"Berapa kau bayar nona cantik ini, bocah?" tanya Toby pada Bagas.
"Lima ratus juta. Dua hari tiga malam!"
"Apaahh? Lima ratus juta?" seru Ketty.
Bagaimana bisa tubuhnya di jual semahal itu oleh Madam Olive pada keempat pria itu sementara dirinya hanya di bayar dengan dua ratus juta untuk dua hari tiga malam ini.
'Madam Olive berengsek. Gue cape-cape melayani keempat pria ini sementara lo seneng-seneng dengan uang yang besar itu!' batin Ketty bergerutu.
"Aaahh… tuan…" pekik Ketty terkejut saat pucuknya di tarik kencang seraya membangunkan dari lamunanya.
"Kamu layani saja kami. Biar aku nanti yang akan mengurus uangmu pada Madam Olvie. Kamu di sini di kasih tidak sesuaikan?" tanya Andreas yang dianggukan Ketty.
Pria itu begitu peka padanya karena uangnya tak sesuai untuk memuaskan para pria di depannya itu.
"Diam mu berarti kamu setujukan cantik? Jadi bisakah kita mulai sekarang?" bisik Toby menatap gemas pada mainan barunya ini.
Ketty menghela napas pasrah. Demi uang, demi pengobatan putrinya yang tengah sakit keras, Ia merelakan tubuhnya di masuki kedua pria secara langsung.
Kedua pria bernama Toby melumat bibirnya dnegan kasar, bersamaan dengan Marcus yang mulai mendekat bermain dengan dua bukit indah milik Ketty sedangkan Jordan hanya diam menatap seolah menunggu giliran.
Andreas dan Jordan duduk dengan santai menatap kedua aksi temannya yang sudah bergerak, sembari menyesap wine, namun anak matanya menatap Darren yang berada di dapur menatapnya dengan helaan napas lagi dan lagi.
"Sebenarnya malam ini hanya ada dua wanita."
"Benarkah?" tanya Jordan menatap Andreas yang begitu santai menyesap wine.
Pria itu mengangguk pelan. "Tadi sore supirku menjualnya. Dia bilang masih tersegel!"
"Lalu kenapa kau tidak keluarkan wanita itu?"
"Aku akan mengeluarkan wanita itu untukmu dan juga Mr Lonley. Bagaimana apa kamu setuju?" tanya Andreas pada Darren.
Pria itu menyudahi makan malamnya dan ikut bergabung duduk di ruangan tengah.
"Bagaimana Mr Snow. Apa kamu bersedia? Kalau tidak biar untukku," jawab Jordan dengan kekehan.
"Apa kamu tidak ingin bercinnta malam ini dengan wanita?" tanya Toby pada ketiga teman-temannya di depannya.
"Kau duluan saja dengan Marcus. Biar nanti aku terakhir," jawab Jordan.
Mata Jordan kini menatap Dareen.
"Apa wanita itu cantik?"
"Aku belum melihatnya."
"Bagaimana kamu belum melihatnya tapi sudah membelinya. Mr Snow ini oranganya pemilih. Kalau tidak cantik dia tidak mau sekalipun masih tersegel juga," kekeh Jordan menyidir Darren.
"Tapi kalau Mr Lonley? Aku tidak yakin kalau pria itu mau bercinta dengan wanita lain selain dan bukan dengan wanita sombong itu!"
Andreas langsung terdiam mengetahui satu temannya yang aneh.
"Mr Lonley itu selalu kesepian seperti nama julukannya, punya orang yang dicintai tetapi merasa hidupnya sendiri.
"Setia pada satu wanita sombong itu yang membuatnya bodoh!" sambung Jordan tau dengan kebiasaan temannya yang tergila-gila dengan satu wanita yang sudah sepuluh tahun ini bersamanya, tanpa status yang pasti.
Marcus dan Toby yang mendengarkan pembicaraan itu mengangguk setuju sementara Darren hanya diam memainkan ponselnya, tak ada pemandangan yang lebih baik selain memandangi ponselnya karena pandangannya di sekitarnya di cemari oleh aksi bejad kedua temannya itu.
