Chereads / THE CEO Is MY ROMEO / Chapter 75 - MASALAHMU, JUGA MASALAHKU

Chapter 75 - MASALAHMU, JUGA MASALAHKU

Aira menemani Zii ke Dokter sore itu. Memeriksakan kandungan yang masuk 6bulan. Sang Dokter berpesan untuk tak terlalu capek. Selalu menjaga asupan nutrisi, juga mengelola stress.

Point terakhir memegang peranan penting, di 3 bulan pertama. Tak sedikit, perempuan kehilangan janinnya di awal hamil, karena terlalu takut, ragu, akhirnya stress berat.

"Tuh, didengerin..!" Aira menyenggol lengan sahabatnya, yang tampak serius mendengarkan Dokter Orin, Dokter yang menanganinya dari awal periksa.

"Iya, ini kan juga diperhatiin, Ai. Baik, Dok. Terima kasih banyak."balas Zii. Tersenyum pada sang Dokter, yang membalas senyumnya ramah.

Zii dan Aira pamit, usai menerima resep dari Dokter.

Kedua sahabat itu melangkah keluar dari Rumah Sakit. Zii mampir sebentar menebus resep di bagian Pharmacy. Menunggu cukup lama. Ia duduk di bangku tunggu yang empuk. Menggoyangkan kaki sambil mengudap wafer strawberry.

Aira terkekeh geli. Ia sesap Thai Teanya. Menyendoki boba yang tenggelam di dasar cup.

"Enak, Ai?"tanya Zii. Memperhatikan gadis di sampingnya, begitu nikmat mengunyahi bola tapioka itu.

"Hm. Lumayan. Kalo ga haus tadi dan lupa bawa air, sebenarnya aku ga akan beli, Zii."jawab Aira.

Zii menyesap juga Thai Tea boba, dengan rasa berbeda. Hanya itu Booth minuman yang buka di sekitaran Rumah Sakit. Aira yang lupa bawa air, dengan terpaksa beli. Haus.

"Gak apalah, sekalian icip-icip, ya kan? Ini ga terlalu mantep rasanya, Ai. Enak yang deket rumahku!"celetuk Zii.

" Ziianita Wijaya!!" pengeras suara lantang menyebutkan namanya.

Zii maju, menuju Petugas Admin. Menerima beberapa vitamin lalu Ia serahkan uangnya. Usai mendapat nota pembelian, sang Petugas berterima kasih. Mendoakannya selalu sehat.

Zii terkesan, tersenyum senang. Ia berlalu dari sana, dengan Aira yang sudah berjalan pelan lebih dulu.

Mereka meninggalkan Rumah Sakit dengan cepat. Mobil Zii membelok ke Kedai lumayan besar. Ia bertanya pada sahabatnya, "Di sini, Ai?"

"Hm, boleh." Aira mengutak-atik ponsel. Lalu menjawab panggilan seseorang,

"Ya, Raave.."

"Dimana?" suara sang lelaki terdengar tak senang.

"Aku makan bareng Zii. Tadi anterin dia ke Dokter. Kamu udah di rumah kan?"

"Hm. Aku baru sampai. Kamu sudah minum obat?" suara lelakinya tak berubah sama sekali. Seberat sebelumnya.

"Ya, kan belum makan. Ini baru mau turun dari mobil. Kamu kenapa, Raave. Suaramu aneh?"

"Tak apa. Jangan kecapekan, Ai. Punggungmu, masih nyeri, kan?"

"Sedikit, kalau buat aktifitas berat. Iya, makasih Raave. Kamu juga istirahat ya." Aira berusaha tak bicara aneh aneh. Sebenarnya, tadi ingin sedikit menggoda lelaki itu.

Tapi diurungkannya, setelah mendengar suara yang dalam, seolah tak senang. Bad mood.

"Hm." call end

Aira mendengus. Menyimpan lagi ponsel. Kemudian mengikuti Zii masuk kedai.

Mereka duduk berhadapan di sofa empuk paling pojok. Aira mengajukan diri untuk memesan langsung ke Order corner. Biasanya mereka akan didatangi waitress.

"Kak, bisa delivery?"tanya Aira.

"Bisa banget kak. Saya catat."sahut sang Staff kedai ramah.

"Ehmm., menu andalan di sini apa sih?" Aira linglung.

"Nasi? tanpa nasi?"

"Nasi boleh!"

"Nasi Goreng Spesial kedai, Nasi Ayam ..."

"Daging?"

"Wagyu..."

"Oke itu aja. Sama Mashed Potato aja wes, Kak. Ga jadi Nasi. Ini alamatnya." Aira serahkan coretan kecil alamat Raave.

Ia memesan Nasi Goreng Spesial kedai dua porsi, Strawberry splash tanpa soda, dan Jamur crispi.

Aira kembali pada Zii.

"Lama, bingung mau pesan apa?" Zii terkikik geli.

"Ga. Aku mesenin Raave. Kayaknya kok tadi suaranya kayak mau bantai orang, Zii. Takut aku!"jawab Aira. Bergidik.

