- 2 Tahun yang lalu-
Aku mengayuh sepeda sepulang dari les sore hari. Di perempatan jalan aku tidak mengira bahwa ada mobil dari sebelah kiri menabrakku.
'Tiiiiinnn...tiiinnn.....Gubraaakk....!!!!'
'Aku seperti melayang dan melihat bintang-bintang di langit sangat indah. Dimataku aku melihat sosok perempuan paruh baya yang sangat aku rindukan'.
"Eomma....."
'Bhhuuuukk'
Aku terjatuh di aspal. Tulangku sepertinya remuk. Aku melihat banyak darah mengalir disamping mataku. Pandanganku sedikit kabur. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Hanya suara orang-orang ramai mengelilingiku.
Aku terbangun melihat langit-langit putih, suara monitor yang berbunyi dan infus yang berada ditangan kiriku. Aku melihat sekeliling ada seorang pria dan seorang wanita yang berada disampingku. Aku merasa tidak asing dengan kedua orang tersebut namun aku lupa siapa mereka.
"Nuguseyo? (Siapa anda?)"
Meskipun aku berada di Negara Indonesia namun Bahasa Korea adalah Bahasa keseharianku. Namun Bahasa Indonesia juga menjadi bagian dari Bahasaku.
"Haru-ya...ini aku Appamu"
"Haru? Appa?"
"Den, ini saya Bi Ijah. Ini Appanya Den Haru"
Wanita sekitar umur 30 tahunan menunjukkan siapa dirinya dan pria disampingnya yang mungkin adalah ayahku.
"Haru-ya....Appa panggil dokter dulu ya. Kamu ditemani bi Ijah dulu"
"Bi Ijah titip Haru ya...?"
"Iya Tuan"
Sepertinya wanita ini adalah Asisten Rumah Tangganya. Beberapa menit kemudian pria yang mungkin adalah Appaku datang bersama dokter dan menjelaskan kronologi penyakitku.
"Permisi...!! Haru bagaimana keadaan kamu?"
Dokter memanggilku dengan sebutan Haru. Mungkin Haru adalah namaku.
"Kepala saya sedikit berat dan pusing. Dan kenapa saya lupa dengan namaku sendiri? Bahkan saya lupa siapa orang yang berada disamping saya"
Aku menjelaskan keluhanku pada dokter yang menanganiku saat ini.
"Mohon maaf pak, bu, Haru....setelah saya melihat hasil MRI ada cedera bagian otak sehingga mengakibatkan trauma dan hilangnya sebagian memori ingatan"
"Apa?"
Semua orang terlihat terkejut terutama aku. Bagaimana bisa aku mengalami amnesia. Bagaimana aku harus beradaptasi dengan lingkungan baruku nanti. Apakah Kedua orang yang menemaniku adalah orang yang sangat sayang padaku? atau malah sebaliknya.
"Berapa lama dok anak saya akan sembuh?"
"Saya tidak bisa memastikan pak. Kurang lebih 6 bulan traumatik akan hilang dan Haru akan mendapatkan ingatannya kembali"
"Terimakasih dokter. Syukurlah. Tidak apa-apa nak jika hanya ingatan kamu yang hilang. Appa akan merasa bersalah jika Appa kehilanganmu"
Pria itu memegang dan mengelus kepalaku. Aku melihat dari matanya yang berkaca-kaca seakan dia akan menangis.
"Appa?"
Aku memanggil namanya karena mungkin dia adalah ayahku.
"Iya nak. Aku Appamu dan ini bi Ijah. Bibi yang merawatmu. Sudah hampir 5 tahun dia bekerja di keluarga kita"
Appa mengenalkan dirinya dan bi Ijah agar aku mengenalnya dan terbiasa dengan orang-orang sekitarku dengan keadaanku yang amnesia.
"Iya Appa...Bibi, Maafkan saya jika saya akan merepotkan Appa dan Bibi nantinya"
"Den Haru kenapa bicara seperti itu den? Bibi dan Pak Bagas akan merawat den Haru hingga sembuh"
"Haru tidak bisa mengingat masa lalunya dan siapa dirinya sebenarnya. Saya minta bapak dan ibu bersabar sambil terapi terus menerus mengenalkan informasi apa saja yang mungkin akan menyembuhkan ingatan Haru. Haru, saya harap kamu terus berjuang dan jangan putus harapan untuk mengembalikan ingatanmu ya?"
"Iya, Terimakasih dokter"
***
"Eomma...!!!"
Aku terbangun melihat langit-langit kamarku. Aku bermimpi kejadian 2 tahun lalu dan yang kuingat hanyalah bayangan seorang wanita paruh baya yang cantik. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 07.39 aku bersiap mandi dan berencana untuk mencari udara segar di sekitar kebun teh. Liburan kenaikan kelas memaksaku untuk mencari kegiatan agar tidak bosan dirumah.
