Demi memenuhi janji dengan sahabatnya, Alice memberanikan diri untuk meminta izin kepada kedua orang tuanya. Pagi itu, ia sengaja menunggu kedua orang tuanya yang akan berangkat ke ladang. Alice merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, ia mempunyai dua adik laki-laki yang bernama Eryk dan Jacob.
"Ayah, Ibu." panggil Alice.
"Iya Nak, ada apa?" tanya Ibunya.
"Alice ingin meminta izin untuk berangkat ke kota. Alice ada keperluan disana," jawab Alice.
"Alice, kamu belum pernah ke kota sebelumnya. Ayah khawatir kamu tersesat," ucap sang Ayah.
"Ayah tidak perlu khawatir Alice ada teman disana," ucap Alice.
"Teman kamu? Siapa?" tanya Ibunya.
"Ada Bu, Alice mohon izinkan Alice pergi ke kota ya. Alice pastikan semua akan baik-baik saja," rengek Alice.
Mendengar rengekan dan permintaan tulus sang anak sulung membuat kedua orang tua Alice tak tega untuk menolak permintaanya.
"Baiklah, kamu boleh berangkat tapi kamu harus ditemani adikmu Eryk," ucap sang ayah.
"Kalau Eryk ikut, siapa yang akan membantu kalian berladang?" ucap Alice.
"Soal itu kamu tidak perlu khawatir, kami berdua masih sanggup bekerja sendiri," ucap sang ayah.
Mendengar jawaban dari Ayahnya, Alice pun menyetujui. Karena kalau ia menolak keputusan sang ayah, ia takut kedua orang tuanya tak memberikan izin untuk nya.
"Baiklah, aku akan berangkat dengan Eryk" ucap Alice menganggukan kepala.
"Panggil Ery kesini," pinta sang ayah.
Alice dengan sigap menghampiri sang adik di kamarnya.
"Eryk." teriak Alice dengan menggedor pintu.
"Eryk,tolong buka pintunya," pinta Alice.
"Eryk," teriak Alice.
Berulangkali Alice berteriak memanggil Eryk, namun tak ada respon dari dalam kamar adiknya. Ia pun terpaksa membuka kamar sang adik yang kebetulan tidak pernah dikunci.
"Eryk, ayo bangun" pinta Alice mengoyak tubuh adiknya.
"Ahh," rengek Eryk.
"Eryk, ayo temani Kakak ke kota," ucap Alice.
"Ke kota?" ucap Eryk kaget.
Seketika matanya terbuka lebar, Eryk memang ingin sekali pergi ke kota. Ia penasaran tentang keindahan dan keramaian kota seperti yang ia dengar dari orang-orang orang sekitarnya.
"Kakak tidak sedang bercanda kan?" tanya Eryk.
"Tidak Eryk, kakak serius. Ini bekal untuk kita disana," ucap Alice menunjukan kantong bewarna merah kepada adiknya.
Eryk masih tak percaya, ia mencubit dan menepuk pipinya keras-keras. Ini seperti mimpi baginya, dan ia pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
"Baiklah Kak, aku mau," ucap Eryk dengan mata berbinar-binar.
"Ya sudah, kamu ke ruang tamu. Ayah dan ibu menunggumu disana," ucap Eryk.
"Ayah dan Ibu, jadi ayah dan ibu yang menyuruh kita berangkat ke kota," tanya Eryk penasaran.
"Sudah jangan banyak tanya, kamu kesana saja," ucap Alice.
Eryk mengangguk dan segera menyingkap selimut yang membalut tubuhnya. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur dan segera menemui kedua orang tuanya diruang tamu. Sedangkan Alice tampak bahagia mengetahui Eryk bersedja menemaninya, ia mengikuti langkah adiknya dari belakang menuju ruang tamu.
"Ayah dan Ibu panggil Eryk?" tanya Eryk.
"Iya Nak," jawab ibunya.
"Eryk, jadi begini. Kakak kamu ingin berangkat ke kota karena ada keperluan pribadi. Jadi kami minta kamu temani dia sampai urusannya selesai," pinta sang ayah.
"Keperluan?" tanya Eryk.
"Entahlah, ataupun belum tahu keperluan apa. Alice kamu bisa ceritakan, keperluan apa yang sedang kamu kejar hingga ke kota?" ucap sang ayah.
"Hanya kepentingan kecil ayah, untuk mencari alamat seorang teman dan berjalan-jalan ke kota," jawab Alice.
Ia terdengar lancar menjawab pertanyaan ayahnya, karena jawaban itu sudah dipersiapkan putri sulungnya.
"Baiklah, kalian berangkatlah dan hati-hati," ucap ayahnya.
