Keringat mulai bercucuran dari wajah Rio, nafasnya mulai tak berturan dan detak jantungnya mulai melaju semakin cepat. Tangan kanannya gemetaran memegang belati, sedangkan tangan kirinya terasa kaku.
Rio mengangkat tinggi-tinggi belati di tangannya, lalu menurunkannya menuju tangan kirinya yang berada di atas lantai.
Rio segera menghentikan tangan kanannya, begitu mendengar suara statis yang bergema cukup keras dari speaker yang berada di samping layar raksasa di hadapannya. Rio menatap gugup pada layar itu dengan keringat yang masih bercucuran dari wajahnya. Dia menunggu orang tersebut mengatakan sesuatu.
"Aku hanya merasa bahwa Aku tidak akan bisa menunjukan tekadku, jika Aku membuat penawaran... "
Rio mengatakan yang sebenarnya dia pikirkan, tapi itu bukan semua yang dia pikirkan. Dia memiliki dugaan bahwa orang itu akan menghentikannya pada detik-detik terakhir Rio akan menusuk tangannya. Memang benar, jika dia tidak memiliki bukti yang kuat untuk memperkuat dugaannya dan hanya ada kecil kemungkinan bahwa dia akan benar-benar menghentikannya, tapi Rio tetap bertaruh pada hal tersebut.
Dia hanya memikirkan bahwa akan sangat mencurigakan bagi dirinya, jika dia keluar dari hotel ini dengan tangan yang terluka. Dia pasti juga akan membuat orang-orang di rumahnya khawatir, jika mereka melihat lukanya. Hal itu kemungkinan juga akan membuat orang itu kesusahan, karena bisa saja orang tua Rio menyelidiki masalah tersebut dengan bantuan polisi, bahkan jika Rio mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Hal seperti itu pasti ingin dia hindari sebisa mungkin.
Melukai tangannya juga akan membuat nilai Rio menjadi lebih kecil, karena dia jadi hanya bisa menggunakan sebelah tangannya dengan bebas, setidaknya untuk sementara waktu. Hal itu jelas juga akan merugikannya, karena Rio akan menjadi alatnya mulai saat ini.
Dia berpura-pura baik-baik saja dengan penawaran tersebut, lalu melaksanakan perintahnya tanpa mengatakan apapun. Meskipun sepertinya dia tidak bisa menutupi bahwa dia benar-benar gugup darinya, tapi setidaknya itu tidak akan menjadi masalah yang besar.
Rio segera melepaskan belati di tangannya dan membiarkannya terjatuh di tanah sambil menghela nafas lega. Ini adalah pengalaman pertamanya melakukan hal seperti ini, jadi Rio tidak bisa segera menenangkan dirinya. Nafasnya masih tidak beraturan, jantungnya juga masih berdetak dengan kencang dan kedua tangannya gemetaran dengan cukup hebat.
Rio tidak dapat menyangkal hal tersebut. Dia masih takut untuk terluka. Mungkin jika Arya yang berada di posisinya, dia tidak akan merasa segugup Rio. Arya selalu memasang wajah tenang di segala sesuatu, jadi jika dia merasa segugup Rio, maka mungkin itu akan menjadi pemandangan yang cukup menarik.
"Jadi apakah kau bisa menunjukan apa yang kau ketahui?"
"Aku mengerti... terima kasih!"
Orang itu mengetahui dengan pasti bahwa apa yang paling diinginkan oleh Rio saat ini adalah lokasi dimana Arya berkerja. Dengan tetap membiarkan hal itu menjadi rahasia, dia bisa mengendalikan Rio sesuka hatinya. Rio sadar akan hal tersebut, tapi sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain, selain mematuhi perintahnya, setidaknya untuk saat ini.