Zii tergelak. "Kamu masih takut juga dengannya?"

"He em. Kalo marah nakutin tuh laki!!"celoteh Aira.

"Aku pesen Nasi Goreng Spesial, gak masalah kan? Strawberry splash."

Zii mengacungkan jempol. Tersenyum.

Aira melihat seorang Waiter laki-laki keluar. Membawa sebuah box dengan hati-hati. Pesanannya diantar.

Pesanannya sendiri datang beberapa saat kemudian. Ternyata, ada bonus dari pembelian Wagyu Beefnya tadi. Sepiring Perkedel kornet yang lezat.

Aira dan Zii ingin berteriak kegirangan, tapi hanya bisa ditahan.

Kedua perempuan makan dengan lahap. Mereka sempat suap-suapan juga. Menu yang sama persis, membuat mereka senang dan menikmati makanan dengan riang.

Aira minum obatnya, Zii minum vitamin.

"Hei, kita kok sama-sama minum obat juga ya Zii.. Hohohoh.." Aira berseloroh.

"He em ya Ai. Aku minum vitamin, kamu obat. Intinya sama sama pil, kapsul apalah itu."jawab Zii.

Aira dan Zii mencomoti Jamur crispi dan perkedel bergantian, hingga tandas. Sambil bercanda dan berbincang ringan. Mereka berdiam sebentar di kedai. Melanjutkan obrolan. Tentang apa saja.

Kata Zii, Adnan sudah dapat satu Perusahaan, yang siap menerima sang kekasih bekerja di sana. Namun masih menunggu Bossnya datang dari Luar Negeri. Head Manager teman Adnan, tak berani asal terima karyawan baru.

Terlalu lama di kedai, akhirnya mereka pulang. Aira sudah menyelesaikan pembayaran di awal Ia memesan. Jadi sekalian. Begitu selesai makan, tinggal pergi.

Kedua sahabat itu, masuk mobil. Duduk di masing-masing posisi.

Raave calling...

"Dear..." sapa Raave, suaranya merdu sekali. Sangat berbeda dengan tadi.

"Ya.. Kamu baik saja?"

"Ya, kamu tak bertanya, aku sedang apa?"

"Hm baiklah, kamu sedang apa?" Aira memutar bola mata pada Zii, yang terkekeh.

"Sedang menikmati pemberianmu. Thanks ya. Ini hangat dan lezat sekali. Dan Mojito tanpa sodanya juga sungguh mengejutkan!"jawab Raave. Terdengar mengunyah makanan, dengan suara yang dramatis.

"Sama-sama Raave. Semoga bisa meredakan, apapun hal yang membuatmu bersuara seperti Zombie tadi." celoteh Aira, asal.

"Hahahahhh.. Kamu takut ya. Maaf. Tak usah kuceritakan. Ini hanya masalah kecil, lagipula sudah kubereskan." Raave tergelak.

"Ya, sedikit takut. Makanya, aku pesankan sesuatu yang pasti membuatmu senang. Kamu senang?"

"Sangat! Thanks. Sudah dirumah?"

"Belum. Perjalanan.."

"Perjalanan sampai mana?"

"Baru Sampai di hati dan pikiranmu..." jawab Aira, suaranya dilembut-lembutkan.

Zii menutup mulut menahan tawa. Mencubit keras lengan Aira, sambil memukul-mukul dashboard. 'Bisa juga Aira menggombal' batinnya gemas.

Mereka setengah perjalanan pulang.

"Ai..kamu sudah sampai di sana, kan? Lupa?" Raave menjawab, tertawa kecil, sepertinya. "Kamu benar-benar penghibur yang terbaik!"

Aira membayangkan bagaimana wajah dan ekspresi sang lelaki saat ini. Memerah? Malu?

"Maaf, aku lupa, karena banyak urusan! Juga kejadian yang tak menyenangkan!"jawab Aira.

"Begitu ya, oke. Kututup dulu ya, ada Lei yang mau melapor!" Raave mengakhiri bicara mereka.

"Siap Big Boss!!"celetuk Aira lantang.

Call end. Samar suara tawa Raave menggema.

"Kamu ini bisa aja ya ngegombal begitu..! Baru tahu aku!"goda Zii.

"Hahahahhh.. Kamu ga tahu, Zii. Sudah sering aku menggodanya. Dia ini terlalu datar dan biasa, jadi harus begitu."sahut Aira. Menatap Zii, mengerling.

Zii tersenyum kagum. Ia berbelok ke kompleks, berhenti di depan rumah sahabatnya. Turun, memutuskan mampir sebentar. Mengekori Aira masuk rumah.

Beberapa saat kemudian,

Tok..tok..

Bu Wina setengah berlari ke pintu. Menariknya hingga terbuka.

"Permisiii.." suara lelaki.

"Ya..?" Bu Wina tak mengenali si lelaki. Menatapnya penuh tanda tanya.

"Nona Aira ada, Bu?"jawab si lelaki.

"Mba..!!"panggil Bu Wina. Masih di depan pintu.

Aira segera menghampiri sang asisten. "Tuan Gio..!!" Ia kaget.

