Chereads / A Savior For This Dying World / Chapter 4 - Kemunculan Panglima Iblis

Chapter 4 - Kemunculan Panglima Iblis

Setelah berhasil membunuh sang Manticore, Isaac bergegas mendatangi Leona dan memastikan keadaannya.

"Dia tidak sadarkan diri..." Ucapnya sambil merangkul tubuh Leona.

"Beberapa tulangnya patah, ini tidak akan membahayakan nyawanya tapi saat ia bangun ini akan sangat menyakitkan." Luci tiba-tiba keluar dari cincinnya dalam bentuk hologram. "Kurasa aku bisa menggunakan sihir penyembuhan."

"Wuoh, kurasa aku akan melihat bagaimana cara sihir seorang malaikat bekerja."

"Shhh! Aku harus berkonsentrasi!" Luci kemudian mengarahkan telapak tangannya ke tubuh Leona dan mulai membaca sebuah mantra. "Kugunakan sihirku yang perkasa... 'Tuk mengendalikan peraturan semesta... Dengan ini aku memerintahkan sang cahaya... Untuk menyembuhkan raga yang terluka!" Tepat setelah ia membacakan mantranya, tubuh Leona memancarkan cahaya redup pertanda kalau sihirnya berhasil.

"Lukanya sembuh total tapi kurasa dia masih butuh istirahat, sepertinya kita harus menunggunya sadar." Ucap Luci sambil memeriksa tubuh Leona. "Hari juga mulai gelap, sebaiknya kita berkemah disini, jika kita kembali sekarang, kita hanya akan menjadi sasaran empuk bagi para bandit."

"Bukannya berkemah akan lebih berbahaya? bagaimana jika ada monster lain yang menyerang?"

"Jangan khawatir, aku punya sihir yang cocok untuk itu!" Luci kemudian kembali berkonsentrasi dan membaca mantra lainnya. "Kugunakan sihirku, datanglah pelindung tak bercelah... Lindungilah diriku, dari bahaya di segala arah... Dan dengan perintahku, sang kubah berdirilah!" Setelah mengaktifkan sihirnya, daerah di sekitar mereka sedikit berdistorsi dan membentuk kubah pelindung.

"Woah, apa yang terjadi?" Isaac kebingungan melihat distorsi aneh terjadi di sekitarnya.

"Sihir ini disebut Cermin dua arah, singkatnya pengguna sihir ini akan dikelilingi kubah yang akan melindungi dan menyembunyikan sang pengguna dari dunia luar." Jelas Luci.

"Ngomong-ngomong, dunia ini tidak terlihat seperti dunia yang hampir mati atau semacamnya, apa kau salah masuk dunia?" Tanya Isaac sambil memotong daging Manticore itu dan membakarnya.

"Tidak, aku tidak salah sama sekali. Untuk alasan yang tidak diketahui, para iblis itu berhenti menyerang secara besar-besaran dan hanya menyerang desa kecil." Jelas Luci sambil menatap ke api unggun. "Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu. Kita harus segera menghentikan semua ini sebelum terlambat."

"Oh...? Para iblis ini pasti di pimpin oleh seseorang yang sangat kuat, apa kau tau siapa dia?"

"Entahlah..." Luci kemudian kembali ke dalam cincinnya "Aku mau istirahat duluan, menggunakan dua sihir tadi membuatku capek."

"Baiklah, selamat istirahat." Jawab Isaac sambil memakan potongan daging Manticore yang baru ia bakar. "Lumayan, tapi kalau di tambah bumbu pasti lebih enak..."

Beberapa jam berlalu, Isaac yang masih terbangun berusaha mencari kesibukan dengan menguliti tubuh sang Manticore dan memisahkan sayap dan ekornya. Tak lama kemudian, Leona mulai siuman dari pingsannya.

"Ah... Isaac?" Leona berusaha duduk, Ia sangat terkejut melihat Isaac yang sedang memakan daging Manticore dengan santai seperti ia sedang memakan daging hewan biasa. "Kau berhasil membunuh Manticorenya!? Bagaimana bisa!? dia itu monster tingkat tinggi lho!"

"Eh, ya... dia langsung mati dengan sekali tembakan dan aku juga sedikit lapar jadi kumakan saja..." Balas Isaac santai sambil menawarkan sepotong daging bakar pada Leona. "Mau? Lumayan enak lho..."

