"Sayang sekali, kamu sudah membuatku merasa jengkel."
Al bersikap dingin saat ini. Tidak peduli meski Azura memohon agar dimaafkan untuk kesalahannya yang tadi, tetap dia akan menjatuhkan hukuman paling sadis. Yaitu dengan membiarkan gadis itu diberikan pada singa peliharaan ayahnya agar jera.
Dalam satu jentikan jari, Abi bersiap memanggil bawahan yang lain untuk menyeret Azura.
"Heh, ini tidak adil aku cuma menyebar fitnah harusnya aku diserahkan ke polisi atau harus buat pengakuan di muka umum, bukan dibunuh dengan cara sadis begini!"
Jangan kira Al akan terpengaruh dengan omongannya. Tidak peduli meski diejek kejam atau tidak punya perasaan, hukuman yang sudah ditetapkan tidak akan dicabut begitu saja.
"Kamu akan membuat dirimu malu kalau membunuh wanita lugu sepertiku dengan ancaman singa segala!"
"Tuan, ini bagaimana?" Abi perlu persetujuan lagi.
Al menyeringai. "Apanya yang bagaimana?" Ditatapnya lagi Azura yang wajahnya kini kemerahan menahan marah. "Hukuman untuk dia tetap harus dilaksanakan!"
Azura harus melakukan hal paling memalukan dalam hidupnya. Yaitu, berlutut dan memohon agar dibebaskan. Sungguh dia tidak pernah menyangka akan mengalami nasib senahas ini.
"Oke, aku mengaku salah. Ini memang salah dan aku akan meminta maaf."
Coba dari tadi dia mengakui kesalahannya. Tidak akan Al murka seperti ini. Sekarang yang harus dia tanggung adalah hukuman berat!
"Aku sudah tidak mau dengar apa pun lagi." Al berkata dengan tegas. "Abi, bawa dia ke ruang hukuman!"
"Tidak!" Azura terus memohon. Jangan sampai dia jadi makanan singa lalu jasadnya tidak ditemukan. Keluarganya juga pasti akan berkabung kalau sampai tahu berita ini.
Abi mengangguk. Dengan sekali perintah dia berkata, "Laksanakan perintah Tuan Al!"
Azura akan diseret.
"Oh, oke ... oke!" Membayangkan tubuh kurusnya akan dimakan singa, dikunyah-kunyah, lali hancur lebur diserap tubuh dan sisanya menjadi kotoran. "Aku mengaku kalau ada orang yang menyuruhku."
"Siapa?"
"Janji dulu kamu tidak akan mengumpani aku ke singa lapar."
"Ya, baiklah." Untung Al langsung setuju. "Tapi, kalau kamu bohong, aku akan mencincang kamu!"
Bertolak belakang dengan hati nuraninya yang ingin mencekik Al, Azura merapatkan tangan menyeringai di depannya.
"Tolonglah, Tuan Al yang baik hati, selamatkan aku dari hukuman ini." Mata Azura kedip-kedip, berharap ini akan meluluhkan hati Al. Nyatanya, pria yang merupakan pewaris perusahaan skala global tersebut malah merasa jijik.
"Cepat bilang padaku!"
Azura menoleh ke arah Abi. Orang yang berwajah baik itu juga kelihatannya tidak akan menyelamatkannya.
"Jangan buang-buang waktu, heh!"
"Satu minggu yang lalu, ada perempuan yang datang padaku. Dia bilang, aku akan dapat bayaran besar asal bisa main drama di depan kamu."
"Apa? Siapa dia!"
"Dia tidak bilang siapa namanya. Pokoknya, dia cuma mengaku sebagai pimpinan dari perempuan yang pernah kamu sakiti. Jadi, aku hanya ditugaskan untuk memberi kamu pelajaran."
"Terus, kamu mau begitu saja disuruh melakukan pekerjaan kotor yang merugikanku dan juga mencoreng nama baik keluargaku? Dasar wanita tidak punya perasaan!"
Azura tahu kalau ini kejam dan juga tidak berperasaan. Tapi, mau bagaimana lagi? Dia terpaksa melakukannya karena butuh uang. Kontrakannya sudah jatuh tempo. Dia dan adik-adiknya harus pergi kalau tidak bisa bayar.
Tiba-tiba ada yang datang menawarkan kerja sama dengan harga bayaran yang menutupi uang sewa rumah sampai dua tahun ke depan, mana mungkin ditolak.
