Seolah tidak mendengarnya, Mo Shenbai tetap mengoleskan obat ke Xu Youyou dengan tenang, setelah itu menutup lukanya dengan plester besar.
Begitu plester itu selesai di tempel, rasanya sedikit gatal hingga Xu Youyou refleks mengangkat tangan ingin menyentuhnya. Namun, sebelum ujung jarinya berhasil menyentuh luka itu, tangan seorang pria telah lebih dahulu menggenggamnya. Suaranya terdengar berat, "Jangan menyentuhnya."
"Oh." Xu Youyou menurunkan kembali tangan kecilnya dengan malu.
Sementara Xu Jialu sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak berjalan mendekat lalu mendorong paksa Mo Shenbai menjauh, "Apa yang sedang kamu lakukan? Bukannya kamu punya fobia dengan wanita, kamu akan merasa mual dan sakit perut. Kenapa kamu justru menyentuh adikku!!"
Mata jernih Xu Youyou berkilat kaget seraya menatapnya dengan bingung.
'Dia … punya fobia wanita?'
Saat pertama kali mereka bertemu, jelas-jelas dia mengambil inisiatif untuk memegang Xu Youyou yang akan jatuh.
Xu Jialu menatap Mo Shenbai curiga, "Kamu tidak berpura-pura, kan?"
Mo Shenbai tidak terganggu sedikit pun dengan ucapan Xu Jialu terhadapnya, dia berkata dengan nada acuh tak acuh, "Aku meminta sopir untuk mengantarnya ke kampus."
Dengan kata lain, kecelakaan Xu Youyou ada hubungannya dengannya, sehingga wajar baginya untuk menjaganya.
Xu Jialu mendengus. Dia menundukkan kepala sambil berkata pada Xu Youyou, "Ayo, pulang bersamaku."
Xu Youyou segera menggelengkan kepala, "Ayah dan Ibu akan khawatir jika aku pulang dengan keadaan seperti ini. Aku akan pulang beberapa hari lagi."
Karena dia tumbuh besar di pedesaan bersama sang nenek, orang tuanya selalu memperlakukannya dengan hati-hati dan sopan setiap kali dia di rumah.
Ibu selalu menatapnya dengan rasa bersalah.
Dia tidak suka perasaan sejenis ini. Akhir-akhir ini, dia merasa sangat senang tinggal di Villa Bulan. Dia tidak ingin pulang, apalagi membiarkan orang tuanya melihat luka di dahinya sekarang. Jangan sampai mereka merasa lebih bersalah dan tertekan.
"Memangnya mereka tidak akan khawatir jika kamu tidak pulang?" Xu Jialu mengulurkan tangan untuk mencubit pipinya, "Apakah kamu tahu bahwa Ibu membicarakanmu setiap hari di rumah!"
Sebenarnya, dia tidak terlalu kuat mencubitnya, tapi karena dahi Xu Youyou sedang terluka, jadi rasanya sedikit nyeri, "Kak, sakit…."
Xu Jialu dengan cepat melepaskan tangannya sambil berkata, "Dengarkan aku, ayo pulang denganku! Kamu baru keluar rumah selama beberapa hari, dan kepalamu sudah terluka. Mungkin kamu akan mati jika tinggal lebih lama di sana."
"Kakak….." Xu Youyou mendekap lengannya seraya bertingkah manja.
"Sekalipun kamu memanggilku ayah hari ini, itu tetap tidak akan berhasil. Ayo pulang." Ujar Xu Jialu dengan kejam.
Xu Youyou terdiam, bibir pucatnya mengerucut dengan lembut. Wajah bulat mungil itu tampak merajuk, sementara matanya menatap Xu Jialu dengan berkaca-kaca.
Akhirnya, Xu Jialu pun berhasil dikalahkan olehnya. Dia menghela napas, lalu berkata, "Oke, oke, oke. Pulanglah saat kamu sembuh."
Lantas Xu Youyou dengan cepat tersenyum, kemudian berkata dengan suara manis, "Terima kasih, Kakak."
"Apa gunanya ucapan terima kasih. Kantongku sedang kering sampai-sampai kamu bisa mendengar suara tiupan angin utara dan musim gugur dari dalamnya." Ujar Xu Jialu sambil menghela napas.
Xu Youyou sudah tahu hal ini sejak awal. Dia mengambil ponselnya, membuka WeChat dan mentransfernya 10.000 yuan.
"Beritahu aku saat sudah habis."
Xu Jialu langsung tersenyum kegirangan saat menerima bentuk 'cinta' dari sang adik. Dia berkata, "Oke! Beristirahatlah dengan baik hari ini. Jangan masuk kampus sebelum cederamu sembuh. Dan, aku akan mengantar jemputmu setiap hari nanti!"
Xu Youyou mengangguk dengan patuh.
Mo Shenbai berdiri di samping, menatap marah pada Xu Jialu karena berani meminta uang pada adik perempuannya sendiri.
Xu Jialu berbalik dan menatap Mo Shenbai penuh arti.
Mo Shenbai meminta Xu Youyou untuk menunggu di bangsal, sementara dia berjalan keluar bangsal bersama Xu Jialu.
Di koridor, kedua orang itu berdiri di depan jendela, sinar keemasan matahari menembus melalui kaca dan menimpa keduanya.
Mo Shenbai meliriknya, "Sejak awal aku sudah tahu kalau kamu tidak tahu malu, tapi aku tidak pernah menyangka kamu ternyata sangat tidak tahu malu."
'Kamu bahkan memeras uang saku gadis kecil itu.'
Xu Jialu balas meliriknya, "Memangnya kamu tahu apa! Kami adalah kakak beradik yang saling menyayangi!"
Dia berkata sambil merogoh kotak rokok di sakunya kemudian mengeluarkannya. Begitu dia ingin menyalakannya, dia langsung teringat bahwa di rumah sakit dilarang merokok.
Pria itu kemudian bersandar di pagar sebelahnya, menjilat bibirnya yang kering dengan ujung lidah, lalu berkata kasar, "Lao Mo, aku tidak peduli meskipun kamu membantu adikku di pesta pernikahan hari itu. Aku tidak ingin terlibat dengan masalah keluarga Mo kalian. Tapi, kalau sampai ada yang mengincar adikku lagi, maka jangan salahkan aku kalau bersikap kasar padamu!"