Meskipun dia tidak mendapatkan perintah untuk duduk kembali ke tempatnya semula, tapi Rio tetap berjalan menuju sofa di ruangan itu dan kembali duduk di sana. Orang itu juga tidak apapun saat Rio duduk kembali ke sofanya, jadi sepertinya itu bukanlah masalah sama sekali.
"Berkerja di balik ATS? Apa yang kau maksud dengan itu?"
Setelah Rio mendengarnya mengatakan itu, garis yang berada di layar menghilang, lalu menunjukan gambar seorang pemuda yang terikat dengan rantai di tangan dan kakinya, lalu tubuh dibuat membentuk huruf x.
Pemuda itu nampak berumur tidak jauh berbeda dengan Rio dan Arya, mungkin dia sama-sama berumur 20 tahun atau kurang, bahkan tinggi dan bentuk tubuhnya juga tidak jauh berbeda dengan Rio dan Arya.
Meskipun Rio belum melihat apa yang akan terjadi pada pemuda tersebut, tapi Rio bisa menduga bahwa hal yang buruk pasti akan terjadi sebentar lagi pada pemuda itu. Keringat kembali bercucuran dari wajah Rio, meski dengan alasan yang berbeda dari sebelumnya.
Di layar kemudian muncul seorang yang memakai pakaian seperti pasukan khusus yang menutupi seluruh bagian tubuhnya hingga Rio tidak dapat mengenali siapa orang yang berada di sana. Di tangan kanannya dapat terlihat sebuah senjata api. Karena Rio tidak begitu mengenal tentang senjata api, jadi dia tidak tahu model senjata api apa yang digunakan olehnya, tapi sepertinya dia menggunakan senajata api jenis Machine Gun.
Orang itu mengatur posisinya di depan pemuda itu dengan senjata apinya yang mengarah pada pemuda itu. Tanpa melihatnya lebih jauh lagi, Rio segera sadar apa yang ingin dilakukan oleh orang itu.
"Tunggu dulu!"
Suara teriakan Rio tentu saja tidak mungkin tersampaikan pada orang itu, karena apa yang ada di depannya hanyalah rekaman, bahkan mungkin kejadian yang dia lihat saat ini terlalu berlalu bertahun-tahun lalu. Jadi dia tidak bisa menghentikan orang itu dari menekan pelatuknya dan menembak pemuda itu.
Mungkin beruntung bagi Rio, karena video yang dia saksikan itu tidak mengeluarkan suara apapun, karena jika video tersebut memiliki suara, maka saat ini Rio pasti akan mendengar suara teriakan pemuda itu yang memekakkan telinga.
Dia tidak hanya melakukan hal tersebut sekali, tapi beberapa kali sampai dia kehabisan peluru. Dia bisa melihat bahwa pemuda itu memiliki banyak lubang di tubuhnya. Entah beruntung atau tidak, tapi pemuda itu masih memiliki nafas. Rio tidak bisa membayangkan betapa besar rasa sakit yang dirasakan oleh pemuda itu saat ini.
"Apa yang sebetulnya terjadi?!"
Rio tidak bisa berkata-kata tentang apa yang baru saja dia lihat. Bagaimanapun dia tidak bisa mengatakan apapun yang dia lihat saat ini adalah sesuatu yang manusiawi. Pemuda itu tidak nampak sedang mendapatkan hukuman mati, melainkan seperti menjadi bahan uji coba untuk senjata api.
Rio hampir tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh suara itu, tapi setelah video itu berlanjut, dia sadar bahwa yang dia lihat tadi memang hanyalah pemulaan. Video mengalami transisi. Video itu memang masih menampilkan pemuda itu, tapi tidak ada lubang di tubuhnya, selain itu orang yang bersama dengannya kali ini memakai pakaian pelindung berwarna putih, jika Rio tidak salah, nama pakaian itu adalah pakaian hazmat atau pakaian dekontaminasi.
