Arya saat ini sedang mengamuk di dalam kurungannya dengan wujud manusia serigala miliknya. Arya berkali-kali mengayunkan tangannya dan membuat rantai dengan ukuran yang sangat besar dan sangat kuat yang mengikatnya hampir lepas.
Ageha dan Roy yang melihat keadaaan Arya melalui jendela kecil yang ada di ruangan itu hanya bisa berharap Arya dapat mengembalikan kesadaraannya dan latihan ini segera berakhir.
Sudah 3 bulan lamanya Arya terkurung di sana, jadi sudah wajar bila dia merasa sangat stress dan ingin lepas dari kurangan tersebut, meski dengan cara mengamuk.
"Arya..."
Ageha memanggil nama Arya dengan nada pelan dan khawatir. Kecemasan juga dapat terlihat dari matanya. Dia sedikit berjinjit untuk dapat melihat Arya dari jendela tersebut.
"Percuma saja kau memanggil namanya! Dalam keadaan itu, tidak salah lagi jika manusia serigala yang selama ini tertidur di dalam dirinya adalah yang mengambil alih tubuhnya saat ini! Dia hanya dikendalikan oleh instingnya!"
Ageha dan Roy membalikan badan mereka untuk melihat siapakah yang berbicara tadi. Mereka melihat Meister dengan wajah serius yang sedang berjalan mendekati mereka.
"Apakah tidak ada yang bisa kita lakukan?"
Meister menggelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Ageha. Dia kemudian melihat keadaan Arya lewat jendela yang sama dengan Ageha dan Roy gunakan tadi.
"Melihat keadaannya saat ini, kurasa kita tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya, selain dengan berdoa!"
Ini bukanlah pertama kalinya Meister melihat manusia serigala yang sedang mengamuk. Dia malah sudah terlalu sering melihatnya sampai dia tahu betul bahwa keadaan Arya saat ini sangatlah tidak baik. Dia mungkin tidak akan berhenti mengamuk sampai tubuhnya merasa sangat lelah dan tidak memiliki sisa tenaga apapun.
Meskipun mereka mencoba menyemangatinya, mereka hanya akan merangsang insting buas Arya untuk menyerang ke arah mereka dan membuat dirinya semakin tak terkendali. Mencoba mendekati Arya dengan keadaannya saat ini jelas bukanlah ide yang baik, jadi berdoa benar-benar satu-satunya cara mereka membantu Arya saat ini.
"Meister, apakah tidak ada satu carapun untuk menghentikan amukannya?"
Meister melirik sebentar ke arah Roy yang memberikan pertanyaan itu, sebelum kembali melihat keadaan Arya.
"Bukannya tidak ada cara, hanya saja itu bukanlah ide yang baik... kau bisa membuatnya pingsan dengan menghajarnya atau menggunakan obat bius, tapi kedua hal tersebut jelas beresiko... kau juga bisa mencoba membunuhnya dari sini, jika kau memang benar-benar ingin menghentikan amukannya!"
Ageha segera melotot pada Meister saat mengatakan hal tersebut.
"Tentu saja Aku tidak serius saat Aku mengatakan bahwa kau bisa membunuhnya, tapi kurasa kita hanya bisa menunggu dan melihat apa yang terjadi... jika keadaan semakin memburuk, Aku ingin Roy segera menghentikannya dengan segala cara, meskipun itu akan membahayakan nyawanya!"
Roy segera menganggukan kepalanya saat mendengar perintah dari Meister. Roy mengerti bahwa dia harus mengutamakan keselamatan Ageha dan Meister dari pada keselamatan Arya seorang, tapi dia juga tidak berniat untuk mencelakakannya, jadi dia berniat untuk menggunakan cara teraman untuk menghentikannya saat keadaan terburuk terjadi.
"ARGHHRGGARRGGGHHH!!!"
Suara amukan Arya dapat terdengar sangat keras dari dalam kurungan yang mengejutkan mereka semua. Ageha dan Roy segera mengecek keadaan Arya melalui jendela yang saat ini digunakan oleh Meister untuk memastikan bahwa Arya baik-baik saja. Meister sampai terdorong ke belakang, karena ulah mereka.
