Chereads / Victor X Amanda / Chapter 3 - Bab 2

Chapter 3 - Bab 2

Suasana sekolah pagi ini cukup lengang dan sepi. Belum banyak anak yang berangkat. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit, masih terlalu pagi untuk masuk sekolah. Bukan tanpa alasan aku masuk pagi. Aku mau menempelkan poster acara bulan bahasa yang telah kami buat kemarin. Tak banyak acara yang kami selenggarakan, hanya lomba cipta puisi dan cerpen, bazar, serta pentas seni. Namun sebelum mulai menyebarkan posternya aku akan menaruh tasku di kelas lebih dulu.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di kelasku dari gerbang depan sekolah karena kelasku berada di deretan depan, cukup melewati kantor guru dan tiga kelas 11 IPA, aku pun sampai di depan pintu kelas ku, kelas 11 IPS 1. Sayup-sayup terdengar suara orang yang sedang bercakap-cakap, sepertinya sudah ada beberapa anak yang datang. Perlahan kubuka pintu kelasku, ada Dewi dan Cindy yang sedang mengobrol. Melihat Dewi berangkat pagi itu hal biasa, tapi Cindy dia bukan tipe siswa yang cukup rajin untuk berangkat pagi. Sebenarnya aku masih sedikit canggung dengan Cindy karena kejadian kemarin.

"Pagi Amanda" sapa Dewi setelah menyadari kehadiran ku. Cindy hanya tersenyum dan sedikit melambaikan tangannya.

"Pagi" jawabku singkat sambil menuju ke bangku di sebelah Cindy untuk menaruh tas.

"Ada apa nih, kok lo berangkat pagi hari ini?" masih Dewi yang bertanya. 

"Aah, ini aku mau nempelin poster acara bulan bahasa" jawabku sambil mengeluarkan poster yang dimaksud dari tasku.

"Lo sendiri, kenapa gak nyuruh anak-anak kelas 10 aja?" tanya Dewi lagi, sedangkan Cindy masih saja diam.

"Emm.. gak kenapa-kenpa sih, cuman pengen sendiri aja"

"Sini gue bantuin" tiba-tiba Cindy berkata sambil mengambil sebagian poster dari tanganku.

Akhirnya kami berdua pun menempelkan poster itu di tiap sudut sekolah yang cukup banyak dilalui anak-anak.

"Maafin gue ya Manda, kemarin gue udah kelewatan" kata Cindy mulai membuka pembicaraan diantara kami.

"Gue juga minta maaf, karena udah ngambek gk jelas sama lo"

"Gak kok lo berhak ngambek sama gue, jadi.. kita baikan?"

"Iyaa" Cindy langsung memelukku dengan erat setelah mendengar jawaban dariku.

~~~~~~~~

"Sekian pembelajaran kita untuk hari ini, jangan lupa tugas membuat artikelnya dikumpulkan minggu depan" tutup Pak Santoso mengakhiri kegiatan pembelajaran hari ini.

Tugas lagi. Tugas lagi. Tiada hari tanpa tugas. Mau bagaimana lagi, kewajiban pelajar memang begitu, belajar dan mengerjakan tugas atau PR. Tak mau terlalu pusing memikirkannya, aku segera mengemasi barang-barang ku dan bersiap untuk pulang. Untungnya hari ini tidak ada kegiatan OSIS ataupun ekstrakulikuler yang harus diikuti.

"Manda, hari ini gue main ke rumah lo ya, sekalian ngerjain tugas bareng, boleh ya" Cindy bertanya sambil mengatupkan kedua tangannya, meminta izinku.

"Boleh, tapi tumben lo gk main gitu sama Beni. Biasanya kan lo begitu jam pulang udah cabut duluan sama dia" 

Semenjak Cindy dan Beni pacaran, kami berdua jadi jarang menghabiskan waktu bersama sepulang sekolah. Mungkin karena aku sendiri sibuk dengan kegiatan OSIS dan ekskul. Cindy juga sibuk dengan ekskul siarannya dan terkadang menemani Beni latihan basket.

"Khusus hari ini gue mau menghabiskan hari bersama sahabat gue tercinta, kita kan juga udah lama gak main bareng, dan gue mau lihat rumah lo juga"

"Rumah Victor kali"

"Heheh.. kalo bisa sekalian kenapa enggak"

"Jangan-jangan lo masih suka ya sama Victor?"

"Enggak lah, di hati gue cuma ada Beni, gue cuma pengen tahu sedeket apa rumah lo sama dia"

"Ada-ada aja lo, terus ntar lo ke rumah guenya gimana"

"Nanti gue bilang sama Beni buat pulang duluan karena gue mau main ke rumah lo"

"Yaudah deh, ntar naik motor bareng gue aja"

"Oke"