Di tangan orang itu, dia memegang sebuah botol yang berisi cairan. Dia kemudian secara paksa memasukan cairan yang ada di botol itu ke mulut si pemuda. Tidak sulit melakukan itu, karena kedua tangan dan kaki pemuda itu sedang terikat dengan sangat kuat menggunakan rantai yang sangat tebal. Dia hanya perlu menutup hidung pemuda itu dengan sebelah tangannya, begitu si pemuda itu membuka mulutnya untuk menghirup udara, dia segera mengambil kesempatan itu untuk memasukan cairan di tangannya ke mulut si pemuda.
Tak butuh waktu lama untuk melihat si pemuda itu meronta-ronta kesakitan, setelah dia menelan cairan itu. Rio tidak tahu cairan apa itu, tapi cairan itu jelas adalah sesuatu yang sangat berbahaya dan tidak seharusnya diberikan pada seseorang.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini!? Kenapa dia melakukan hal kejam seperti itu?!"
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Rio. Sepertinya suara itu tidak akan memberikan jawabannya sampai Rio menonton video yang ada di layar sampai selesai. Rio tidak memiliki pilihan lain, selain melanjutkan apa yang dia tonton di depannya.
Percobaan pada pemuda itu berlanjut. Dia diberikan berbagai macam percobaan, seperti disengat listrik, menjadi bahan percobaan senjata-senjata aneh yang belum Rio lihat, tubuhnya bahkan pernah ditusuk-tusuk oleh berbagai macam senjata tajam untuk mengetes ketajaman dari senjata-senjata itu. Rio sampai bertanya-tanya, bagaimana bisa dia tetap bisa bertahan hidup, setelah mengalami penyiksaan yang begitu brutal? Sebetulnya Rio bisa menebak jawabannya, itu karena pemuda itu bukanlah manusia biasa.
Meskipun Rio tahu bahwa pemuda itu bukanlah manusia, tapi dia tidak berpikir bahwa pemuda itu pantas mendapatkan apa yang dia dapatkan semua perlakuan kejam itu. Memangnya apa yang dilakukan oleh pemuda itu sampai dia harus mengalami semua penyiksaan itu.
"Sudah cukup! Aku tidak mau melihatnya lagi!"
Video itu berhenti, setelah Rio mengatakan hal tersebut. Meskipun tanpa suara sekalipun, Rio bisa mendengar suara jeritan dari pemuda tersebut. Dia merasa gemetar ketakutan saat membayangkan bahwa dia berada di posisi yang sama dengan pemuda yang ada di dalam video itu.
Setelah itu, gambar di layar berubah, kali ini menunjukan sebuah manusia rubah yang terlihat sangat tangguh dan kuat. Lalu foto itu berganti ke sosok manusia rubah yang memiliki badan kurus dan nampak tak berdaya. Bahkan bulunya yang awalnya berwarna oranye, sekarang telah berubah menjadi warna putih, seakan-akan bulunya sudah berubah menjadi uban. Rio tidak bisa mempercayai bahwa kedua foto itu adalah foto dua orang yang sama, jika sebuah suara memberitahukan hal tersebut padanya.
"Untuk apa mereka melakukan hal tersebut? Apakah mereka memang layak mendapatkan perlakukan seperti itu!?"
Kemarahan nampak sangat jelas di mata Rio saat ini. Dia tidak bisa menerima perlakuan keji yang telah dilakukan orang-orang ATS. Memangnya apa untungnya melakukan hal kejam seperti itu? Rio tidak bisa sedikitpun mengerti hal tersebut.
Jadi itulah apa yang dimaksud oleh suara itu dengan orang yang berkerja di balik ATS, sekarang dia sudah paham tentang masalah itu.
"Lalu siapa yang berkerja di balik ATS?"
"A-A-APA!?"
Mustahil bagi Rio untuk tidak terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh suara itu. Bagaimana dia bisa mengatakan bahwa pemerintahlah yang menyuruh orang-orang itu menyiksa semua tahanan mereka? Ini pasti adalah lelucon yang sangat tidak lucu.
