Chereads / BINTANG ANARKI / Chapter 3 - IMAJINASI DEMOKRASI

Chapter 3 - IMAJINASI DEMOKRASI

"Keputusan perdana Menteri untuk mengejar investasi asing sudah menyinggung hak masyarakat adat. Mereka sudah mengatur sedemikian rupa agar hutan-hutan disekitar mereka tetap terjaga. Mereka itu sebenarnya tulus loh dengan alam, kita seharusnya belajar bagaimana cara hidup menghargai alam dari mereka." Jelas Sten Gregory

"Tapi begini bung Sten, semua itu sudah diatur oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga hak-hal masyarakat adat tetap terjamin. Kami bahkan sudah membayar untuk pelepasan hak milik dan segala macam sudah kami upayakan agar mereka pun tidak terpinggirkan dalam pembangunan." Ucap Anisa seorang anggota parpol koalisi

"Aduh.. Sepertinya anda belum paham tentang arti tanah adat bagi masyarakat adat? Ibu, gininya tanah adat itu ibarat tanah air buat mereka. Dalam aturan mereka, tanah adat pantang untuk diperjual belikan. Ibu bayangkan jika ibu dipaksa untuk menjual tanah air ibu, di mana ibu mau tinggal? Heh?!" Sambung Sten Gregory.

"Loh, jangan arahnya ke sana dong bung... " Ucap Anisa

"Ya memang harus ke sana, jangan hanya mereka yang harus mengerti pemerintah. Pemerintah juga harus mengerti cara berpikir mereka, perasaan mereka. Itu yang penting. Negara ini juga seharusnya berterima kasih pada mereka karena sudah turut menunjukkan rasa cinta tanah air melalui cara yang mungkin kalian anggap sederhana tapi dalam pelaksanaannya itu susah." Lanjut Sten Gregory

"Tapi ini tidak bisa dikatakan perampasan hak. Kami jamin dalam pelaksanaannya pemerintah tidak melanggar satu pun hak-hak masyarakat adat. Bung bisa lihat sendiri pemerintah sudah membangun banyak daerah tertinggal melalui program perdana menteri. Selalu ada pengorbanan dalam pembangunan. Perdana Menteri tidak pernah lelah membangun walaupun orang-orang seperti anda menganggap remeh dan selalu mengumbar fakta yang tidak valid tentang masa lalunya." Balas Anisa dengan mata berkaca-kaca

"begini bu, setiap daerah itu punya treatment yang berbeda-beda, negara ini negara multikultural. Perkara lelah atau tidak itu sudah jadi resikonya menjadi seorang pemimpin. Kritik itu memang harus ada agar demokrasi tetap berjalan di negara ini. Kalau semuanya setuju-setuju saja, maka saat itu demokrasi mati." Lanjut Sten

"Tapi beliau itu tulus membangun negara ini, jangan buat seolah-olah dia adalah orang yang gagal. Indeks kesejahteraan masyarakat itu makin meningkat..." Sanggah Anisa

"Masyarakat perkotaan iya, masyarakat desa belum tentu." Sten memotong sanggahan Anisa

"Beginilah kalo orang hanya banyak bicara tapi nol aksi." Sindir Anisa

"Lah setiap orang punya bidangnya masing-masing. Apakah mengajar bukan aksi?" Tanya Sten

"Makanya sebaiknya bung tetap di kampus, tidak usah mengomentari sesuatu kalau tidak tahu situasi di lapangan." Anisa kembali menyindir Sten

"Ini cara saya untuk mengajarkan mahasiswa saya tentang cara berpikir kritis demi menjaga roda demokrasi." Sten kembali membalas sindiran Anisa

****

Sebuah mobil Mercedes hitam bernomor plat RH 3 berhenti di depan pintu masuk gedung parlemen. Seorang pria berperawakan tinggi dan gagah keluar dari mobil tersebut dan ditemani 3 orang ajudan dan seorang asisten. Ketika beliau memasuki gedung tersebut semua orang seolah-olah terpaku pada kharismanya, Dia adalah Perdana Menteri Mahendra Datta. Beliau adalah orang yang jarang tersenyum pada para pejabat dan orang-orang pemerintahan, tetapi selalu tersenyum pada rakyat. Beliau langsung berjalan ke ruang rapat dewan untuk melakukan rapat mengenai keputusan beliau mengundang investor asing untuk melakukan investasi besar-besaran. Suasana di ruang rapat pun diwarnai dengan suara anggota dewan yang sedang membahas apa yang akan mereka suarakan nanti dalam rapat. Ketika Mahendra Datta memasuki ruang rapat, seluruh peserta rapat terdiam. Mahendra Datta adalah sosok yang cukup kuat dalam mempertahankan keputusannya. Sejak berkarir di Militer, dia terkenal dengan julukan "9 nyawa" karena selalu selamat dalam operasi yang berbahaya dan berhasil menuntaskan operasi militer dengan keberhasilan.

