Hari ini Yunjia kembali membuka akun menulis di sebuah platform online miliknya. Ternyata dua puluh notifikasi kembali menggoda matanya untuk melihat siapa saja yang telah memberikan komentar di novel yang sudah ia tulis semenjak dua bulan kemarin.
Yunjia bersiul kecil, mengharap sebuah komentar baik datang memberinya sebuah dukungan. Tangannya gemetar melihat sebuah tampilan layar ponselnya.
Triing.
|User989 | Tulisanmu buruk. Ide ceritamu sungguh tidak menarik.
|Hua | Gaya bahasamu terlalu kaku, aku tidak bisa bersantai membaca cerita seperti ini.
|Ninda | Hapus saja dari rak, novel tidak bermutu.
|Jooj2 | Aku pikir Sintia akan bahagia di ending cerita, ternyata alurnya terlalu aneh dan di buat-buat.
Yun lemas seketika melihat tampilan komentar yang berada di akhir bab yang baru saja ia rilis kemarin. Ia begitu terpukul, karena sudah empat kali Yunjia membuat lima karya novel terbaiknya, sayangnya semuanya sudah ditolak dimana-mana.
Kali ini novel Yun yang berjudul Sintia ia terbitkan dua bulan lalu di sebuah platform online bernama Kizzo juga mendapatkan kesan buruk dari pembaca. Yun sangat bersedih, ia pun merasa kehilangan separuh dunianya.
Dunia indah di dalam imajinasinya yang dapat menghasilkan dollar untuk biaya kehidupan sehari-harinya sebagai seorang wanita berusia 27 tahun yang tinggal di negeri orang.
Karena sedih Yun memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe, ia ingin memesan segelas teh dingin untuk mendinginkan kepalanya yang sedang menguap panas karena cacian yang baru saja ia dapatkan.
Tidak memiliki teman, terlahir sendiri, berkepribadian introvert itulah Yun. Gadis cantik yang pendiam dengan sejuta imajinasi menghiasi otaknya. Sesampainya di sebuah Cafe di tengah pusat kota, Yun kembali menarik nafasnya berat, karena ia lagi-lagi sial.
Cafe yang menjadi incarannya untuk mengistirahatkan otaknya juga tutup karena sebuah hari libur nasional. Lantas Yun kembali pulang ke apartemen kumuhnya, ia dengan sengaja menonton sebuah film kesukaannya di sebuah kanal YouTube.
Tiga jam ia menonton film, perutnya terasa lapar, ia pun bergegas menuju ke dapur untuk memasak sesuatu di belakang. Lantas ia segera melihat isi kulkas yang setengah terisi, dan sayangnya semua hanya di isi dengan tahu dan telur ayam.
Yun menarik nafasnya kasar, ia berniat membuat cake tofu dan telur yang biasanya ia konsumsi setelah selesai menulis. Tiba-tiba sebuah buku majalah yang ia letakkan di atas pantry terjatuh, entah sejak kapan buku itu terletak di sana, padahal seingat Yun ia tidak pernah meletakkan buku di atas pantry.
Tak lama, ia segera membuka isi majalah tersebut, sebuah foto seorang penyanyi terpampang jelas di sana, lalu seorang model iklan, dan beberapa aktor terkenal. Yun terdiam dan segera membawa buku itu ke dalam kamarnya, lantas ia kembali ke dapur untuk membuat makanan.
***
"Besok aku akan pergi ke sana, setidaknya hanya untuk sebuah pemotretan iklan sebuah sampo," ujar seorang pria tampan bernama Jin. Laki-laki itu terlihat sibuk kesana kemari bersama seorang pria kekar yang terlihat fokus berdiri di belakangnya.
"Jin, besok bawa semua pakaianmu ke sana, kita akan berpesta, selamat bertemu nanti," ujar teman Jin yang melambaikan tangannya dan berniat untuk pulang.
Setelahnya Jin kembali memasuki mobilnya bersama pria kekar di sebelahnya, ia juga tengah membayangkan liburan sekaligus bekerja di pulau indah impiannya besok.