Keadaan Arya masih sama seperti sebelumnya. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan kuat oleh rantai yang sangat kokoh, meski saat ini rantai tersebut seakan segera hancur oleh kekuatan Arya.
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa keadaaan Arya saat ini baik-baik saja, tapi setidaknya keadaannya saat ini tidaklah membahayakan nyawanya!"
Ageha dan Roy sama-sama menghela nafas lega saat mendengar ucapan Meister.
"Ya, ampun... Arya bukanlah anak kecil lagi, jadi kalian tidak perlu sampai khawatir seperti itu... bukannya Aku tidak mengerti perasaan kalian, tapi jika kalian hanya terlalu cemas seperti itu, kalian mungkin hanya akan membebani pikiran kalian untuk hal yang tidak bisa kalian lakukan!"
Meister berkata sambil menggaruk kepalanya.
"Lalu apa yang kau ingin kami lakukan? Sejujurnya Aku sudah tidak tahan dengan semua ini!"
"Ageha, Aku tahu kau memang tidak pernah benar-benar setuju dengan ide ini, tapi ini demi kepentingan Arya... dia harus bisa menjinakan binatang buas di dalam dirinya... Aku tahu ini bukan benar-benar cara yang baik, tapi ini juga adalah satu-satunya cara yang bisa kupikirkan untuk membantu Arya!"
Meskipun dia masih merengut, tapi Ageha tidak mengatakan apapun lagi. Dia kembali melihat ke dalam kurungan Arya, setelah sempat melototi Meister tadi.
Di dalam kurungannya, Arya nampak meronta-ronta dengan mengayunkan cakarnya ke sana-sini, bahkan cakar dari Arya mulai menciptakan gelombang angin yang dapat merusak tembok di sekelilingnya. Untung saja serangan Arya tidak sampai ke pintu masuk kurungan itu, karena berada cukup jauh dari posisi Arya berada.
"Aku merasa Arya semakin kuat!"
Dari samping Ageha, Roy berkata dengan suara pelan sambil mengawasi Arya dengan hati-hati. Dia sempat melihat ke arah Roy sebentar, sebelum kembali memperhatikan Arya. Seperti yang dikatakan oleh Roy tadi, Arya memang terlihat lebih kuat dari pada sebelumnya.
"Mungkin itu karena saat ini yang mengendalikan tubuhnya adalah instingnya alias alam bawah sadarnya, jadi dia bisa melepaskan kekuatan yang tidak dia sadari sebelumnya!"
Meister yang juga mendengar ucapan Roy, memberikan komentar tersebut.
"Apakah itu artinya jika dia terus seperti ini, dia bisa mengeluarkan seluruh kekuatan tersembunyinya?"
"Entahlah, sejujurnya Aku tidak begitu yakin apakah dia akan dapat mengeluarkan seluruh kekuatan tersembunyinya atau dia malah akan kehilangan nyawanya sebelum itu terjadi... saat ini keadaan Arya sangat tidak tentu... dia bisa saja melepaskan kekuatan yang sangat kuat secara tiba-tiba, lalu menghancurkan segala sesuatu di sekelilingnya, termasuk rantai yang mengikatnya... atau dia mungkin malah akan kehilangan seluruh tenaganya, karena terus mengamuk... kurasa satu-satunya yang bisa kukatakan dengan pasti adalah Arya akan langsung melahap daging yang kita melemparkan ke arahnya!"
Meister memberikan sedikit senyuman saat dia melemparkan lelucon di bagian akhir, tapi sayangnya baik Ageha ataupun Roy sama-sama tidak suka dengan lelucon tersebut.
"Meskipun tadi Aku mengatakan seperti itu, tapi sepertinya Arya sudah hampir mencapai batas tubuhnya!"
