"Cemburu? Apa yang Anda cemburukan?"
Arielle memalingkan wajahnya yang merona. Ia berdiri untuk ikut bergabung dengan William.
"Kau sangat tahu segala hal. Aku … hanya merasa sedikit iri. Kau tahu tentang kapan terakhir Yang Mulia sakit, kau tahu tentang kasus apa yang disukai dan tidak disukai oleh Yang Mulia. Kau juga bisa membantunya banyak hal. Aku hanya sedikit cemburu karena aku juga berharap suatu hari nanti aku akan sama bermanfaatnya bagi Yang Mulia."
Arielle menoleh ke arah William dengan sebuah senyum terang. "Kau melakukan pekerjaan yang hebat. Terima kasih sudah menjadi teman Yang Mulia selama ini."
William sempat terpesona oleh ketulusan Arielle. Pria itu memegangi jantungnya yang berdebar. Ia tahu jika Arielle memiliki kharismanya tersendiri. Ia memang menyukai Arielle namun debaran jantungnya itu mendapatkannya karena ia merasa ini baru pertama kali seseorang mengapresiasi pekerjaannya.
"Te-terima kasih, Tuan Putri," balas William yang menjadi canggung.
