Chereads / A Horse With No Name / Chapter 4 - Plomo o plata

Chapter 4 - Plomo o plata

Nadia: "Gimana kalau kita beli ruko aja buat cuci uang? Gue bisa jaga toko sambil home schooling dan jualan online."

Andrea: "500 juta ga cukup tapi sepertinya buat beli ruko."

Nadia: "Yaudah kita beli ruko murah aja di pelosok, atau lo cari duit lagi."

Andrea: "Lo ga apa apa emang tinggal di pinggiran gitu di daerah sepi terpencil?"

Nadia: "Gapapa sih gue yang penting ada internet. Gue udah biasa hidup susah kali, kalo cuma sunyi sepi sendiri sih kecil buat gue."

Andrea: "Ide bagus juga kayanya daripada bayar apartemen 5 juta per bulan mahal juga, jauh lebih murah beli rumah murah yang sekalian bisa buat toko. Pejabat kan banyak juga yang gitu mereka bikin usaha mall atau fast food buat cuci duit hasil korupsi."

Nadia: "Kalo lo nyolong, eh maksud gue cari duit setengah M lagi kayanya kita bisa santai selama 10 tahun ke depan. Hehe... Kalau pengeluaran kita cuma semisal 5 juta per bulan itu artinya bisa buat 100 bulan aka 8 tahun lebih!!"

Andrea: "Iya yak sampe udah jompo bangkotan kitanya."

Nadia: "Lo ada rencana kawin ga sih atau cari cowo?"

Andrea: "Lo sendiri gimana?"

Nadia: "Atau kita jadi pasangan lesbi aja terus adopsi anak. Cewe lebih gampang deh kayanya untuk adopsi anak. Ga mungkin kan kita pedopil?"

Andrea: "Siapa tau kita disangka lonte calon mucikari?"

"Yang penting gue sudah hepi sekarang, Andrea. Berkat lo masa depan gue cerah banget. Infinite money hack!!!" ujar Nadia sambil terkekeh.

"Nad, lo doyan cowo yang pelernya gede apa kecil?"

"Buset pertanyaan macam apa itu Andrea???"

Andrea tertawa terbahak bahak.

"Yang sedeng aja kali ya soalnya kalo kegedean sakit, kalo kekecilan ga terasa kali ya? Yang penting ga impoten." Nadia ikut tertawa bersama Andrea.

"Kalau lo dilamar cowo impoten tapi kaya gimana?"

"Gimana ya? Mau deh gue kayanya kalo gue ga pernah ketemu lo."

"Kalau cowonya cacat gimana? Lumpuh atau buta? Atau idiot tapi ortunya kaya raya? Kalau bandot tua pendek?"

"Kok pertanyaan lo gitu banget sih? Gimana kalau dia kaya raya tapi pedopil dan kanibal sakit jiwa?"

"Kebanyakan orang kaya gitu kali ya? Kan mereka di atas hukum, haha."

"Andrea, lo pernah denger yang namanya Freemasonry ga sih?"

"Pernah sih kayanya, semacam perkumpulan orang impoten penyembah iblis gitu kan? Mereka ngaku bertuhan tapi pedopil karena kalo berantem sama cewe kalah kali."

"Untung gue ada lo Andrea, jadi gue ga perlu jadi budak sex mereka. Haha."

"Dunia emang tempat sampah kayanya. Isinya sampah semua."

"Cewe cakep seperti kita emang high value commodity Andrea, selalu jadi incaran dan korban. Coba cewe jelek dekil, buluk, pesek, gembrot, mana ada yang mau? Atau cewe fosil berjalan penuaan dini, mukanya kek umur 50 padahal baru 25. Haha, ga laku pasti, mana dagunya panjang banget atau unibrow."

Andrea ikut tertawa, "Parah banget lo.... Wakakakak."

"Kita kontrak aja, gue liat ada rumah setahun cuma 25 juta doang. Di pelosok ada yang 15 juta bahkan. Agak mahal kan kalo beli."

"Ya udah, terserah lo aja kalo gitu. Lo yang atur keuangan."

"Bayangin kalo kita kontrak itu rumah bayar di muka 10 tahun. Satu dekade cuma 250 juta doang!! Eh Andrea, btw gue kemarin nonton berita ada nasabah BNI deposito 20 milyar raib dicolong mafia BUMN coba."

"Orang emang maling semua, Nad."

"Terus kita simpan duit di mana? Indonesia emang isinya maling semua."

"Gue malah curiga pemerintah, atau pejabat, atau petinggi partai ada juga yang jadi beking sindikat perdagangan organ manusia."

"Serem banget!!"

"Dan narkoba, dan human trafficking. Yang gue dengar juga, pejabat biasanya menggunakan artis untuk cuci uang."

"Kenapa gitu ya dunia kita, Andrea?"

"Ga tau, Nad. Mungkin karena kontol mereka kecil ga bisa keras kali..."

Nadia tertawa terpingkal pingkal mendengar gurauan Andrea.