"Tunggu sebentar, kau membunuh Manticore itu dengan sekali tembakan!? bagaimana bisa!? bahkan seorang prajurit bayaran tingkat tinggi belum tentu bisa mengalahkan monster itu..." Leona kemudian menghela nafas panjang. "Kau benar-benar orang asing yang aneh... dan uhm... terimakasih sudah menyelamatkanku." Ucap Leona sambil sedikit tersipu malu.

Isaac hanya sedikit tersenyum menanggapi Leona, mereka berdua tenggelam dalam kesunyian malam, hanya suara percikan api yang bisa tersengar. Untuk memecah kesunyian, Leona berusaha membuat sebuah obrolan kecil dengan bertanya beberapa hal pada Isaac.

"Jadi, kau berasal darimana?" Ucapnya sambil menatap Isaac yang sedang memperhatikan api unggun.

"Aku? Bagaimana cara menjelaskan ini... kau pasti tidak akan percaya..." Balas Isaac.

"Hmm? ayolah! ceritakan!-" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah Item berbentuk patung kayu kecil yang ada di dalam tas Leona memancarkan cahaya merah terang yang menarik perhatian mereka berdua.

"Apa itu?" Tanya Isaac.

"Ini adalah tanda darurat dari markas... Kotanya... Kotanya diserang!" Leona bergegas merapikan barang-barangnya, bersiap kembali ke kota.

"Kita akan kembali sekarang?"

"Tentu saja! Semakin banyak bantuan, semakin baik!"

"Baiklah kalau begitu..." Isaac kemudian menon-aktifkan sihir kubah dua sisinya dengan sekali jentikan dan mereka berdua langsung berlari kembali ke kota Lindow.

Sebelum sampai di kota Lindow, mereka sudah melihat api dan kepulan asap dari kejauhan, Isaac menyadari kalau situasinya sangat serius, Ia menghentikan langkahnya dan menahan tangan Leona.

"Tunggu! Langsung memasuki medan pertempuran adalah ide yang bodoh, setidaknya kita harus memastikan keadaan." Ujarnya dengan nada tenang

"Ha!? Apa kobaran api itu masih terlihat meragukan untukmu!?" Bentak Leona, kekhawatiran sangat jelas tergambar jelas di wajahnya.

"Bukan begitu, kita harus tau siapa yang kita lawan, dengan begitu kita akan lebih mudah membuat strategi untuk melawan mereka." Isaac dengan tenang memunculkan sebuah teropong di tangannya dan melihat ke arah kota, Ia melihat banyak monster yang berkeliaran di luar dinding kota kastil Lindow. "Ah... ini sangat buruk... lihat ini." Isaac kemudian memberikan teropongnya pada Leona.

Leona sedikit kebingungan dengan alat yang di berikan Isaac, setelah beberapa saat akhirnya Ia mengerti cara menggunakannya dan melihat ke arah kota. "Para iblis... mereka sepertinya mulai bergerak..." Ucapnya.

"Iblis, ya? hmm... terlalu gelap... walaupun banyak api disana tapi tetap saja kita akan kesusahan..." Isaac kemudian berpikir sejenak, kemudian sebuah ide terlintas di kepalanya. "Itu dia..."

"Hmm...?" Leona terlihat sangat kebingungan melihat sikap Isaac. "Hey! Apa yang kau tunggu?"

"Tenang saja!" Isaac memunculkan sebuah pistol suar di tangannya, dan menembakan tiga peluru suar ke atas kota Lindow, membuat kotanya diselimuti cahaya merah seakan-akan matahari yang terbit di saat malam. "Suar itu akan menerangi jalan kita selama benerapa detik. Leona, ayo!" Dengan sebuah shotgun di tangannya, Isaac langsung berlari ke arah kota.

"Matahari... merah!?" Leona begitu terkejut melihat suar milik Isaac. "Siapa kau sebenarnya...?".

"Leona! Apa yang kau tunggu!" Sorak Isaac sambil berlari ke arah Lindow. "Melawan iblis hanya dengan sebuah shotgun? aku pasti sudah gila!" Gumamnya.

