Suasana saat Arielle datang mengunjungi katedral terasa cukup berbeda. Ia tidak bisa mendeskripsikan tatapan yang beberapa pendeta yang ia lewati berikan kepadanya. Beberapa hari yang lalu, mereka selalu tersenyum ramah kepadanya. Tetapi sekarang … seperti ada jarak canggung yang tidak bisa Arielle jelaskan.
Ia datang mengunjungi kantor Pendeta Elis. Dan beruntungnya pria itu berada di kantornya. Pendeta ELis terkejut atas kehadiran sang putri. Ia teringat akan perintah sang raja untuk bersikap biasa kepada sang putri agar tidak membuat Arielle canggung.
"Ah, selamat datang Tuan Putri, ada yang bisa aku bantu?" tanya Pendeta Elis yang bersikap ramah seperti biasa.
Arielle awalnya cukup terkejut karena ia teringat bagaimana Pendeta Elis bersujud di depannya. Namun hal itu justru membuatnya lega karena setidaknya ia bisa bersikap kasual sekarang.
"Pendeta Elis, aku ingin membicarakan beberapa hal dengan Anda."