~~~~~~~~

Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan akhirnya kami sampai di rumahku. Bi Inah yang melihat kedatangan kami kemudian membukakan pintu gerbang.

"Wah.. rumah lo gede banget Man" seru Cindy sambil memandangi sekeliling rumahku.

"Ah.. biasa aja, gk segede itu juga" jawabku sambil memasukkan motor ke garasi.

"Tapi tetep aja Man, rumah lo ada tamannya, kolam ikan, dan pemandangan di lantai dua nya pasti bagus banget"

Memang bisa dibilang rumah kami cukup luas, dan memiliki dua lantai. Mama suka berkebun dan Papa suka pelihara ikan jadilah rumah kami punya taman dan kolam ikan.

"Yaudah entar kita main sama ngerjain tugasnya di balkon aja" usulku sambil membukakan pintu.

"Aaahh.. lo emang yang terbaik Man. Eh ngomong-ngomong rumahnya Victor yang sebelah mana?" 

"Di sebelah kanan, masuk yuk" 

Cindy mencoba mengintip rumah yang berada di sebelah kananku sebelum mengikuti ku masuk ke dalam rumah.

Aku meminta bi Inah untuk membawakan kami camilan dan minuman yang ada di kulkas ke kamarku di lantai dua. Kemudian aku mengajak Cindy untuk naik ke kamarku. 

"Wah.. lo punya banyak koleksi boneka sama ada komik juga, gue pikir lo cuman suka sama buku pelajaran"

Sampai di kamarku Cindy langsung mendekati koleksi boneka dan komik Doraemon yang ada di rak samping tempat tidur. Aku menaruh tas ku di meja belajar dan duduk di tepi tempat tidur sambil memperhatikan tingkah lucu sahabatku.

"Hahaha.. gue juga cewek biasa Cindy.. gue juga juka hal-hal yang disukai remaja pada umumnya" jawabku sambil tertawa mendengar pertanyaan Cindy.

"Kalau dipikir-pikir kita udah temenan satu tahun lebih, tapi masih ada banyak hal yang gak gue tau dari lo" kata Cindy sambil ikut duduk di samping ku setelah dia puas melihat-lihat isi kamarku.

"Iya juga ya"

"Kalau gitu mulai sekarang kita harus terbuka dan gak ada rahasia, janji?" Ujar Cindy sambil menyodorkan jari kelingkingnya

"Janji" jawabku sambil manautkan jari kelingking kami.

Tok tok tok

Sura pintu kamarku di ketuk. Aku pun bangkit dari tempat tidur untuk membuka pintu.

"Ini camilannya sudah bibi bawakan, Non"

"Iya bi, makasih ya" jawabku sambil mengambil alih nampan berisi cemilan yang dibawanya.

"Di bawah ada Den Kenan, katanya mau ngembalikan barang gitu Non"

"Oh iya bi, nanti aku turun habis ini"

Bi Inah pun kembali mengerjakan tugasnya.

"Ada tamu? Siapa?" 

Cindy yang mendengar pembicaraan kami, menanyakan siapa yang bertamu. Kak kenan adalah kakak Victor yang sudah lama ku kenal. Sebagai tetangga, dulu waktu kecil kami sering bermain bersama di rumah satu sama lain. Tapi segiring dewasa kami bertiga jadi jarang bermain bersama lagi.

"Kak Kenan, gue turun dulu ya, lo bisa lihat-lihat sekitar balkon dulu"

Aku langsung turun menuju lantai satu. Ku lihat kak kenan sedang duduk di ruang tamu.

"Eh Kak Kenan ada apa ya?"