"Den Haru sarapan sudah siap. Mari makan den"
Suara bibi Ijah yang bekerja dirumahku menyuruhku untuk sarapan ketika melihatku turun dari tangga lantai atas. Aku pun bergegas menghampirinya.
"Nee...Gomawo. Appa sudah berangkat bi?"
"Sudah Den. Dari pagi Pak Bagas sudah mengurus paspor dan PCR"
Bi Ijah menyajikan makanan untukku sambil menjelaskan kemana Appaku pergi.
"Mau kemana Bi?"
"Loh Den Haru tidak tahu?"
"Aniyo (Tidak)....!!!"
"Kita semua akan pergi ke Korea 3 hari lagi. Pak Bagas pindah tugas. Menjadi Pimpinan Yayasan SMA disana Den. Pak Bagas juga ingin den Haru sembuh dan mengingat semua kenangan-kenangan den Haru"
"Appa tidak cerita apa-apa tentang itu bi"
"Masa sih den?"
"Heeemmm"
Aku sudah hampir 5 tahun tinggal di Indonesia setelah Appa dan Ammaku bercerai. Aku tinggal sendiri dengan Appa dan Bi Ijah. Bi Ijah hanya sebatang kara mulai bekerja dengan keluargaku dari aku pindah ke Indonesia di umur 13 tahun sampai sekarang umurku kurang lebih 18 tahun.
Namun semua itu kulupakan dalam sekejap saja.
Aku tidak ingat tentang Ammaku, teman-temanku, juga keluargaku yang ada di Korea. Appa selalu menunjukkan kenangan-kenangan itu sebelum aku terlelap dimalam hari. Aku kasihan dengan Appaku yang berusaha keras untuk aku mengingat semuanya tapi hasilnya nihil.
"Lalu rumah ini Bi? bagaimana?"
Sambil aku melihat sekeliling keadaan rumah yang begitu besar.
"Sudah laku den. Sudah dibeli temannya Pak Bagas"
"Syukurlah Bi, aku juga ingin ke Korea. Aku ingin bertemu Ammaku, Ahjusi dan teman-temanku disana. Seperti yang diceritakan Appa"
"Iya den"
***
Aku membuka kembali album foto yang sudah lama kusimpan di laci lemari kamarku. Foto-fotoku masa kecil, fotoku bersama Appa dan Ammaku. Ammaku yang sering kubawa dalam mimpi. Sangat putih, bersih dan cantik karena memang warga Negara Korea. Lalu aku menemukan foto ketika aku kecil bersama seorang gadis cilik yang mungkin umurnya dibawahku. Siapa dia? Apa mungkin dongsaengku? Aku akan menanyakannya pada Appa setelah makan malam.
"Appa? Haru ingin bertanya sama Appa. Gadis cilik yang bersama Haru di Album foto siapa ya? Apa Haru punya adik perempuan?"
"Ohhh itu. Dia yang katamu Yeoja Chingu (Pacar)"
"Mwo! yeoja Chingu?Aniyo Appa (Apa! Pacar? Tidak Appa)"
"2 tahun yang lalu kamu sering berbicara lewat telepon setiap malam dengannya sebelum kamu sakit"
"Masa sih Pa? Memangnya namanya siapa? Serius pacar Haru?"
"Appa tidak terlalu tahu tentang dia, namun kamu selalu menceritakan pada Appa jika kamu mempunyai pacar dari kamu SMP. Namun setelah kejadian itu kamu tidak lagi berhubungan dengannya"
"Apa? Jika itu beneran pacar Haru berarti Haru sudah melupakan dia secara sepihak dong Pa"
"Haru-ya....!!! Jika kamu mempunyai pacar di Korea, Appa akan membawamu kesana untuk bertemu dengannya. Appa juga sudah mendaftarkanmu di sekolah Korea. Sakura High School, tempat appa bekerja disana. Appa ingin kamu segera pulih dari amnesiamu nak"
"Gomawo Appa! Tapi apakah boleh setelah sampai Korea Haru langsung ke Sungai Han? Haru ingin melihat sungai han secara langsung"
"Silahkan saja nak jika kamu ingin kesana. Siapa tahu kenanganmu ada banyak disana yang kamu dapatkan"
Aku begitu bodoh karena amnesia. Negara kelahiranku dan masa kecilku tapi aku mencarinya lewat Google hanya ingin mencari tahu tentang Korea. Bahkan aku juga menjadi laki-laki jahat yang melupakan pacarku yang berada di Korea. Aku ingin mengunjungi sungai Han karena dikamarku selalu terlihat lukisan Jembatan di sungai Han dan pohon sakuranya yang indah. Aku yakin banyak kenangan indah yang tertinggal disana.