"Apakah kalian mempunyai bekal yang cukup untuk kesana?" tanya ibunya.
"Lebih dari cukup Bu, temanku memberikan sekantong uang dan emas untuk kami berangkat ke kota," jawab Alice.
Karena matahari sudah mulai tampak, kedua orang tua mereka pun segera pergi ke ladang.
"Baiklah, kami berangkat ke ladang dulu. Kalian hati-hati dan jangan berlama-lama di kota," ucap Ibunya.
"Baik Bu," ucap Alice dan Eryk serentak.
Kedua orang tua mereka pun meninggalkan rumah untuk menuju ladang.
"Eryk, kamu siap-siap. Setelah ini kita berangkat menuju kota. Jangan lupa bawa beberapa baju ganti," ucap Alice.
"Baik Kak," ucap Eryk.
Anak tampan tersebut segera menuruti perintah sang Kakak untuk bersiap.
"Kak, ayo kita berangkat," ajak Eryk.
"Baiklah," kata Alice.
"Kak, bagaimana jika kita ke kota dengan menunggangi Charlie. Aku rasa dia kuda yang kuat, pasti mampu membawa kita menuju kota," saran Eryk.
Alice pun menyetujui, lagipula ini adalah permintaan Luna. Tak mungkin ia menolak permintaan Alice.
"Baik Eryk, mari kita menuju rumah Luna untuk meminjam Charlie," ucap Alice.
Keduanya bergegas berjalan menuju rumah mewah Luna yang tak jauh dari kediaman mereka.
"Kak, keperluan Kakak ke kota untuk apa?" tanya Eryk.
"Nanti Kakak jelaskan kalau kita sudah sampai di tempat tujuan," jawab Alice.
Obrolan mereka terpotong kalau mendengar suara Charlie meringkik. Ternyata mereka sudah tiba di depan pagar rumah Luna. Tampak Luna sedang memandikan kuda kesayangannya tersebut.
"Pagi Luna," sapa Alice.
"Pagi Alice," jawab Luna.
"Bisakah kita berbicara sebentar?" tanya Alice.
Luna mengangguk menandakan jika ia setuju.
Sahabatnya itu menarik pelan tangan Luna, membawanya menjauhi sang adik.
"Lun, aku hari ini akan berangkat ke kota bersama Eryk. Ini permintaan kedua orang tuaku, dan ini satu-satunya cara supaya aku diizinkan berangkat kota," tegas Alice.
"Baiklah Alice, aku akan tambahkan uang untuk kalian," ucap Luna.
"Tunggu Lun, kami bermaksud meminjan Charlie untuk membawanya menuju kota," pinta Alice.
"Baiklah, tunggu disini. Aku mau kedalam sebentar," pinta Luna.
Ia pun segera meninggalkan Alice dan Eryk di halaman rumahnya. Tak berapa lama ia kembali dengan membawa kantong yang berisi uang dan beberapa keping emas.
"Alice, ini tambahan bekal untuk kalian. Tolong Terima, aku sangat berterima kasih kepada kalian," ucap Luna.
"Baik Lun, jika uang ini lebih pasti nanti akan kami kembalikan kepadamu," ucap Alice.
Luna kemudian menghampiri Charlie yang saat itu sedang bersama dengan Eryk.
"Hay Charlie kuda baik. Hari ini kamu ikut mereka ya. Jaga mereka baik-baik," pinta Luna mengelus kepala kudanya itu dengan penuh perasaan.
Charlie hanya meringkik, kemudian Luna melepaskan ikatan Charlie dan menyerahkan kuda kesayangannya itu untuk mereka bawa menuju kota.
"Aku serahkan Charlie untuk kalian bawa menuju kota. Tolong jaga baik-baik kuda kesayanganku ini," ucap Luna.
"Baiklah Lun, kami berangkat dulu ya. Setelah sampai kota dan kira-kira kami butuh waktu lama disana, aku akan mengirimkan kamu surat," ucap Alice.
"Kak Luna, kami berangkat ya," sahut Eryk.
"Iya, kalian hati-hati. Sebelumnya aku berterima kasih kepada kalian" teriak Luna.
Mendengar ucapan Terima kasih dari Luna, Eryk tampak sedikit bingung. Mereka yang meminjam kuda kenapa Luna yang berterima kasih. Dan muncul kecurigaan apakan Kakaknya ke kota untuk kepentingan sahabatnya itu. Namun Eryk tak memperdulikannya, dalam hatinya yang penting ia dapat melihat kota.
Kedua Kakak beradik tersebut meninggalkan rumah mewah Luna dengan menunggangi Charlie menuju kota.