"Baik, Terima kasih atas kehadiran bapak ibu dewan terhormat. Rapat kali ini akan membahas tentang rencana pemerintah mengundang investor dari Tiongkok, Jepang, Uni Emirat Arab dalam rangka pembangunan Destinasi Wisata berskala internasional di Pulau Pandan. Maka dengan demikian rapat saya buka secara resmi." Pemimpin rapat dewan membuka rapat secara resmi

"Kepada Perdana Menteri saya persilahkan untuk menjelaskan program tersebut secara singkat kepada anggota dewan yang hadir." Sambung pemimpin rapat

"Saya rasa semua anggota dewan yang hadir di sini sudah membaca dan menelaah rencana program saya melalui print-out yang sudah diberikan sejak minggu lalu. Jadi kita langsung saja pada dengar pendapat dewan." Jawab Mahendra dengan santai

Rapat dimulai dengan cara yang santai karena hampir semua hampir semua kursi dewan perwakilan diduduki partai koalisi. Jadi dapat dikatakan rapat tersebut hanya sekadar basa-basi Parlemen. Malik juga merupakan salah satu anggota dewan yang turut dalam rapat tersebut. Di antara keheningan Malik mulai bersuara

"Pimpinan, saya ingin menanyakan ini kepada perdana menteri." Malik mengajukan dirinya sebagai anggota partai oposisi.

"Iya silakan." Pimpinan rapat mempersilahkan Malik

"Baik Terima kasih. Ada satu poin kesepakatan dengan investor Tiongkok, yang menurut saya cukup merugikan masyarakat di sekitar pulau Pandan. Penggunaan tenaga kerja asing dalam pembangunan. Apakah itu tidak berlebihan karena masyarakat sekitar tidak turut dilibatkan dalam pembangunan." Protes Malik

"Mengenai masalah itu, investor Tiongkok masih meragukan sumber daya manusia kita." Sanggah Perdana Menteri

"Bahkan untuk kuli bangunan? Orang pulau Pandan itu cukup hebat dalam membangun bangunan. Masa itu saja juga diragukan? Seharusnya Anda bisa bernegosiasi lebih baik lagi." Ucap Malik

"Apakah orang Pulau Pandan juga bisa berbahasa Mandarin?" tanya perdana Menteri.

"Apa?" Malik terkejut

"Mengingat tim Arsitek dan Staf pengawasnya langsung dari Tiongkok, saya rasa mereka akan kesulitan berkomunikasi dalam proses pengerjaan." Jawab Perdana Menteri

Serentak semua anggota dewan menganggukkan kepala tanda setuju

"Lagipula itu syarat utama dari investor Tiongkok yang tidak ingin ada masalah lain dalam pembangunan." Sambung Perdana Menteri.

"Lalu bagaimana dengan isu bahwa anda telah melanggar hak masyarakat adat di Pulau Pandan." Malik mengalihkan topik

"Apakah ada buktinya? Atau hanya sekadar berdasarkan debat kusir di televisi yang dilakukan oleh Sten Gregory?" tanya Perdana Menteri seolah tahu bahwa Sten Gregory adalah orang suruhan Malik.

"Jangan pernah menganggap remeh opini publik di media massa, Perdana Menteri." Ucap Malik

"Saya tidak menganggap remeh opini publik, tapi anda lah yang menganggap remeh amanah suara rakyat dengan mendasarkan pandangan dewan pada debat kusir akademisi di televisi." Perdana Menteri Mahendra kembali membalikkan keadaan.

"Kita sedang membicarakan urusan bangsa dan negara, ini sesuatu yang penting sehingga tidak boleh disusupi oleh hasil debat kusir. Dan jika anda memiliki bukti adanya pelanggaran hak masyarakat adat di pulau Pandan, anda bisa mengadili saya sekarang juga." Mahendra menantang Malik

Suasana rapat semakin tegang dan berakhir dengan kemenangan Perdana Menteri Mahendra Datta.

"Jangan gitulah bang. Masa kau permalukan aku di depan anggota dewan dan pers?" Suara seorang pria dari balik bilik toilet.

"Anggaplah ini pengorbanan kecilmu untuk negara ini." Balas Mahendra yang sedang mencuci tangannya.

"Hah.. Kalau begini bisa-bisa partaiku yang hancur." Gerutu Malik sambil berjalan ke Wastafel untuk mencuci tangannya.

"Kali ini kau patut dipuji, aku tidak percaya jika kau mampu menipu publik." Puji Mahendra

"Publik zaman sekarang sangat gampang ditipu, mereka mudah bersimpati pada pemimpin yang sering dikritisi. Tapi ini juga berkat kepandaian abang dalam mengambil hati rakyat terlebih dahulu." Malik kembali membalas pujian Mahendra.