"Pengamanmu jangan lupa dude," ujar Andreas seraya melempar beberapa pengaman pada kedua temannya yang sudah membuat wanita itu polos.
"Kau tidak akan ikut bergabung?" tanya Toby.
"Kau saja dulu," jawab Andreas.
"Lalu bagaimana dengan playboy Italia. Apa kau tidak akan ikut bergabung juga bersama kami?" tanya Toby kembali.
"Aku akan menyusul kalian," ujar Jordan.
"Apa kamu siap aku akan memperawani your ass?" lirih Toby pada Ketty.
Ketty menghembuskan napas dalam lalu mengangguk pelan. Bukan lembahnya yang pertama pria itu minta untuk di masuki. Tapi bagian belakang yang sempit yang akan di masuki dengan adiknya yang besar.
"Ingatlah My Kitty, namaku Toby orang yang pertama memberikan sensasi yang luar biasa ini. Kau pasti akan ketagihan honey," ujar Toby sembari tersenyum hangat seraya menekan sang adik yang gemuk masuk ke dalam sebuah lubang yang sangat kecil.
Ketty mengeryit menahan sengatan yang begitu menyakitkan, sebening cristal pun jatuh menahan air mata yang hedak berderai, bersamaan dengan Ketty memegang kedua lengan Toby sekalipun pria satunya memberikan sentuhan lembut degan menyesap satu pucuknya.
Tapi sengatan menyiksa ini tidak dielakan. Sangat sakit dan ini sungguh kejam.
Jordan diam melihat raut wajah Ketty yang menatap dirinya dengan air mata. Jordi tahu kalau itu pasti akan sangat sakit.
"Hai dude! Pelanlah kasihan dia belum terbiasa bermain seperti itu. Seharusnya kau gunakan dulu dengan jarimu untuk membuka lubangnya.
"Bukan dengan adikmu yang gemuk itu!" decak Jordan rasanya dirinya tidak tega melihat wanita itu diperlakukan seperti itu.
"Aku sudah pelan, dude. Sakit kah?" tanya Toby menangkupkan kedua wajah Ketty yang benar menangis.
Toby menghapus air mata Ketty dan mengecup lembut keningnya.
Ketty diam tidak menjawab, ia hanya menatap menahan sakit karena adiknya yang gemuk itu masih berada di sana.
"Tahanlah sebentar, hanya sementara sakitnya. Tetapi nanti juga tidak akan sakit malah nikmati," bisik Jody melumat bibir Ketty.
"Astagaa…"
"Kalian benar-benar binatang yah?" seru Mr Lonley yang baru saja tiba harus melihat pemandangan yang menjijikan di depan matanya.
"Hai Dude… bergabulah bersama dengan kami," ujar Maecus dengan cengiran.
Mr Lonley itu hanya menghela napas panjang sembari duduk di sofa panjang. Punggungnya yang lebar itu di sandarkan dan menatap ke arah lain dengan mimijit keningnya yang terasa pusing.
Sudah lelah dengan aktivtasi keseharianya yang menguras tenanganya. Tapi niat hatinya ingin melapskan lelah dan penatnya malah harus di suguhkan dengan pemandangan yang merusak mata.
"Apa kau tidak ingin gabung?" tanya Andreas pada kedua pria di depannya.
"Tidak. Tolong ambilkan saja air mineral An untukku. Aku tidak ingin wine atau apapun," pinta Mr Lonley.
Sebenarnya Mr Lonley ingin sekali menegur teman-temannya tak tak manusiawai itu. bercinta berempat dengan ketiga pria tengah menyalurkan hasratnya pada wanita yang meringis kesakitan bahkan menangis.
"Oh—ya. Aku punya barang baru untuk kalian Mr Lonley. Ini masih tersegel. Apa kamu mau?" bujuk Andreas seraya memberikan sebotol air menineral pada Mr Lonley.
