"Dia mengatakan sesuatu padamu?" tanya Juna.
"Dia hanya bilang kalau di sini banyak gadis yang iri padaku karena aku tinggal di sini,"
Juna mengernyit sambil menduduki dirinya di salah satu kursi yang ada di sudut ruangan, tempat Vano yang sebentar lagi akan meniup lilinnya. Laki-laki itu merasa ada sesuatu yang aneh dari perkataan yang disampaikan Ara pada Youra.
Mata Juna terlihat tajam, menatap Youra penuh ingin tahu.
"Siapa yang iri padamu?"
"Mereka, para gadis yang bergerombol tadi. Mereka terlihat sangat menyukaimu,"
Juna tercenung, lalu mengangkat bahunya.
"Kurasa kau tidak usah terlalu percaya dengan apa yang dia katakan. Dia memang seperti itu, jadi lebih baik kau tidak terlalu dekat dengannya, Youra. Kau hanya perlu fokus dengan apa yang membuatmu senang sekarang, terutama fokus dengan pemulihan dirimu. Dan gadis itu-"
Juna mengusap-usapkan dua telapak tangannya, berusaha menahan rasa kesal yang berkecamuk di hatinya.
"Aku tidak terlalu menyukainya,"