"Lalu bagaimana dengan anak muda itu?" tanya Mahendra yang merujuk pada Bintang Anarki

"Beres. Dia memang agak bandel tapi bisa saya atasi, selama kita membayarnya dengan cukup." Jawab Malik

"Hati-hati bekerja dengan anak muda, mereka seperti bom waktu. Jangan menekannya terlalu jauh atau dia akan berbalik melawan kita. Kecerdasannya memang patut dihargai dengan harga mahal. Zaman sekarang sulit mencari anak muda seperti dia." Mahendra memperingatkan Malik

"Baiklah bang." Sahut Malik

"Oh ya, Terima kasih Malik. Di saat semua orang takut untuk mengambil resiko, kau sendiri yang berani melakukannya. Aku sangat berterima kasih." Mahendra berterima kasih pada Malik

"Itu sepadan bang, atas kebaikan abang terhadap saya dan keluarga saya dulu. Justru saya yang harus berterima kasih." Ucap Malik

Mahendra tersenyum dan menepuk bahu Malik kemudian pergi. Malik sendiri memiliki kisah masa lalu yang kelam. Dilahirkan sebagai cucu dari seorang guru yang dituduh komunis oleh warga desa hanya karena kakeknya pernah meminjam uang dari koperasi yang berafiliasi dengan partai Komunis. Malik kecil memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam menulis pidato tetapi karena latar belakang kakeknya, dia sering dirundung dan diabaikan oleh gurunya.

Awal pertemuan Mahendra dan Malik diwarnai perdebatan Malik kecil dengan salah satu ajudan Mahendra karena Malik sudah muak dipanggil bocah komunis oleh para tentara yang lewat. Pendapat Malik dalam perdebatan tersebut membuat Mahendra tertarik dan bersimpati pada bocah kecil tersebut. Berkat Mahendra, Malik dan keluarganya diberikan identitas yang baru. Secara diam-diam, Mahendra meminta istrinya untuk mengurus keperluan pendidikan Malik agar bisa berkuliah di luar negeri. Sementara diluar negeri, keluarga Malik diperlakukan layaknya keluarga oleh Mahendra. Sejak saat itu Malik tidak ragu untuk melindungi dan mendukung Mahendra Datta dalam politik entah sebagai lawan atau kawan.

****

"Hah... Brengsek, kenapa harus mati gini di tengah jalan." Ucap Arki kesal dengan motornya yang tiba-tiba mogok

Saat sedang memeriksa motornya, Tiba-tiba seseorang orang menepuk bahu Arki dan meninju wajah Arki dengan cepat. Arki terkejut dengan tindakan tersebut tetapi dia lebih terkejut karena yang melakukannya adalah Melkisedek, gadis yang dia temui di supermarket 2 minggu yang lalu.

"Bajingan ini sudah kau suruh berhenti." Melkisedek sangat geram dengan tindakan Arki kemudian lanjut memukuli Arki

"Apa ini? Kau sudah gila..!" Teriak Arki ke arah gadis itu

"Sudah ku bilang berhenti! Gara-gara kau, warga pulau Pandan terancam diusir dari Pulau mereka sendiri!" Melkisedek balik meneriaki Arki

"Apa?" Arki terkejut mendengar Melkisedek

"Bajingan bodoh. Apa kau terlalu terobsesi dengan Mahendra Datta sampai nalarmu berhenti bekerja?" Tanya Melkisedek

"Tunggu, apa maksudmu?" Arki masih belum mengerti

"Baiklah ikut aku, anggaplah ini jalan pintas untuk mengetahui rahasia kematian kedua orang tuamu."Melkisedek mengajak Arki mengikutinya ke mobilnya

"Motormu akan diurus oleh anak buahku. Jadi biarkan saja." Sambung Melkisedek

Arki pun berjalan mengikuti gadis yang baru saja meninjunya tepat di wajahnya. Selama di dalam mobil Arki merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Melkisedek. Melkisedek kemudian menyodorkan beberapa dokumen Malik, sebagai bukti bahwa Arki sudah dipermainkan oleh Malik dan Mahendra Datta. Setelah membaca semua dokumen dan foto lama Malik, Arki merasa dirinya sangat bodoh karena tidak bisa membaca permainan Mahendra Datta.

"Secara tidak langsung Malik adalah adik angkat Mahendra Datta. Latar belakang keluarganya yang dituduh komunis, membuatnya kesulitan memperoleh pendidikan waktu itu. Secara diam-diam Mahendra Datta mengubah identitas Malik dan keluarganya kemudian membantu pendidikan Malik hingga ke luar negeri." Melkisedek memberikan penjelasan singkat pada Arki.