"Nona, ada titipan dari Mr Raave." Gio menyerahkan sebuah amplop coklat kecil panjang.

Aira menerima, "Apa ini? Oh Raave baik saja, kan?"

Gio tersenyum lebar. "Saat saya kesini, dia sedang mandi sambil jadi penyanyi kamar mandi. Menyanyikan lagu cinta."bisik Gio lirih, mengerling pada Aira.

Gadis itu tergelak. "Masuk dulu, Tuan Gio. Minum teh?"ajak Aira sopan.

"Saya langsung saja, Nona. Ditunggu Mr Raave soalnya." Gio berbalik, usai pamit pada semua orang.

Aira masuk lagi, Bu Wina menutup pintu.

Gadis itu menelisik amplop coklat. Tak ada keterangan apa-apa di bagian luarnya. Hanya logo Pranaja Tech. Ia buka akhirnya.

Surat Pemberitahuan Kerja?

Gadis itu duduk lagi di depan TV. Zii tak sedikitpun tertarik. Jadi Ia cuek saja.

Aira baca semuanya. "Ziii...!!!"teriaknya, mengagetkan sang sahabat.

"Ah Ai..! Apa sih??!"

"Kamu dipanggil Raave ke Pranaja Tech besok. Kamu diterima kerja di sana!!"jawab Aira, memandang senang Zii.

Zii melongo. "Benarkah??!" Ia tak percaya.

"Ini! baca sendiri!" Aira tertawa kecil. Riang. Menyerahkan secarik kertas.

Zii memeluk Aira seketika, sambil berteriak histeris, setelah membacanya. Terlalu senang dan tak percaya. Saking gembiranya, airmatanya sampai keluar.

"Selamat ya, Zii. Semoga kamu betah di sana!" Aira mengusapi punggung Zii. Tersenyum haru.

"Kamu cerita kalau aku dipecat Prue??" Zii melepas pelukannya.

"Gak! Sumpah! Dia kan mata dan telinganya ada dimana-mana. Pasti tahu."jawab Aira. Mengusap airmata Zii yang masih mengalir.

Zii mengangguk mengerti. "Thanks, Ai. Kalau aku bukan sahabatmu, ga mugkin Raave berbuat begini."

"Ah jangan gitu, anggap ini memang rezekimu. Gitu kan. Semangat ya. Istirahat gih! Biar besok seger!"

"Ngusir??"

"Gaaakk.. Kamu ini ga sendiri lagi, besok kita masih bisa jalan, Zii yang cantiiikkk. Jadi harus istirahat awal malam ini. Hm?" Aira menyarankan. Sedikit khawatir pada sahabatnya itu.

"Oke, Ai. Aku pulang ya. Thanks. Kamu juga jangan kecapekan ya." Zii berdiri, membelai sekilas pipi Aira lalu melangkah keluar. Ia juga pamit pada Bu Wina.

Aira melambai pada perempuan itu, yang sudah mulai melaju.

Tak menunggu lama, Aira menghubungi seseorang yang sudah membuatnya senang,

Beberapa kali, tak ada jawaban. Ia coba lagi. Dan...

Samar, Ia dengar sebuah lagu. Mengalun dengan suara begitu jernih. Denting piano dan gesekan biolanya sangat enak didengar.

Aira masih mencoba menghubungi lelakinya. Suara denting piano semakin jelas. Ia menoleh. Setengah kaget.

Raave berdiri di depan mobilnya. Melipat tangan di dada. Ada sesuatu menyala di saku kemejanya. Pasti ponsel. Tak salah lagi.

Senyumnya sungguh benar-benar maut.

Gadis itu menghampiri sang lelaki. "Kamu di sini?"gumam Aira pelan.

Raave langsung meraih pinggangnya, menariknya mendekat, rapat.

"Ya, aku di sini. Kenapa? Kamu tak senang?"jawab Raave, berbisik juga. Ia belai pipi, dan bibir gadis itu. Dengan tatapan lekat.

"Aku senang. Hanya agak kaget tadi, yuk masuk!" Aira segera menggandeng lelakinya masuk rumah. Tak lucu juga, jika tetangga kanan kiri membicarakannya, karena bermesraan di pinggir jalan.

Raave duduk santai di depan Tv. Bu Wina senyum senyum sendiri. Menyajikan seteko kecil teh hangat untuk Raave. Setelah itu menghilang di kamar.

"Terima kasih, memberi kesempatan Zii bekerja di tempatmu, Raave" Aira mengawali obrolan.

"Sama-sama, Ai. Aku agak emosi saat tahu Prue memecat Zii. Yaa. Kabarnya Zii memang mengundurkan diri juga. Perempuan itu melibatkan emosi dalam pekerjaan!"balas Raave. Melingkarkan lengan di pundak sang gadis.

"Ya, aku juga sedih saat tahu.... "

"Kenapa kamu tak bilang padaku?"potong Raave.

"Kenapa harus bilang padamu?"

"Karena masalahmu juga masalahku, Ai..."balas Raave, lembut. Ia raih bibir sang gadis, begitu dalam.

*