Meister berkata sambil menyingkirkan tubuh Roy dan Ageha agar dirinya bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana. Seperti dugaannya, Arya sudah tidak mengamuk seperti sebelumnya. Kekuatannya sudah mulai melemah.
"ARYA!"
Ageha segera menyingkirkan tubuh Meister dari jendela dan melihat keadaan di dalam sana saat dia merasakan bahwa tidak ada pergerakan apapun dari dalam kurungan itu.
Di dalam sana Arya sedang terkulai lemas dengan tubuh manusia serigalanya. Ageha ingin segera masuk ke dalam sana dan memeriksa keadaannya, tapi tangannya yang memegang knop pintu dihentikan oleh tangan Meister. Dia kembali menatap tajam pada Meister.
"Jangan tertipu dengan penampilan lemasnya di dalam sana! Dia bisa saja masih sadarkan diri dan tiba-tiba menyerangmu!"
"Lalu bagaimana jika dia benar-benar dalam bahaya saat ini!?"
"Tubuhnya masih tubuh manusia serigala, jika dia melemas, seharusnya dia kembali ke wujud manusianya.... meskipun dia memang bisa saja terus berada di tubuh manusia serigalanya, tapi itu artinya binatang buas di dalam tubuhnya telah menguasai tubuhnya secara penuh... kalau sampai itu terjadi, maka itu sudah terlambat!"
"Lalu kenapa dia terkulai?"
"Ada banyak faktor yang menentukan hal tersebut... seperti hanya kelelahan sementara atau ada bagian tubuhnya yang bermasalah.... atau mungkin pikiran Arya sedang mencoba kembali!"
Mata Ageha segera melebar saat menyadari arti dari ucapan Meister.
"Apa mungkin itu artinya... Arya saat ini berjuang untuk kembali sadar?!"
"Bisa jadi... Arya bukanlah tipe orang yang bersemangat, jadi mungkin dia mencoba menekan binatang buas untuk dengan membuat tubuhnya tidak melakukan apapun atau dengan kata lain, menahan amukannya!"
Tak lama setelah itu, tubuh Arya mulai kembali menjadi tubuh manusia.
"ARYA!"
Ageha kembali berteriak dan mencoba masuk ke dalam kurungan. Kali ini Meister tidak menghentikannya.
Setelah membuka kunci pintu tersebut, Ageha segera berlari ke arah Arya, disusul oleh Roy, sedangkan Meister mengikuti mereka dari bagian paling belakang.
"Arya!"
Ageha kembali memanggil nama Arya sambil mengangkat tubuhnya. Dia sama sekali tidak menghiraukan keadaan Arya yang saat ini tidak mengenakan apapun, karena pakaiannya sudah hancur saat dia berubah menjadi manusia serigala. Ini juga bukan pertama kalinya dia melihat tubuh telanjang Arya, jadi itu memang bukanlah malasah besar.
"Arya, apa kau baik-baik saja?"
Arya sedikit membuka matanya. Dia dapat melihat wajah khawatir dari teman-temannya, Ageha, Meister dan Roy. Dia bahkan bisa mengetahui bahwa Roy sedang sangat khawatir padanya, padahal ekspresi wajah dari pria besar itu masih sama seperti biasa.
Arya kemudian menggerakan kepalanya sedikit untuk membuat anggukan kecil yang menjadi jawabannya atas pertanyaan Ageha.
"Syukurlah!"
Ageha memeluk tubuh Arya dengan sangat lembut. Dia sedikit mengeluarkan air mata, karena rasa lega dan bahagia yang saat ini dia rasakan.
Meister tersenyum dengan sangat bahagia saat melihat pemandangan itu. Sementara Roy hanya tersenyum kecil, karena merasa senang dengan keadaan Arya yang baik-baik saja.
Setelah itu, mereka membantu Arya melepaskan rantai yang membelenggu tubuhnya dan mengenakan pakaian, lalu membawa tubuhnya ke tempat tidur agar dia dapat beristirahat dengan tenang. Dengan begitu, latihan Arya untuk dapat mengendalikan dirinya telah resmi selesai