"A-aku rasa … aku belum siap untuk itu. Aku takut jika itu menyakitkan."
Aku sedikit takut karena teringat akan monyet yang tak bersalah tadi berdarah akibat gigitan Amadea. Bagaimana juga jika aku juga terluka seperti monyet itu? Aku sejujurnya masih takut jika tubuhku tergores lagi atau pun mengeluarkan darah karena teringat orang-orang yang juga melukaiku demi mendapatkan darah untuk menyembuhkan luka mereka.
Kami saling berpandangan untuk beberapa saat. Sepertinya Amadea kembali membaca isi pikiranku karena ekspresi bingungnya tadi berubah menjadi lebih lembut.
"Aku mengerti, kita bisa melakukannya dengan perlahan. Kau tak perlu takut," ujar pria itu membuatku merasa lebih tenang sekarang.
Amadea kembali mengecup bagian sensitif itu, mengembalikan rasa panas pada tubuhku yang sempat menghilang akibat rasa takut akan taring miliknya. Ciumannya perlahan turun ke pundak dan lebih bawah lagi.