Sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali Cindy dan aku membicarakan rencana pernyataan cintaku pada kak Kenan. Namun aku masih belum melakukan apapun. Aku masih ragu apakah akan melakukannya atau tidak. Ide yang Cindy saran kan adalah aku harus menyatakan perasaanku saat acara pentas seni pada momen puncak kegiatan bulan bahasa, karena pada hari itu seluruh siswa-siswi akan dibebaskan dan tidak ada jam pelajaran.
"Kak, UKS nya di sini"
Aku mendesah. Pikiran ku benar-benar kacau sampai aku tidak bisa fokus dengan apa yang sedang aku lakukan.
"Sini kak biar aku yang rapihkan alat-alatnya"
"Makasih ya, Elsa"
"Kakak pasti capek ngurusin persiapan kita buat lomba PMR sama ngurusin kegiatan OSIS"
"Maaf ya, tadi kakak kurang fokus"
"Gak papa kak, kita paham kok"
"Aku jadi merasa bersalah sebagai ketua harusnya lebih banyak merhatiin kalian, tapi untungnya ada kamu El yang selalu bantu kakak, Makasih ya"
"Ini kan juga tugas aku kak, jadi kakak gak perlu berterima kasih"
Kehadiran Elsa sebagai anggota inti PMR benar-benar membantu ku. Dia anak yang bisa diandalkan, selain itu dia juga sangat pandai. Menurut ku dia pantas menjadi ketua PMR selanjutnya.
"Oh iya kak, katanya kakak bakal ikut tampil di acara pensi ya"
"Ha? Jangan bercanda kamu ah, emamg siapa yang ngasih tahu kamu"
Aku heran sejak kapan aku ikut tampil di acara pensi. Siapa yang berani menyeberkan rumor palsu seperti ini. Ini pasti ulah iseng anak-anak OSIS. Dasar mereka tidak bisa dipisahkan dari kata jail.
"Manda… Amanda, lo di dalem"
Terdengar suara orang yang mencari ku di luar. Aku keluar untuk melihat siapa yang sedang mencari ku.
"Oh Cindy, ada apa?
"Lo harus ikut gue sekarang"
"Ikut kemana"
"Udah ikut aja"
Detik berikutnya lenganku sudah diseret Cindy pergi entah kemana. Kami akhirnya tiba di taman belakang perpustakaan. Di sana sudah ada seseorang yang sedang duduk membelakangi kami, sepertinya ia sedang menunggu kedatangan kami. Orang itu pun berbalik. Dia adalah Victor. Apa yang dilakukannya di sini dan kenapa Cindy membawa kami menemuinya.
"Oke, semua udah ngumpul di sini, sekarang waktunya kita bahas rencananya" kata Cindy
"Tunggu, kenapa Victor juga harus ada di sini"
Jangan bilang Cindy sudah menceritakan perasaanku dengan Kak Kenan pada Victor. Ku seret Cindy agak menjauh dari tempat Victor duduk.
"Cindy maksud lo apan bawa Victor ke sini"
"Lo masih ingetkan rencana buat nembak Kak Kenan waktu pensi. Nah, rencana gue, lo bakal nyanyi lagu yang sesuai sama perasaan lo, trus kalo udah selesai lo bakal nemuin Kak Kenan dan bilang kalau lo suka sama dia"
"Lo ngak ngasih tau Victor kan kalau gue suka sama Kak Kenan"
"Enggak lah, dia gak tau"
"Trus, kenapa ada Victor juga?"
"Nanti Victor bakal ngiringin lo nyanyi, karena gue tau lo pasti gak mau tampil sendirian di panggung, jadilah gue minta Victor buat nemenin lo, kan dia bisa main gitar"
"Harus banget ya gue nyayi buat ngungkapin perasaan gue, gak bisa gitu pake cara yang biasa"
"Denger ya Manda, itu semua biar kesannya lebih romantis, emang sih lebih romantis lagi kalo yang nembak itu Kak Kenan, tapi jaman sekarang cewek juga bisa nembak duluan"
"Enggak ah gue gak mau, ntar kalo Kak Kenan nolak gue, momen itu pasti jadi momen yang paling memalukan dan gak bisa gue lupa selama hidup gue.
"Lo nembaknya gak perlu di depan banyak orang, bisa cari di tempat sepi"
"Tetep aja gue gak mau"
"Hey.. jadi gak nih!" teriak Victor sudah tidak sabar karena kami abaikan.
"Jadi kok" balas Cindy tanpa menghiraukan suara protes ku.
Akhirnya Cindy menjelaskan pada Victor tentang aku yang ingin tampil di acara pensi dan ingin meminta bantuannya untuk mengiringi ku menyanyi dengan gitar.
"Oke, gue mau bantuin, tapi lo harus ngabulin satu permintaan gue" jawab Victor menyetujui permintaan kami.
"Permintaan apa" tanyaku penasaran dengan permintaannya.
"Gue kasih tau setelah acara pensi selesai" jawab Victor masih merahasiakan permintaannya.
~~~~~~~
Pagi ini sikap anak-anak aneh sekali. Mereka memandangiku seperti ada yang salah dengan penampilan ku. Aku sudah coba melihat di cermin tidak ada sesuatu di wajahku, seragamku juga sudah sesuai. Lalu kenapa mereka memandang ku seperti itu. Terlebih lagi para cewek-cewek, tatapannya seperti mau memakanku hidup-hidup.
Saat tiba di kelas aku langsung disambut dengan rentetan pertanyaan dari teman sekelas. Rasanya seperti seorang artis yang sedang di kejar pertanyaan wartawan.
