah ketakutannya sendiri akan dirinya dan juga rasa sedih yang selalu dia rasakan.
Meskipun dia sudah mengetahui semua hal tersebut, tapi dirinya masih saja tidak bisa bergerak. Sama seperti dirinya yang tidak bisa melakukan apapun dan sangat tidak berdaya di dunia nyata.
Air mata seakan ingin keluar dari matanya saat dia menyadari apa yang sebenarnya terjadi, tapi air mata tidak pernah muncul di matanya. Ini seperti dirinya yang tidak diizinkan untuk menangis, meskipun dia merasa sangat sedih. Begitu juga dengan suara yang tidak bisa keluar, sama seperti Arya yang tidak dapat mengatakan apapun tentang perasaan yang sebenarnya.
Arya sangat ingin keluar dari sini, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk dapat melakukan hal tersebut.
Lalu tiba-tiba dia mendengar suara yang memanggil namanya.
"ARYA!"
Dia mendengar suara marah dari Ageha.
"Aryyyaaaaa!"
Dia mendengar suara konyol dari Meister.
"Arya..."
Dia juga mendengar suara pelan dari Roy.
"Arya!"
Dia juga dapat mendengar suara bersahabat dari Rio.
"Arya."
Lalu dia mendengar suara lembut Ibunya.
Setelah mendengar suara-suara itu, Arya mencoba mengulurkan tangannya untuk menggapai suara tersebut, suara yang sekarang terlihat seperti cahaya yang sangat menyilaukan.
Kegelapan yang terus menyelimutinya juga perlahan meninggalkan dirinya, bahkan manusia serigala yang seharusnya sedang mencengkram dan mengigit dirinya sudah menghilang.
Lalu mimpi buruk yang selalu dia alamipun berakhir.
"AH!"
Arya membuka kedua matanya. Dia dapat melihat bahwa dia saat ini berada di kamarnya yang berada di ruang bawah tanah.
Karena tempat ini tidak pernah disentuh oleh sinar matahari, maka Arya tidak bisa mengetahui jam berapa saat ini, kecuali dia melihat jam dan sayangnya dia tidak melihat adanya jam di ruangan itu.
"Arya... kau sudah sadar?"
Suara yang terdengar sangat khawatir dapat terlihat dari sebelah kanannya, jadi dia mengerakan kepalanya ke arah kanan untuk melihat siapa itu. Dia dapat melihat wajah Ageha yang nampak begitu khawatir pada dirinya.
"Ya... maaf!"
"Jika kau baik-baik saja, maka tak apa-apa!"
Senyum lega sekarang terlihat di wajahnya. Arya juga ikut tersenyum saat melihat senyumannya.
Arya mencoba bangun dari tempat tidurnya, lalu dia memperhatikan Roy yang duduk dengan sangat tenang di pojok ruangan. Meskipun ekspresinya datar, tapi Arya tahu bahwa pria besar itu sangat mengkhawatirkannya.
"Sudah berapa lama Aku tertidur?"
"Apa kau membicarakan tentang berapa lama kau tidur di kasur ini atau berapa lama kau kehilangan kesadaranmu?"
Dari nada bicara Ageha yang nampak tidak senang, Arya menduga bahwa dirinya telah mengamuk sebagai manusia serigala dan kehilangan akal sehatnya.
"Apakah Aku membuat kekacauan?"
"Untungnya tidak... rantai yang mengikatmu untungnya cukup kuat untuk menahan dirimu sampai kau kehilangan kesadaranmu... kalau kau terus mengamuk dalam wujud serigalamu, maka kau mungkin akan merusak seluruh tempat yang ada di ruang bawah tanah ini!"
"Apakah seburuk itu?"
"Lupakan saja soal itu! Kau baik-baik saja, jadi itulah yang terpenting!"
Sepertinya Ageha tidak ingin membicarakan tentang hal itu lagi, jadi Arya hanya menganggukan kepalanya.
Arya memperhatikan bahwa satu orang lagi menghilang dari lokasi itu.
"Dimana Meister?"
"Pria tua itu? Dia sedang menutup Cafe... Aku tadi belum menjawab pertanyaanmu... jawaban dari pertanyaanmu adalah kau tertidur selama lebih dari 12 jam, setelah kau mengembalikan akal sehatmu sebagai manusia... tapi sayangnya itu membutuhkan waktu selama satu minggu penuh... jadi kau mengamuk tanpa makanan apapun selama satu minggu penuh!"
"Begitukah... sepertinya hal yang buruk benar-benar terjadi..."
Arya tidak menyangka dia akan mengamuk selama satu minggu penuh. Arya sangat bersyukur dia bisa kembali seperti sebelumnya.
"Bagaimana keadaanmu saat ini? Kau seharusnya sangat lapar saat ini, karena kau belum memakan apapun selama satu minggu lebih!"
Setelah Ageha mengatakan itu, dia sadar bahwa perutnya memang terasa kosong, jadi dia memang merasa sangat lapar, tapi anehnya dia masih bisa mempertahankan kewarasannya.
"Aku memang merasa lapar, tapi sepertinya Aku masih bisa mengendalikan diriku!"
"Begitukah? Kalau begitu, syukurlah! Sepertinya latihan itu memang berguna!"
Ageha kembali tersenyum, dia juga melakukan perenggangan, setelah nampak lega. Sepertinya dia kelelahan, karena harus merawat Arya saat dirinya tak sadarkan diri.
"Arya!"
Roy yang sedari tadi terdiam akhirnya memanggil namanya. Arya mengalihkan wajahnya ke arah Roy berada untuk menatap wajahnya.
"Ada apa?"
"Aku berhasil menemukan orang yang ingin kau temui!"
Saat Roy mengatakan hal itu, Arya teringat jika dia meminta Roy untuk mencari seseorang, sebelum dirinya dikurung. Arya melebarkan matanya, karena terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Roy benar-benar bisa menemukan sahabatnya, meskipun Roy seharusnya tidak mengetahui wajah dari orang tersebut.
"Apa kau ingin menemuinya besok?"
Arya langsung menganggukan kepalanya. Meskipun ada keraguan dan rasa takut, tapi dia memang ingin melihat wajah sahabatnya itu. Meski itu akan menjadi pertemuan terakhir di antara mereka berdua.
Dia tetap ingin bertemu kembali dengan Rio.