Chereads / Menaklukkan Suamiku, Sang Duke Kejam / Chapter 13 - Aslan Menyukai Bunga Putih

Chapter 13 - Aslan Menyukai Bunga Putih

Rosie merasa senang karena dirinya mulai dekat dengan beberapa orang di kastil milik Aslan Montgomery. Meskipun dengan beberapa paksaan agar mereka mau untuk makan malam bersamanya tetapi sekarang mereka mulai terbuka dan berani menceritakan bagaimana perlakuan sang pemilik kastil kepada mereka.

Dari informasi yang Rosie dapatkan, ia mengetahui bahwa Aslan bukan orang yang terlalu buruk. Pria itu tidak pernah memperlakukan pekerjanya dengan semena-mena.

Dalam satu tahun ini juga, Aslan berhasil membuktikan bahwa wilayah di bawah kekuasaannya bisa kembali bangkit dari sebuah wilayah kosong tanpa pemimpin setelah kejadian dua puluh tahun lalu.

Wilayah ini dulunya menjadi tempat berkumpulnya bandit tetapi setelah dipegang oleh Aslan semuanya menjadi lebih baik. Tingkat kriminalitas perlahan menurun dan mulai banyak pendatang dari luar kota yang datang berkunjung sekadar untuk menginap.

Sikap Aslan yang tegas membuat semuanya berjalan sesuai koordinasi pria itu. Namun sikap dinginnya seringkali membuat orang ketakutan. Seakan sangat sulit untuk mendekati pria itu selain Howland Villiers yang telah menjadi teman dekat pria itu sejak masa akademi mereka.

Rosie mengajak pelayan serta pengawalnya untuk menghabiskan waktu bersama di taman. Karena ia tidak diperbolehkan lagi untuk pergi berkeliaran yang bisa Rosie lakukan hanyalah menjadi seorang pengangguran.

Tentu bagi jiwa Rosie yang tidak terbiasa dengan segala hal yang tidak produktif seperti ini membuatnya bosan setengah mati. Bahkan duduk membaca buku saja terasa sangat membosankan.

Rosie butuh sebuah aktifitas. Tapi apa? Dengan semua penjagaan ketat ini tak ada yang bisa ia lakukan.

Aha! Seketika sbeuah ide melintas di kepalanya.

"Sarah. Kuda kemarin yang aku gunakan adalah kuda milik Duke Aslan?" tanay Rosie setelah menutup kembali bukunya.

"Benar, Yang Mulia. Duke Aslan sangat menyayangi kuda itu tetapi karena Lily sedang tidak terlalu sehat belakangan ini, Duke Aslan memberinya perawatan ekstra dan tidak menggunakanya dulu."

Rosie mengangguk paham. Pantas saja kemarin malam, ria itu terlihat sangat kesal saat mengetahui Rosie meninggalkan kudanya seorang diri di tempat yang tak terjaga.

Gadis itu berdiri membuat Sarah dan kedua pelayan lainnya ikut berdiri.

"Aku ingin pergi ke kandang Lily lagi."

Seketika wajah orang yang menemani Rosie saat itu berubah pucat. Mereka menggeleng meminta sang putri untuk tidak melakukan sesuatu yang bisa memancing amarah sang Duke lagi.

Mereka takut keajaiban tidak datang untuk kedua kalinya. Duke Aslan yang tidak menghukum mereka adalah sebuah mukjizat dan mereka tidak ingin membuat risiko baru.

"Yang Mulia, saya pikir pemandangan di sini sudah sangat indah. Kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam di sini," ujar Sarah mencoba meyakinkan Rosie agar tidak kembali ke kandang kuda tersebut.

"Aku tidak akan kabur lagi. Aku sudah belajar dari kesalahan masa lalu," jawab gadis itu yang tetap kukuh untuk pergi meninggalkan taman tersebut.

Rosie butuh aktivitas fisik dan hanya duduk diam di taman tidak akan membuatnya lebih baik. Rosie berpikiran untuk bermain sebentar dengan Lily. Dari buku yang ia baca, Lily dihadiahkan oleh Howland dan menjadi kado pertama yang diterima Aslan, maka dari itu Aslan sangat menjaganya.

Jika Rosie ingin mendapatkan perhatian dari Aslan maka Rosie harus mendekati hal-hal yang pria itu sukai.

Rosie memperhitungkan usia kuda itu dan kemungkinan Lily sudah termasuk kuda tua. Kata neneknya usia satu tahun kuda sama dengan usia enam tahun manusia.