Urusan masuk penjara masih bisa dimaklumi. Paling juga beberapa bulan. Setidaknya untuk kebutuhan beras dan yang lain sudah dia siapkan untuk adik-adiknya.
"Sebetulnya, aku tidak salah-salah amat, 'kan?" Masih berani Azura bicara di hadapan Al. "Ya, kamu tahu, 'kan, aku begini karena disuruh oleh orang yang sakit hati denganmu. Mungkin, kamu harus cari tahu siapa dia dan tanya apa alasannya sampai melakukan ini."
"Beraninya kamu bicara!" Al membentak membuat nyali Azura ciut. Abi di sana juga tidak banyak bertindak hanya menunggu ampai tuannya selesai dengan urusannya. "Jangan kamu pikir karena aku diam saja jadi tidak bisa membuat hukuman untukmu, ya!"
"Tapi, aku memang tidak salah. Orang-orang itu memang sakit hati denganmu. Dan, aku cuma jadi perantara untuk mengungkapkan rasa sakit hati itu."
"Kalau mereka yang datang, aku malah merasa lebih terhormat!" Al menunjuknya. "Ini, coba bayangkan kamu yang datang. Apa tidak membuatku malu ejagat raya."
"Wah, maksudnya apa ini, Tuan?" Azura nyaris mengangkat bokong untuk mengajak Al baku hantam. Sembarangan sekali dia menghina gadis baik-baik yang tidak pernah membuat masalah seumur hidupnya.
Perjalanan hidup gadis itu sudah lumayan susah kalau hanya ekadar bertarung dengan laki-laki yang berlindung di balik ketiak asistennya, itu bukan masalah besar.
"Apa kamu beraninya menantang aku! Ingat, kamu sudah aku selamatkan biar tidak dimakan singa, ya!"
Azura ingin menjitak kepala Al. "Ingat ya, Tuan, itu urusan yang tadi. Anda juga sudah sepakat tidak akan macam-macam dengan saya kalau sudah mengatakan apa yang Anda perlu tahu!"
Dari segala masalah yang Al hadapi, bertemu dan berurusan dengan Azura adalah hal yang paling menyebalkan!
"Abi, coba jelaskan pada perempuan ini alasan yang membuat aku malu karena dia."
Abi mengangguk. "Baik, Tuan."
Azura bersunguts-ungut. Jika karena statusnya yang miskin lantas membuat Al malu, berarti ini diskriminasi terhadap kaum yang lemah.
"Nona, Tuan Al memiliki reputasi yang cukup baik. Circle pertemanannya adalah orang-orang berpendidikan semua. Wanita yang dekat dengannya adalah wanita terpelajar, punya tata krama dan juga sopan santun. Mereka bukan hanya berasal dari keluarga ternama, tapi juga memiliki integritas yang tinggi. Mereka--"
"Oh, oke aku paham!" Azura menyela ucapan Abi. Pada intinya dia memang tidak layak untuk mengaku-aku menjadi wanita yang dihamili Al. Selain statusnya yang sebagai orang miskin dia juga tidak punya sopan santun dan tata krama. Menerobos pesta orang lalu teriak-teriak tidak jelas.
Al memicing pada Azura lalu bicara dengan nada datar. "Bagaimana? Kamu sudah paham bukan, soal kenapa aku merasa sangat terhina dengan kedatangan kamu yang merusak acara dan juga reputasiku sebagai laki-laki terhormat?
Azura mendecih. "Iya, maaf kalau begitu. Tapi, tetap saja, aku tidak salah dalam urusan ini. Harunya Anda mencari tahu siapa dalangnya."
Al berjengit heran. Harusnya dari tadi dia sudah paham, kalau Al sendiri tidak tahu dengan orang yang dia maksud. Pimpinan dari sekumpulan orang yang merasa sakit hati?
Oh yang ada di dunia ini akan ada banyak orang yang sakit hati kalau memang mereka punya penyakit hati. Harus bisa disebutkan secara spesifik siapa dia.
"Oke aku sudah bilang semua yang Anda tanya tadi, berarti sudah bisa pergi sekarang." Azura ingin menyelamatkan diri.
"Enak saja!" Al menyeringai. "Jangan kira kamu bisa selamat sebelum bisa menunjukkan siapa orangnya."
"Aku tadi sudah mengaku salah."
Al menggeleng. Dia menunjukkan sisi iblis dalam dirinya. "Tidak segampang itu, Nona. Kamu harus diberi pelajaran!"