Setelah memunculkan sarung tangan bercakar besinya, Leona kemudian menyusul Isaac dan berlari di sebelahnya. "Hoi! Setelah semua ini selesai kau harus menjelaskan siapa kau itu sebenarnya!" Ujarnya sambil mempersiapkan sihirnya untuk bertarung. "Teknik 4: Peningkatan Kemampuan! Teknik 1: Pertahanan Tingkat Atas! Teknik 3: Langkah Angin! Penguasaan Bela Diri: Otot Baja!" Cahaya dengan beberapa warna memancar dari tubuh Leona, kecepatannya meningkat drastis dan tanpa keraguan dia langsung menerjang semua iblis yang ada di depannya, walaupun sedikit kesusahan membunuh tiap iblis yang menghadangnya, dia teyapmembukakan jalan untuk Isaac.

"Oi! Tinggalkan beberapa untukku!" Tidak mau kalah, Isaac ikut menerjang para iblis itu, menembakkan senjatanya tepat ke kepala setiap iblis yang dia bidik, menghancurkan dan membuat otak mereka berceceran kemana mana, membuat setiap tempat yang di lewatinya menjadi kolam darah. "Haha! mereka tak sekuat yang kubayangkan!" Gemuruh senjata yang ia tembakan bergema ke seluruh kota, suara yang begitu mencekam bagaikan petir yang menyambar menyebarkan terror ke setiap orang yang mendengarnya.

"Isaac! Jangan terlalu fokus bertarung! Berusahalah mencari orang yang selamat!" Leona yang sedang bertarung dengan beberapa iblis, berusaha agar tidak terpisah terlalu jauh dari Isaac.

"Aku akan menahan mereka! Kau lebih mengenal kota ini dariku, kau saja yang mencari yang selamat." Soraknya sambil mengisi ulang senjatanya.

"Baiklah! jangan sampai terbunuh, ya!" Leona kemudian mundur dari pertarungan, berlari ke tengah kota mencari prajurit bayaran lain yang masih bertarung dan berharap bisa memberi bantuan.

Isaac yang bertarung sendirian menjadi sasaran empuk oleh pasukan iblis itu, dia dikelilingi oleh belasan iblis di sekitarnya, mereka bersiap untuk menyerang Isaac kapan saja, tapi tepat sebelum mereka mulai menyerang isaac, sebuah bayangan dengan kecepatan tinggi membunuh beberapa iblis di hadapan Isaac.

"Bertarung sendirian? padahal cuma anak baru, tapi malah sok pahlawan!" Suara seorang pria terdengar dari belakang Isaac, ternyata sosok bayangan itu berdiri tepat di membelakangi Isaac, mereka saling bersandar di punggung masing masing, saling melindungi sisi belakang dari kepungan para iblis.

"Ha? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kurasa aku tidak mengenalmu sama sekali?" Tanya Isaac.

"Panggil saja aku Troy! Seorang assassin dari Tavern Prajurit Bayaran!" Jelas Troy. "Bukannya kau tadi bareng Leona? Dimana dia?"

"Dia pergi mencari orang yang selamat, lagipula, kenapa aku tidak melihat orang lain dari tadi? apa Tavern Prajurit Bayaran sudah di basmi oleh para iblis?"

"Heh! Asal Ngomong! Kami sudah mengantisipasi semuanya, kami sudah mengevakuasi semua orang. Aku ditugaskan untuk mengawasi kota untuk jaga-jaga kalau ada yang tertinggal. Sebentar lagi para Prajurit Bayaran akan kembali untuk membereskan semuanya, jadi kita hanya perlu bertahan sampai mereka datang!" Troy bersiap dengan dua bilang dagger di tangannya, ia sudah siap untuk menyerang.

Tiba-tiba, para iblis itu membukakan jalan seakan-akan seseorang akan melewati mereka. Ternyata, seorang iblis wanita humanoid bertangan empat muncul di antara mereka, memiliki tinggi sekitar 2 meter lebih, Ia memiliki dua buah tanduk melengkung seperti tanduk domba dan kulit berwarna abu-abu gelap, dengan memegang sebuah kapak besar yang sudah dilumuri darah, Dia perlahan mendekati Isaac dan Troy sambil memutar-mutar kapak itu bersiap untuk membantai mereka berdua.

"Wah... Wah... Lihat dua pria imut ini~ Apa kalian sudah kewalahan melawan anak buahku?" Ucapnya dengan nada bicara seakan-akan mengolok-olok Isaac dan Troy.

Melihat iblis wanita itu, tubuh Troy terlihat sangat gemetar dan raut wajah ketakutan bisa terlihat dari wajahnya, tapi Ia masih berusaha berdiri tegap walau kakinya terasa sangat lemas. "D- Dia... Agarith..."

* * *