Rosie tidak mengindahkan permintaan Sarah untuk tidak kembali ke training ground tempat kandang Lily berada. Dua pengawal yang selalu berjaga di dekat Rosie juga meminta gadis itu kembali saja tetapi Tekad Rosie sudah bulat. Ia ingin berteman dengan Lily agar Aslan juga bisa mempercayainya.

Saat melalui halaman kastil, tak sengaja Rosie melihat siluet Aslan yang sedang membaca sebuah buku di dekat jendela yang sama yang ia yakini adalah ruang kerjanya. Gadis itu berhenti untuk mendongak sebentar.

Merasa diperhatikan, Aslan menoleh ke samping dan melihat sang putri diikuti oleh pelayan dan pengawalnya berdiri di bawah sambil melambaikan tangannya ke taas. Aslan dengan cepat mengembalikan perhatiannya ke buku yang sedang ia baca, berpura-pura tidak melihat sang putri.

Ia tidak suka keadaan ini. Howland memberinya perintah kembali ke kastil hanya untuk menjaga adiknya itu. Namun jika diberi pilihan, Aslan lebih suka berada di daerah perbatasan sekarang.

***

Rosie kembali ke training ground. Karena hari sudah menjelang siang maka tidak ada orang yang berlatih di sana. Rosie berjalan cepat menuju kandang milik Lily.

Kuda itu terlihat lemah. Rosie teringat hari kemarin di mana Lily membawanya sambil berlari sangat kencang. Padahal kuda jantan itu telah lama melewati usia primanya.

Rosie duduk berjongkok sambil memperhatikan Lily yang duduk dengan keempat kakinya terlipat di atas tumpukan jerami.

"Hai!" sapa Rosie sambil mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Lily. "Aku minta maaf sudah membuatmu berlari sangat kencang kemarin di usia tuamu. Aku tidak berniat melukaimu seperti kemarin."

Lily hanya diam dan kembali memejamkan matanya. Rosie mengingat memori di masa lalunya di mana ia pernah melihat seekor kuda tua milik kakek dan neneknya yang meninggal oleh sakit. Sepertinya Lily telah banyak melewati medan pertempuran bersama Aslan. Terlihat dari tubuhnya yang besarnya yang gagah.

Lily bukan sakit karena penyakit. Lily sudah waktunya beristirahat dan tidak boleh lagi digunakan.

"Tuan Putri, apa Anda berniat untuk kabur lagi?" tanya Aslan yang sedang berdiri bersandar di pintu masuk kandang.

Rosie menoleh ke belakang dan tak menemukan Sarah beserta yang lainnya.

"Aslan!" sapa Rosie terlewat ceria. "Aku pikir kau sedang sibuk."

Aslan mempertahankan wajah datarnya. "Aku dikembalikan oleh Howland khusus untuk menjaga Anda. Setelah kejadian kemarin, tentunya saya harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi lagi."

Rosie tertawa lebar seakan apa yang terjadi kemarin bukanlah hal yang besar. Aslan berjalan mendekat dan melihat heran Lily yang sangat diam di dekat orang asing.

"Sangat jarang untuk Lily menyukai orang baru," ujar pria itu.

"Ahaha, tidak mungkin. Lily adalah kuda tua, ia tidak banyak memiliki tenaga untuk menolak orang yang mendekatinya."

"Kau tahu?"

"Bukankah Lily adalah kado dari kakakku?"

Aslan menegakkan tubuhnya menatap Rosie keheranan. "Anda tahu?"

"Tentu, aku tahu. Howland kan kakakku. Tentu saja aku tahu."

Aslan terdiam dan duduk di samping Rosie sambil mengulurkan tangannya menyentuh wajah Lily.

"Bukankah kuda ini laki-laki. Mengapa Anda memberikan nama Lily?"

"Entahlah, aku lebih suka bunga Lily. Aku suka warna putih."

Rosie memperhatikan wajah Aslan perlahan. Aslan adalah anak yang polos. Bagaimana bisa ia menjadi seorang penjahat yang membuat kedua tokoh utama meninggal dan membantai seluruh keluarga kerajaan termasuk dirinya?

Rosie mengulurkan tangannya dan mengelus kepala pria itu membuat Aslan terkejut. Pria itu menoleh dengan kedua alis yang bertaut.

"Bunga mawar juga ada yang berwarna putih. Jika Anda memiliki kuda baru nanti, Anda bisa menggunakan bunga mawar sebagai namanya. Rose."

Aslan bergumam dan kembali mengawasi Lily.

"Apakah Anda masih ingin berkeliling desa? Saya bisa mengawal Anda sehingga Anda tidak perlu kabur seperti kemarin lagi," tawar pria itu begitu tiba-tiba.