Tiba-tiba seseorang turun dari kereta itu. "Terimakasih sudah membantu kami, orang asing. Namaku adalah Aelrie Grevyre, aku adalah putri dari Sanev Grevyre, Raja di Kerajaan Hermaer." Wanita itu terlihat sangat angun, dia kemudian berjalan mendekati Isaac dan sedikit membukuk. "Kumohon, ikutlah denganku ke istana, wahai penyelamat hidupku."
"Ikut denganmu? Aku hargai niat baikmu, tapi aku menolak." Isaac dengan santai berjalan meninggalkan tempat itu.
"Eh? Oi! Tunggu! aku akan memberimu imbalan yang besar lho!" Sorak putri Aelrie. "Setidaknya beri tahu aku namamu!"
"Aku menolak! Nanti aku malah terlibat masalah para bahsawan!" Jawab Isaac dengan nada datar dan tidak menghentikan langkahnya. "Jangan sampai dirampok lagi ya!"
"Apa-apaan dia itu!? sombong sekali!" Ucap putri Aelrie dengan nada kesal.
Setelah agak jauh dari keretanya Aelrie, Luci pun keluar dengan wujud hologramnya. "Kenapa kau menolak ajakannya? kau bisa saja jadi kaya lho! atau bahkan kau bisa dapat gelar pahlawan dan menjadi orang yang sangat berpengaruh!"
"Entahlah, aku hanya tidak suka dengan bangsawan, di depan mereka terlihat sangat baik tapi aslinya mereka busuk." Isaac dengan nada sedikit terganggu.
"Tapi kita butuh uang lho, apa kau lupa kau masih butuh makan dan tempat tinggal?"
"Eh... kenapa kau tidak bilang itu dari tadi? Ah! kalau kau bilang itu dari tadi aku pasti sudah memanfaatkan wanita itu..."
"Kau ngga nanya sih... lagipula kau masih bisa mencari uang dengan menjadi prajurit bayaran kok!"
"Prajurit bayaran?" Isaac agak bingung. "Seperti yang ada di duniaku?"
Luci sedikit berfikir. "Hmmm... aku tidak tahu seperti apa prajurit bayaran yang ada di duniamu, tapi disini kau bisa menerima permintaan seperti memburu monster, menangkap tahanan yang kabur, dan sebagainya, kau akan dibayar sesuai dengan pekerjaan yang kau lakukan."
"Begitu ya? Jadi bagaimana caranya agar aku bisa bergabung?" Tanya Isaac.
"Biasanya ada sebuah Tavern Prajurit Bayaran di setiap kota, jadi yang perlu kita lakukan hanya mencari Tavern itu." Jelas luci
"Apa kotanya masih jauh?"
"Sebentar lagi sampai kok!"
Setelah beberapa menit berjalan, mereka berdua sampai ke sebuah kota kastil bernama Lindow.
"Jadi ini kotanya?" Ucap Isaac sambil berjalan ke arah gerbang kota tersebut.
"Ya! kota kastil Lindow! kota ini lumayan besar, tidak buruk untuk kota awal di perjalanan kita bukan?" Luci mengucapkannya dengan bangga.
"Ya, terserahlah." Sebelum masuk ke dalam kota, Isaac menghampiri seorang penjaga gerbang dan bertanya kepadanya. "Maaf, tapi apa aku boleh tau dimana Tavern Prajurit Bayaran?" Tanya Isaac pada tentara itu.
"Kau hanya perlu mengikuti jalan ini, di persimpangan kedua belok kiri." Jelas tentara itu.
Isaac kemudian mengikuti arahan tentara itu dan sampai di Tavern tersebut. Isaac langsung masuk ke dalam Tavern itu dan ketika sedang berjalan ke counter utama, ia langsung disambut oleh wanita yang bekerja disana.
"Selamat datang di Tavern kami! Aku belum pernah melihatmu sebelumnya... apa kau orang baru? biar aku perkenalkan diriku, namaku adalah Emma." Jelas Emma itu.
"Uhm... Ya... Namaku adalah Isaac, aku ingin menjadi prajurit bayaran..." Ucap Isaac.
"Baiklah, silahkan isi formulir ini!" Ia kemudian memberikan sehelai kertas pada Isaac.
"Ah, baik..." Setelah mengisi formulir itu, Isaac mengembangkannya pada Emma.
"Sepertinya kau tidak berasal dari daerah ini ya? Ah, bukan masalah! kau harus memenuhi syarat untuk menjadi prajurit bayaran, setidaknya kau harus membunuh beberapa monster tingkat rendah dan membawa buktinya kemari, seperti bagian dari gigi, tulang, cakar, dan sebagainya." Emma kemudian memanggil seseorang yang sedang duduk di Tavern tersebut. "Karena kau bukan dari daerah sini, aku akan meminta seseorang prajurit lain untuk membimbingmu. Ini adalah Leona Evary, dia akan membimbingmu!"
