Chereads / A Horse With No Name / Chapter 3 - Telepathic shape shifter

Chapter 3 - Telepathic shape shifter

"Beneran lo ga mau cerita itu dapet duit darimana?"

"Kan udah gue bilang gue nyolong dari bank."

"Terus sekarang duitnya mau kita simpan di bank lagi gitu?"

"Terus diapain dong? Simpen di lemari?" Andrea menggigit bigmac nya. "Lebih mencurigakan kali kalau semisal ada yang nemu duit ratusan juta dalam lemari."

"Maybe. Yaudah deh entar gue setor itu duit sedikit demi sedikit." Nadia menyeruput coca colanya. "Gue kangen nyokap kalau makan di sini dulu kalau gue ultah biasanya kita makan di sini berdua."

"Ada sisa 500 juta lebih kali di dalam dumbel bag. Lo beliin emas 100 atau 200 juta gitu atau berapa kek."

"Berarti setahun kita cuma butuh 60 juta buat sewa apartemen. Lo mau gue bikin channel Onlyfans ga, atau lo punya rencana lain lagi nyolong duit dari bank?"

"Kita punya waktu setahun buat mikirin. Kalau sebulan budget kita 5 juta buat grocery, berarti per tahun 120 juta. Dan jangan lupa cicilan mobil. Jadi kita punya waktu sekitar 3 tahun dengan lifestyle kayak gini."

"Atau gue bisa lanjut sekolah? Gue yakin lo ga bakal tertarik sekolah lagi. But I don't know gue perlu ijazah dan skill, dan siapa tahu gue bisa kuliah juga entar. Gue kayanya tertarik ambil jurusan hukum deh."

"Hukum? Gue jadi punya ide deh."

"Ide apaan?"

"Gimana kalau lo beli ruko aja Nad?"

"Ruko mahal banget deh apalagi yang pinggir jalan besar gitu. Lo perlu duit minimal semilyar deh Andrea. Lebih bahkan."

"Well kita punya waktu setahun buat mikir. Lagian kita juga baru spending kurang dari 50 juta."

"Gue kemaren beli handphone 5 jutaan Andrea, lupa gue ngasih tahu lo. Lo ga pengen beli baju baru?"

"Lebaran kapan emang? Lo beli aja deh kalau pengen beli baju, sepatu, tas, accessories. Asal jangan shopaholic aja lu."

"Lo dulu pernah cerita sama gue pengen punya Yamaha R15 apa gitu?"

"Itu kan dulu sebelum gue punya mobil. Yang penting sekarang kan kita ga perlu jual diri lagi dan kena gangbang."

"Sekata kata kalau ngomong lo."

"By the way bagus juga handphone lo 5 juta. Gue mau beli PlayStation apa gitu ah buat hiburan."

"Lo mau jalan jalan ga? Ke Bali kek apa gitu atau Singapore? Vacation kita kayak orang orang di Instagram."

"Gimana kalo kita pindah ke Amrik aja sekalian gitu?"

"Jauh banget Amrik. Gimana kalau lo ditangkap FBI di sono karena bobol bank lagi?"

"Emang polri lebih goblok dari FBI gitu?"

"Yang penting lo harus hati hati, nasib gue gimana kalau lo masuk penjara?"

"Nad kok gue perhatiin lo ga pernah punya cowo sih sejak SMA dulu?"

"Lo juga gue perhatiin ga pernah punya cowo. Gue trauma kali bokap gue ninggalin nyokap gue gitu aja."

"Gue kan tomboy wajar gue ga punya cowo."

"Emang lo ga tertarik sama cowo?"

"Entah lah tapi yang jelas selera gue tinggi."

"I see."

"I see apaan?"

"Ngga, ngga apa apa. Mau ngapain kita sekarang? Nonton bioskop yuk."

"Di rumah kan udah langganan streaming Netflix segala macem."

"Tapi gue belum pernah nonton bioskop, Andrea. Sambil makan popcorn caramel. Yuk ah."

3 hours later.

"Andrea lo pernah ciuman belum sih?"

".... lo mau gue nyium lo gitu?"

"Lo tertarik cewe apa cowo sih benernya?"

"Gue belum memutuskan."

"Kaya pengadilan ya."

1 week later.

"Menurut lo gue lebih bagus homeschooling atau sekolah biasa aja sih?"

Tiba tiba terdengar suara laporan berita di TV. "Polisi sedang menginvestigasi dugaan raib nya uang senilai 700 juta dari dalam brankas bank Lippo. Polisi memeriksa sejumlah manager dan pegawai terkait. Selanjutnya gubernur Anies Baswedan diberitakan....."

"Andrea itu lo bukan?"

Andrea hanya mengangguk setengah terpaksa sembari memasukkan sisa potongan pizza ke dalam microwave. "Gue buang sampah dulu ya." Andrea lalu menarik kantong sampah dari dalam kotaknya, menutup pintu kamar dan menghilang entah kemana.

Andrea membuka tempat sampah besar berukuran 2x1 meter yang terdapat di tiap lantai di dalam ruangan dekat lift, lalu melempar kantong sampah yang ia bawa ke dalamnya. Ia masuk ke dalam lift menuju lantai paling atas. Ia kemudian menuju sebuah tangga yang mengarah ke luar ruangan menuju atap gedung. Angin bertiup lumayan kencang pagi itu. Ia kemudian mengeluarkan sebungkus rokok lalu membakar satu batang.

Andrea berjalan ke tepi gedung. Hanya tembok setinggi 1 meter yang menghalangi siapapun untuk terjun bebas dari atap gedung. Ia dapat melihat ke segala penjuru kota dari tempat ini.

Ia merenung mengapa orang tuanya membuangnya di depan puskesmas? Apakah karena mereka miskin? Orang tua macam apa yang tega melakukan hal seperti itu terhadap bayi lucu? Dunia yang bobrok, pikirnya. Andrea menyulut batang rokok kedua.

Nadia mengeluarkan potongan pizza dari dalam microwave lalu meletakkan nya di atas piring di atas meja makan. Ia sendiri belum terlalu lapar. Ia berfikir, seperti ini rutinitas seorang ibu rumah tangga menyiapkan makanan untuk keluarga.