Pria itu tak menjawab, jelas dirinya akan menolak akan hal itu. Dia sudah memiliki seseorang yang dicintainya, bila ingin bercinta pun tentunya dengan wanita yang sangat dicintainya.
"Hai… saudaraku bersenang-senanglah malam ini jangan memikirkan pekerjaanmu. Aku tau kamu lelah!"
Andreas meminta kedua bodyguardnya untuk membawa wanita yang sore tadi supirnya itu memberikan wanita yang ingin bekerja padanya untuk menghangatkan di setiap malamnya.
Aretha meremas kedua tangannya erat, jantungnya berdegup kencang seiringi langkah kakinya berjalan mengikuti pria bertubuh besar tersebut.
Aretha yang sejak tadi berjalan menunduk hingga kini langkahnya terhenti tepat di depan banyak orang di depannya.
Aretha tak berani mengangkat wajahnya untuk memandangi orang-orang yang berada di depan sana. Namun hati dan anak matanya bergerak bersamaan ketika mendengarkan ringisan kesakitan.
Aretha langsung menolek lalu mendelik kaget melihat keadaan Ketty yang mengenaskan.
"Itu dia datang… Bagaimana menurut kalian?" tanya Andreas pada Darren dan juga Mr Lonley.
Andreas mendengus karena kedua pria itu seolah kompak dengan gawainya sama sekali tak melihat wanita cantik yang berada di depannya sementara Aretha masih termangus dengan degupan jantung yang seolah hendak copot melihat kebrengsekan ketiga pria di sampingnya itu.
'Ya Tuhan begitu sadisnya pria itu memperlalukan wanita? Ketty begitu kesakitan tapi mereka tak berhenti,' batin Aretha.
"Hai… kemarilah," ujar Andreas seraya membangunkan Aretha dari lamunanya yang memandangi temannya itu.
Dengan tubuh yang bergetar hebat, Aretha berjalan pelan mendekat dengan sebelah tangannya menutupi bagian atasnya yang terekspors.
Darren pun mengangkat wajahnya untuk melihat wanita pilihan Andreas, wanita cantik mengenakan lingerie.
"Itu wanita untuk kalian? Bagamana menurut kalian, cantik bukan?" tanya Andreas pada kedua temannya.
Kedua mata Andreas tak lepas menatap kedua pria itu, sekalipun Darren kini mau mengangkat wajahnya dan memandangi wanita di depannya terseut.
Tapi bagaiman dengan Mr Lonley?
Pria itu tetap terfokus pada layar ponselnya. Jangankan menatap, dilirik juga tidak.
"Siapa namamu?" tanya Andreas.
"Aretha."
"Nama yang cantik sama seperti orangnya cantik juga. Baiklah siapa yang mau mencobanya terlebih dulu?"
Darren diam, meski kedua matanya menatap penuh minat. Apa algi wanita di depannya itu terlihat begitu polos dab bahkan menarik untuk menghangatkan malamnya.
Darren menoleh ke samping di mana pria yang di juluki Mr Lonley itu masih menatap layar ponselnya.
"Dude mau kau dulu atau aku dulu?" tanyanya.
Pria itu masih sama, diam dan tak menjawab. Pada akhirnya Darren bangun dari duduknya setelah yakin diamnya Mr Lonley itu tidak tertarik.
Darren tersenyum tipis menatap wanita yang mendelik terkejut.
"Baiklah. Sepertinya tidak buruk juga berpesta malam in dengan wanita pilihanmu, thank's ya bro," ucap Darren.
Aretha mundur selengkah. Namun gerak cepat seseorang membuat Areletha memekik keras ketika tubuhnya tiba-tiba saja di gendong oleh seseorang seperti memanggul karung beras.
"Haaaahhh…" terik Aretha terkejut.
Darren dan Andreas saling bertatapan dengan kedua wajah mereka terkejut melihat siapa yang pada akhirnya membawa wanita itu?
"Ada apa dengan Mr Lonley?"
"Bukannya tadi tidak berminat?"