"Yo!" Seorang wanita bertelinga hewan berdiri di samping Emma. "Aku Leona. Prajurit tipe petarung, aku akan membantumu tapi jangan terlalu bergantung padaku ya!"
"Aku Isaac, senang bertemu denganmu." Setelah berkenalan, Isaac dan Leona langsung pergi dari tempat itu, bersiap berburu monster untuk persyaratan bergabung menjadi prajurit bayaran.
Setelah beberapa jam, mereka berdua akhirnya sampai di sebuah hutan yang jauh dari kota.
"Kita sampai! Di hutan ini kita akan berburu, hutan ini penuh dengan monster tapi jangan khawatir! disini hanya ada monster tingkat rendah jadi aman!" Ucap Leona sambil memasukki hutan itu.
"Kau yakin? aku punya perasaan buruk tentang tempat ini..." Ucap Isaac sambil memegang rifle nya bersiap untuk menembak apa saja.
"Jangan khawatir! Saat masih pemula dulu aku juga berlatih disini! Hanya ada monster kecil disini seperti katak banteng, tikus api dan semacamnya!" Leona dengan percaya diri berjalan di depan Isaac sambil memandu jalan.
"Ah begitu... Oh, ngomong-ngomong mana senjatamu? kau tidak akan bertarung dengan tangan kosong kan?" Tanya Isaac.
"Tidak! tentu saja tidak, orang bodoh mana yang bertarung tangan kosong dengan monster?" Tiba-tiba sebuah sarung tangan dengan cakar besi muncul di tangan Leona. "Ini adalah senjataku, aku juga pengguna sihir, jadi aman! Sebaliknya, benda apa yang kau pegang itu? aku belum pernah melihat itu sebelumnya..."
"Oh, ini? Ini adalah FN Scar-20S, sebuah senapan berkaliber 5.56mm dengan jarak efektif 900 meter." Jelas Isaac.
"Senapan? senjata macan apa itu-" belum selesai berbicara, tiba-tiba seekor monster singa berekor kalajengking dan bersayap naga muncul di hadapan mereka "Manticore!? bagaimana bisa monster tingkat tinggi ada disini!?" Leona yang kaget langsung menyiapkan dirinya untuk bertarung. "Mundurlah! anak baru seperti mu tidak akan bisa menghadapi dia!"
"Baik..." Isaac sedikit menjauhi tempat itu.
"Kenapa kau mundur? dia bisa terbunuh lho!" Luci berbicara padanya lewat cincin.
"Aku tidak kabur, aku hanya mencari posisi yang cocok, pertarungan jarak dekat tidak akan memberiku keuntungan." Ucap Isaac sambil mencari tempat yang cocok untuknya.
"Teknik 4: Peningkatan Kemampuan!" Tubuh Leona di selimuti oleh sihir, kekuatan dan kemampuannya meningkat. Dengan kecepatan tinggi, Leona menyerang Manticore itu, namun kekuatan Leona tidak cukup, bahkan Ia tidak sanggup menggoresnya.
Setelah Leona selesai menyerang, Manticore itu menyerang balik dengan dengan ekornya. Leona hampir tidak bisa menghindar, tapi untungnya Leona sedikit lebih cepat dari Manticore itu.
"Isaac! apa yang kau tunggu! dia bisa mati!" Luci berteriak dengan nada khawatir.
"Tenanglah! aku sedikit kesulitan membidiknya! mereka terlalu celat... sedikit saja aku meleset, bisa-bisa aku malah menembak Leona!" Isaac masih berusaha fokus membidik dengan senjatanya
"Sepertinya senjata itu tidak akan bisa melukai Manticore itu..." Ucap Luci sambil mengamati pertarungan Leona.
"Jadi, apa yang harus kulakukan?" Tanya Isaac
"Gunakan sihirmu..."
"Gunakan sihirku? bagaimana?"
"Tutup saja matamu! seharusnya aku sudah menanamkan banyak sihir di kepalamu!"
"Eh? berapa banyak sihir yang kau tanam di kepalaku? Ah! terserahlah!" Isaac kemudian menutup matanya dan merapalkan sebuah mantra. "Dengan sihirku, aku mengubah hukum dunia..."
Sementara itu, Manticore tersebut berhasil membuat Leona lengah dan menyerangnya dengan kekuatan penuh sehingga membuat Leona terpental dan menghancurkan beberapa pohon membuatnya tak sadarkan diri.
"Cepat Isaac! kita tidak punya banyak waktu!" Luci semakin khawatir dengan keadaan Leona.
"Dan dengan perintahku, belokkanlah semesta... Bantulah diriku, membuat musuhku binasa!" Tiba-tiba sebuah lingkaran sihir berwarna ungu muncul di moncong senjata Isaac dan ketika Ia menembakkannya, sebuah cahaya gelap melesat dengan kecepatan tinggi menembus tubuh sang Manticore dan meratakan pepohonan di belakangnya, membuat sang Manticore mati di tempat dengan lubang yang tepat menembus jantungnya.
* * *