"Lalu kenapa mereka mau menggunakan saya dalam permainan politik mereka?" tanya Arki

"Bukankah Negara kita menganut sistem Demokrasi? Apa yang terjadi jika semua partai bersatu dalam satu koalisi tanpa meninggalkan satu pun oposisi? Rakyat. Rakyat akan membentuk aliansi mereka sendiri untuk membuka ruang oposisi, itu akan menggoyahkan kekuasaan yang ada. Untuk menghindari itu, Mahendra meminta Malik untuk mendirikan partai politik baru 10 tahun yang lalu. Ya sekadar fatamorgana bagi rakyat, agar roda pemerintahan tetap berada pada tangan-tangan elit politik." Melkisedek menjelaskan alur permainan Mahendra

"Mengapa Anda tidak memberitahukan kepada saya waktu itu?" Tanya Arki.

"Saya sudah memberitahukan itu ke Anda tapi Anda tidak mengerti sama sekali." Sanggah Melkisedek

"Kapan? Yang mana?" Tanya Arki

"Saat saya bilang You are a smart person, but being smart is not enough if you don't have empathy for the people." Jawab Melkisedek

"Hah? Itu bukan peringatan." Ucap Arki yang tidak percaya

"Itu peringatan jika anda renungkan dengan baik." Melkisedek membantah Arki

"Mel itu..." Arki merasa aneh karena memanggil Melkisedek

"Ki? sedek?" Arki bingung harus memanggil Melkisedek dengan nama apa

"Jales. Nama saya Jaleswari. Melchizedek is my code name."

"Jaleswari. Jadi itu nama asli anda?" Tanya Arki

"Tentu saja tidak, bodoh. Itu masih nama samaran saya. Privasi itu penting." Jawab Jales dengan senyum sinis

"setidaknya itu lebih gampang dipanggil daripada Melkisedek." Balas Arki sambil mengelus pipinya bekas ditonjok Jales

Jales kembali mengeluarkan sebuah sebuah map coklat dan memberikannya pada Arki.

"Itulah alasan utamamu mendekati Mahendra Datta." Ucap Jales

Arki pun mengeluarkan dokumen dari map coklat tersebut. Seketika dia menitikan air mata ketika melihat foto jenazah papanya setelah diotopsi. Melihat foto pernikahan orang tuanya bersama oma Elis. Didapatinya sebuah catatan jumlah korban jiwa dalam pembantaian 1980 oleh pasukan pimpinan Mahendra Datta, disertai foto para korban yang disiksa karena dituduh komunis. Ada pula foto sang papa yang sedang memimpin demonstrasi, seolah sedang menatang dunia.

"Ayahmu, sangat vokal menentang penyiksaan dan penghukuman tanpa peradilan yang sah. Alih-alih bisa menyelamatkan orang lain, justru dia yang dijebak oleh orang suruhan Mahendra Datta. Ayahmu dituduh sebagai aktivis Komunis. 4 April 1993. Ya benar, ada kekerasan dalam prosesnya, tapi siapa yang mau membantu seorang komunis?" Ungkap Jales

"Lalu, ada info lainnya tentang ayah saya?" Tanya Arki dengan suara yang bergetar

"Dia pernah ditawari untuk menjabat sebagai aliansi muda pemerintah, dia menerimanya. Tidak hanya itu, dia juga mengumpulkan semua bukti kejahatan Perdana Menteri Soemantirto dan antek-anteknya, hanya sayang sampai sekarang tidak ada yang tahu di mana bukti-bukti itu berada. Secara keseluruhan kita tidak bisa menyalahkan semua hal pada Mahendra Datta, karena semuanya dilakukan atas perintah Soemantirto. Tapi bagaimana pun nama kedua orang tuamu harus dibersihkan, dan Mahendra harus bertanggung-jawab atas pembohongan publik." Ucap Jales

"Jadi, apa yang kamu inginkan dari saya?" Tanya Arki

"Cukup menjauh dan jangan berurusan dengan mereka lagi, sisanya akan saya bereskan." Jawab Jales dengan santai

"Itu tidak mungkin, saya tidak bisa berdiam diri sementara mereka semua bebas berkuasa dan menjalani hari tua seperti orang suci." Balas Arki dengan nada geram

"Kau tahu, terkadang diam saja itu emas. Kau hanya membuat situasinya semakin buruk." Jales Kesal dengan sikap Arki

"Biarkan saya menyelesaikan masalah saya sendiri. Anda bisa menyelesaikan masalah Anda dengan para petinggi partai dengan cara Anda." Balas Arki

"Semoga kita tidak saling bersinggungan." Ujar Jales seperti sebuah ritual baru untuk memulai langkah yang baru