"Berita itu beneran man" tanya Dewi dari tempat duduknya
"Sejaka kapan lo bisa nyanyi" tanya Yumi sambil mendekatiku
"Ada apanih lo sama Victor sampai tampil bareng" kata Olive dengan sengit.
Aku masih diam saja tidak tau harus menjawab apa pada mereka. Kemudian Cindy dengan cepat mengalihkan perhatian seperti seorang manager yang melindungi artisnya,"Udah-udah kalian ini masih pagi udah bikin ribut aja".
Aku segera bertanya pada Cindy apa yang sebenarnya terjadi setelah duduk di bangku kami.
Cindy dengan santai menjawab "Itu cuman cewek-cewek yang iri sama lo karena bisa tampil bareng sama Victor"
Kulihat Victor yang asik bermain game di ponselnya bersama sahabatnya Farhan, seperti tidak terusik dengan suara berisik anak sekelas ataupun dengan berita yang beredar. Aku yakin seratus persen dia tidak peduli dengan apa yang terjadi sekarang.
Dengan rasa ragu aku menanyakan pada Cindy tentang keputusan yang telah kami buat, "Cin, ini keputusan yang bener kan, gue gak mau jadi musuh banyak orang cuman karena mau nyampein perasaan doang"
"Tenang Man, mereka paling cuma benci sama iri sesat, setelah lo jadian sama Kak Kenan mereka gak bakal benci sama lo"
"Gue harap sih begitu" Setelah berkata seperti itu, di hatiku masih ada rasa khawatir apakah semuanya akan berjalan sesuai dengan harapan ku.
~~~~~~~~
"Stop!" Tiba-tiba ada seseorang yang menghalangi jalan ku ke perpustakaan. Terlihat tiga sosok yang mengelilingi ku. Mereka adalah Olive, Yumi dan Maria.
Maria yang berada di tengah mereka bertiga mulai berkata "Maksud lo apaan nyanyi bareng sama Victor di acara pensi"
Bisa kulihat amarah di mata Maria. Ini bukan pertama kalinya mereka bertiga mengganggu ku. Pertama kalinya adalah saat aku mencalonkan diri menjadi wakil ketua OSIS bersama Victor. Mereka mengancamku untuk tidak terlalu dekat dengannya di luar kegiatan OSIS.
Semua orang tahu kalau Maria adalah penggemar nomor satu Victor tidak ada yang boleh mendekatnya selain dia. Mendengar aku akan tampil bersama Victor pasti membuat dia marah karena aku tidak menganggap serius ancamannya dulu.
"Itu cuma.., kita.. mau meriahin acara pensi aja sebagai perwakilan anak OSIS" jawabku sedikit takut melihat wajah Maria.
"Bener cuman itu?" Tanya Maria sekali lagi dengan sedikit menggeram.
"Iya, kan dulu gue pernah bilang gue gk ada apa-apa sama Victor, gue juga gak bakal deketin dia kok" aku mencoba menjawab dengan setenang mungkin.
"Oke, untuk saat ini gue percaya sama lo, tapi awas aja ya kalo ada sesuatu. Lo tau kan meskipun gue gak sekelas sama kalian berdua gue punya mata sama telinga disana" selesai berbicara Maria langsung pergi.
Aku tahu siapa yang dimaksud dengan mata dan telinga oleh Maria. Mereka adalah Olive yang sekarang terlihat puas melihat diriku ketakutan dan Yumi yang tersenyum sinis kemudian menyenggol bahuku hingga buku yang ku bawa terjatuh dan mereka berdua pun pergi meninggalkanku.
Daripada aku terlarut memikirkan ancaman Maria lebih baik aku segera memunguti buku-buku yang terjatuh dan pergi ke perpustakaan.
Perpustakaan hari ini cukup sepi. Karena itu, setelah menggembalikan buku aku berencana untuk beristirahat di sini sebentar. Namun apa yang ku temukan. Ada kak Kenan yang dengan tenang sedang membaca buku entah apa di meja dekat jendela. Lalu ku hampiri dia.
"Lagi baca apa kak?"
Kakak kenan memegangi dadanya, kaget mendengar tiba-tiba ada suara di sampingnya.
"HAHH.. ya ampun kamu ngagetin aja"
Aku membuat tanda peace kemudian duduk di samping kak Kenan dan meminta maaf "Sorry kak".
"Oh iya, kakak dengar kamu ikut tampil nyanyi di acara pensi sama Victor"
"Iya kak, cuma buat asik-asikan dan meriahin acara aja" aku harap Kak Kenan tidak salah sangka dengan hubungan ku dan Victor.
"Kadang kakak kangen loh lihat kamu nyanyi kaya dulu, seneng rasanya denger kamu mau tampil lagi"
Benar, sudah cukup lama dari terakhir kali aku bernyanyi di hadapan banyak orang. Terkadang aku juga merindukan momen itu. Baiklah sepertinya rencana untuk menyatakan perasaan kepada Kak Kenan dengan lagu bukanlah ide yang buruk.
"Emmm, kak ada yang mau aku omongin sama kakak tapi gak sekarang"
"Kenapa gak sekarang aja, mumpung kakak ada di sini"
"Nunggu waktu aku selesai nyanyi di pensi aja"
"Hmm yaudah, emang mau ngomongin apa sih?"
"Ada deh, pokoknya kakak harus lihat aku tampil dulu setelah itu aku baru ngomong"
"Iya deh, trus nanti kamu mau nyanyi lagu apa buat pensi?"
Mati. Aku lupa bagian terpenting dari rencanaku. Lagu apa yang akan kubawakan nanti belum terpikirkan sama sekali. Sekarang aku hanya bisa berbohong dengan mengatakan, "Rahasia dong, biar surprise".