"Apa maksudmu!? Bisakah kau menjelaskannya dengan lebih baik!?"
"Memangnya apa untungnya melakukan hal itu pada mereka?"
Suara itu menjawab pertanyaan Rio seolah-olah itu adalah hal yang paling wajar di dunia ini. Bagaimana bisa hal seperti itu menjadi hal yang wajar di dunia ini?! Kenapa mereka bisa melakukan hal yang tidak manusiawi, hanya demi uang!?
"Bagaimana kau bisa mendapatkan bukti-bukti itu!? Apakah kau yakin bahwa apa yang kau tunjukan itu asli!"
Rio hanya mendecakkan lidahnya saat dia tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan, lalu Rio menyadari hal yang penting. Dia menatap takut-takut pada layar di hadapannya, lalu memberikan pertanyaan yang jawabannya tidak ingin dia dengar.
"Bagaimana dengan Arya?! Apakah dia berhasil ditangkap oleh ATS?!'
Rio sangat tidak ingin mendengar jawaban buruk dari pertanyaan yang baru saja dia ajukan. Dia berharap sekuat tenaganya bahwa jawaban yang dia terima bukanlah kabar buruk.
Rio menghela nafas lega. Setidaknya dia tahu bahwa Arya tidak berada di tangan ATS untuk saat ini. Meskipun dia tidak bisa sepenuhnya lega, karena Arya masih hilang dan dia tidak tahu dimana dia mungkin berada saat ini.
Setelah mengatakan itu, layar di hadapannya kembali menjadi warna hitam, lalu lubang kecil yang menjadi jalan masuk ke ruangan itu terbuka.
Meskipun Rio tidak yakin apakah dia bisa tertidur, setelah melihat semua itu, tapi dia lebih baik menuruti perintahnya untuk kembali ke kamar.
Setelah itu, pada pagi harinya Rio keluar dari hotel itu, sementara Drag yang bersamanya semalaman akan diantar pulang pada waktu yang berbeda dengan Rio. Rio lalu dibawa pergi ke suatu tempat untuk berganti kendaraan (seperti yang terjadi padanya semalam), lalu dia diturunkan di dekat pasar yang masih sepi oleh pembeli, karena masih sangat pagi. Rio dipaksa untuk ke kampusnya dengan menggunakan kendaraan umum. Rio diberikan tas yang berisi buku dan alat tulis, berserta uang untuk naik kendaraan umum, mungkin itu adalah kompensasi untuknya atau mereka hanya tidak ingin Rio terlihat mencurigakan, karena tak membawa apapun ke kampusnya.
Rio baru mendapatkan kembali semua barang yang dia serahkan pada orang-orang itu, setelah dia pulang dari kampus. Entah sejak kapan mobilnya sudah berada di tempat parkir dan sejak kapan mereka memasukan kuncinya pada tas yang dibawanya.
Kembali ke waktu Rio berada di kamarnya. Setelah mengingat kembali apa yang terjadi padanya semalam, Rio tidak bisa tetap tenang, bahkan saat dia berada di kamarnya sendiri. Apa yang dia lihat pada waktu itu masih membayangi dirinya.
Rio bahkan lupa bertanya siapa mereka sebenarnya, karena terlalu syok dengan apa yang baru saja dia ketahui. Rio tidak menyangka bahwa hal segelap itu terjadi di belahan dunia ini.
Rio memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang sudah sangat kelelahan. Rio berharap saat bangun nanti, semua yang telah dia lalui sampai saat ini adalah mimpi. Dia berharap dia masih menjalani hari-hari kuliahnya bersama teman-teman kampusnya dan juga Arya, dia juga berharap bahwa Ibu Arya masih hidup dan saat ini sedang berkerja di toko. Dia berharap bahwa semua hal buruk yang terjadi hanyalah mimpi buruk yang akan terlupakan saat dia bangun nanti.