***
"Melelahkan! Haruskah aku berhenti menulis sekarang? Kenapa semua naskah yang kukirimkan selau saja di tolak? Apa salahku?!" gerutu Yun yang lantas memukul layar laptopnya dengan kesal.
"Padahal bulan depan aku harus membayar biaya apartemenku, mengirimkan uang untuk ibu dan ayahku, lalu…aaaaa!" Yun berteriak keras di dalam apartemennya, pikirannya sungguh kalut mengingat betapa tidak berharganya tulisannya di mata pembacanya, dua bulan menulis ia hanya memiliki pembaca 700 orang saja.
Itu artinya ia benar-benar tidak bisa menulis sesuai karakter mereka. Seekor kucing berwarna kuning mengeong di kaki Yun, sudah hampir sepuluh hari Yun hanya memberinya kue tofu yang ia buat karena ia tidak memiliki uang sepeserpun.
Yun hanya mengelus bulu kucing kuningnya dengah lembut dan berkata, " besok aku akan belikan sesuatu yang enak setelah novelku memiliki banyak pembaca, kau yang sabar ya?" Sang Kucing hanya mengeong manja di kaki Yun.
Tiba-tiba mata Yun tertuju kepada sebuah majalah yang ia letakkan tadi di kasurnya. Ia tertawa riang setelahnya, lantas ia segera duduk kembali di meja kerjanya dengan menuliskan sebuah judul novel baru di paltform online yang ia ikuti.
"FATEBOOK" itulah yang Yun tulis. Dengan semangat empat lima, ia menulis beberapa kalimat iktisar yang menjadi pengantar novel online tersebut. Klik. Yun segera mengunggah sampul novel yang akan ia buat, lalu ia melanjutkan dengan membuat tulisan di bab satu yang baru saja hendak ia tulis.
| Namaku Yun, aku gadis malang yang tinggal di kota metropolis dengan keuangan pas-pasan. Hari ini aku mendapatkan banyak cacian dari pembaca tulisanku karena alur yang ku buat sangat tidak sesuai dengan presiksi mereka. Lantas aku segera berjalan ke taman dan duduk di sana sembari menikmati… |
Yun mulai asyik menulis, ia bahkan mulai lupa jam berapa ini sekarang. Ia sudah menulis tiga ribu kata dalam satu jam.
Rupanya otaknya telah kembali encer. Tak lama jari jemari Yun mulai melemas rupanya gadis itu tertidur di atas laptopnya karena kelelahan.
Tepat jam dua belas malam, Si Kucing naik ke atas meja dan tak sengaja menekan tombol enter di laptop Yun hingga semua yang Yun ketik kini terbit di akun menulis sebagai novel terbarunya.
Gadis itu masih tertidur pulas, tiga, empat, lima hingga dua ratus komentar membanjiri naskahnya semuanya terlihat menarik untuk dibaca.
Komentar positif berada di bawah bab yang baru saja terbit. Si Kucing hanya mengeong dan duduk di atas laptop Yun yang masih terang dengan layar yang hidup. Hingga di pagi hari, Yun terbangun.
Tulang lehernya begitu nyeri karena semalaman ia tertidur duduk. Bahkan layar laptop di depannya juga belum mati.
Gadis itu segera mengusap matanya untuk membersihkan beberapa kotoran yang menempel. Lantas setelahnya, ia kembali melihat layar laptop di hadapannya.
Baru tiga bab terbit, Yun mendapatkan seribu lima ratus pembaca dengan dua ratus komentar positif. Gadis itu bersorak kegirangan melihat fakta yang berada di depan matanya.
Ia semakin yakin jika bulan depan ia akan mendapatkan uang begitu banyak dari novel barunya. Gadis itu segera mandi dan berniat untuk berjalan ke taman guna mencari inspirasi menulisnya nanti malam.
Tidak terpikirkan untuk sarapan, ia langsung saja bergegas dengan menggunakan tas selempang yang berwarna putih yang ia kaitkan di leher dan menembus ke bawah ketiaknya. Gadis itu berjalan skipping menuju taman, ia terlihat gembira, mengingat beberapa komentar yang ia baca pagi ini, dan...
Dukkk.
"Maafkan aku," ujar Yun yang tidak sengaja menabrak seorang pria di depannya.
BERSAMBUNG