Chereads / Tujuh berandal beriman / Chapter 2 - Party 2

Chapter 2 - Party 2

"Gara-gara orang tadi gue nggak jadi mati, sialan" umpatnya. 

"Buat apa gue hidup di dunia yang nggak adil sama sekali, gue selalu menjadi orang no satu yang disalahkan dalam keluarga gue. Mana gue sering dibilang Fahmi anak pungut lagi" molong Fahim. 

"Kenapa hidup gue bener-bener nggak adil" teriak Fahmi, tiba-tiba dia teringat dengan ucapan Alvin tadi, orang yang membuat dirinya gagal bunuh diri. 

"Bukan yang gue bilang tadi bener?, gue yakin pasti orang yang melakukan bunuh diri akan merasa lebih tenang, tapi kenapa cowok tadi bilangnya nggak?" 

Fahmi yang penasaran dengan Alvin segera pergi untuk mencari keberadaan Alvin. Fahmi berharap dia masih bisa bertemu dengan Alvin. Dia masih penasaran dengan ucapan Alvin yang terakhir kalinya. 

Tadi Fahmi sudah merasa sangat kesal dengan Alvin, maka dari itu dia pergi begitu saja, walaupun penasaran dengan kata-kata terakhir Alvin yang belum selesai.

"Gue cari itu orang dimana?" tanya Fahmi entah pada siapa. "Lebih baik gue kuliah dulu, sebentar lagi dosennya masuk" putus Fahmi.

Hidup di keluarga yang selalu pilih kasih bukanlah hal yang mudah untuk seorang Fahmi jalani, apalagi dia hanya seorang anak pungut yang kebetulan beruntung diangkat menjadi seorang anak oleh kedua suami, istri.

Tapi sayang kedua orang tua angkat Fahmi tidak pernah memberikan kasih sayang sebagai anak pada Fahmi, mereka menjadi Fahmi sebagai babu mereka, alat untuk menghasilkan uang.

Fahmi sendiri kuliah karena mendapatkan beasiswa, dia mendapat beasiswa dari sekolah menengah pertama dan bertahan hingga saat ini. Ini salah satu alasan Fahmi kenapa ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, tapi sayang semua rencananya digagalkan oleh seorang cowok yang sama sekali tidak dia kenal. 

Selesai kelas Fahmi langsung keluar terburu-buru karena ingin segera bertemu dengan Alvin, tapi dia sendiri tidak tahu akan mencari dimana keberadaan Alvin. 

"Bodoh! gue harus cari dimana orang itu, kenapa gue nyesel sendiri setelah pergi begitu saja"

Rasa penasaran yang menyelimuti Fahim membuat dirinya ingin sekali bertemu kembali dengan seorang Alvin. 

"Tapi tadi pakaian cowok itu kayak anak kuliah, kalau benar dia anak kuliah, dia kuliah dimana?" 

"Lebih baik sekarang gue cari di kampus gue dulu, walaupun gue ketemu dia satu minggu kemudian atau satu bulan kemudian, karena kampus ini sangat luas" keluh Fahmi. 

Fahmi segera menyusuri setiap ruang yang terdapat di universitas Indonesia tersebut, satu demi satu kelas dan ruang dia datangi hanya untuk mencari keberadaan Alvin. Benar apa yang Alvin katakan pada Eza, jika dia bertemu dengan orang gila. Buktinya sekarang Fahmi sudah seperti orang gila, karena terus menerus menyusuri setiap ruang di kampusnya, Fahmi sendiri tidak seberapa ingat dengan wajah Alvin.