"Ini Manda, mau ngembaliin mixer sama loyang yang kemarin dipinjam mama"

"Oh iya kak, nanti aku kasih tahu mama"

"Sampain makasih juga ya ke tante" jawab Kak Kenan sambil tersenyum. Senyum hangat itu lagi. Meleleh rasanya tubuhku bila ditatap dengan senyum hangatnya itu.

"Emm siap kak, eh kakak mau minum dulu gak?"

"Gak usah makasih, aku mau langsung balik aja. Eh hari ini kamu pulang cepet ya"

"Iya kak, lagi gak ada kegiatan ekstra"

"Kamu jangan terlalu maksain diri ya, kalau capek istirahat, makannya juga jangan sampai telat"

Sejak dulu kak Kenan memang selalu perhatian dan tidak pernah bosan mengingatkan ku untuk menjaga kesehatan karen waktu kecil aku sering sakit. Sikap perhatian yang diberikan kak Kenan selalu membuat ku tak bisa menyembunyikan perasaan suka yang sudah lama ku pendam.

"Siap kak, beres aku pasti jaga kesehatan kok" jawabku sambil berusaha bersikap wajar.

"Yau dah aku pulang dulu ya"

"Bye kak" kakatu sambil mengantar Kak Kenan keluar rumah.

Saat akan kembali ke kamar tiba-tiba aku hampir menabrak Cindy yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang ku. Wajahku yang masih sedikit memerah karena kata-kata perhatian dari kak Kenan tertangkap oleh mata jeli Cindy. 

"Sekarang gue tau kenapa lo gak suka kalo diomongin sama Victor, ternyata udah ada orang lain yang lo suka" kata Cindy dengan pandangan menyelidik.

"Apa sih gk usah sok tau deh"

"Itu mukanya merah habis ngobrol sama Kak Kenan"

"Enggak ya!"

"Ya gak usah ngegas gitu dong"

"Udah deh balik ke kamar aja"

"Manda jujur aja deh, lo tu gak bisa bohong di hadapan gue. Tadi kita kan juga udah janji gak ada rahasia-rahasiaan"

"Iya deh, tapi ngomongnya di kamar aja"

Kami berdua pun menuju kamar untuk bercerita tentang perasaanku pada Kak Kenan. 

Sejak dulu Kak kenan sudah ku anggap sebagai sosok kakak laki-laki yang tidak pernah kumiliki. Dia adalah orang yang baik, perhatian dan pengertian. Dulu saat SD aku sering sakit karena kesehatan ku yang kurang baik. Karena itu aku jadi jarang bermain dengan teman sebaya ku. Kak Kenan dan Victor lah yang selalu baik hati mau bermain bersama ku. Tapi Victor lebih suka menjahiliku dari pada mengajakku bermain dan Kak Kenan selalu menjaga ku dari kejahilan Victor dan anak-anak yang lain. Bagiku Kak Kenan adalah pahlawan. Saat hari pertama MOS di SMP dulu aku pernah tiba-tiba pingsan karena tidak sempat sarapan, dengan perhatian Kak Kenan menggendong ku ke UKS dan merawat ku sampai kondisi ku lebih baik. Saat itulah aku mulai memandangnya bukan sebagi seorang kakak tapi sebagai orang yang ingin aku cintai.

Setelah mendengar ceritaku Cindy bertanya.

"Lo udah pernah coba nunjukin perasaan lo ke Kak Kenan"

"Enggak lah, mana berani gue, gue juga gak mau kehilangan sosok kakak kalau ternyata dia gak suka sama gue"

"Denger ya Man, Kesempatan itu gk selalu datang dua kali, sekarang kak Kenan singel kan?"

"Setau gue sih iya"

"Sekarang kak Kenan udah kelas 12 sebentar lagi lulus trus kuliah, kesempatan lo untuk bisa ngungkapin perasaan lo tu tinggal sedikit, sebelum dia kuliah dan kenal cewek-cewek cantik lainnya di luar sana"

"Tapi Cin, gimana caranya"

Cindy mendekat padaku dan membisikkan rencananya. Akhirnya hari ini kami habiskan untuk membuat rencana cara menyatakan perasaan ku pada Kak Kenan dan melupakan tujuan awal kami main ke rumahku.