Chereads / Sister Prostitution for Your Money (21+) / Chapter 8 - Menghibur Kaori

Chapter 8 - Menghibur Kaori

Setelah berbicara panjang lebar dengan seorang dokter yang menangani kelahiran mendiang Ayaka, akhirnya Keiko dan keluarga bisa membawa pulang adik Kaori ke rumah mereka. Shiina yang melihat bayi di pangkuan ibunya terlihat sangat senang dan berulang kali ia melihat wajah bayi itu. Sementara Kaori sendiri terlihat enggan untuk melihatnya.

Suami Keiko menyetir mobil dari rumah sakit hingga tiba di rumah. Tak banyak percakapan yang terjadi saat di perjalanan pulang karena Keiko sendiri cukup ragu untuk berbicara dengan Kaori yang sedari tadi diam saja. Hanya suara Shiina saja yang membuat suasana di dalam mobil tidak begitu sepi. Ia terus berbicara, mengajak bayi mungil itu berbicara banyak hal walau tanpa balasan. Hingga pada akhirnya, mereka pun tiba di rumah dan segera keluar dari dalam mobil.

"Kaori!" panggil Keiko ketika Kaori hendak pergi ke kamar. Anak itu membalikkan badan lalu menghadap Keiko yang kini berdiri di depan pintu masuk rumah.

"Apakah kau tidak ingin menggendong imouto-chan?" tanya Keiko sembari menyodorkan adik Kaori yang sedari rumah sakit hingga tiba di rumah berada di pangkuannya. Dengan pelan dan memasang raut wajah masam, Kaori menggelengkan kepala. Lalu membalas jika dirinya tidak mau menggendong sang adik. Apa yang diucapkan anak itu membuat Keiko saling berpandangan dengan suaminya.

Shiina yang mendengar hal itu pun bertanya, "Memangnya kenapa?"

Namun pertanyaannya tidak dihiraukan oleh Kaori yang sedari tadi menundukkan kepala. "Lihatlah! Adikmu itu sangat cantik, mirip seperti Ayaka-san," lanjut Shiina sembari menunjuk adik Kaori.

"Apakah kau membenci imouto-chan?"

Tiba-tiba saja, suami Keiko yang bernama Jirou bertanya seperti itu. Kaori menatap ke arahnya, kemudian ia menjawab, "Dialah penyebab Okaa-san meninggalkanku!"

Tentu apa yang dikatakan anak perempuan itu membuat Keiko, Jirou dan Shiina terkejut. Segeralah Keiko membantah apa yang Kaori katakan. Ia berkata, "Kau salah besar, Kaori-chan! Kematian Ayaka-san itu sudah menjadi takdir dari Kami-sama. Kau tidak bisa menyalahkan imouto-chan yang tidak tahu apa-apa ini."

"Mungkin sekarang kau tidak akan mengerti jika kita jelaskan penyebab kematian Ayaka-san. Hanya saja, kau tidak boleh menyalahkan imouto-chan." Jirou ikut berbicara. Sama seperti Keiko, ia juga tak mau Kaori membenci adiknya. Kaori hanya berdiam diri setelah Jirou mengatakan hal seperti itu.

"Untuk membuatmu senang, bagaimana jika kau dan Shiina ikut denganku? Aku akan mengajakmu membeli sesuatu," ajak Jirou. Ia hanya berusaha membuat suasana hati Kaori kembali ceria. Ia tak ingin melihat Kaori murung di setiap waktu. Ia tahu betul jika saat ini Kaori hanya sedang mengalami kesedihan akibat ditinggal pergi sang ibu untuk selamanya. Jirou juga sudah pernah mengalami hal yang sama beberapa tahun lalu ketika ia ditinggalkan oleh ayah dan ibunya secara bersamaan. Hal yang selalu ia lakukan agar tak bersedih yaitu membeli makanan yang enak tanpa melihat harga. Hal tersebut juga akan ia lakukan untuk membuat Kaori tersenyum.

Mendengar ajakan sang ayah, Shiina sangat kegirangan, ia pun menarik tangan Kaori dan meminta temannya itu untuk pergi bersamanya. Kaori menganggukkan kepala, kemudian Jirou pun membawa kedua anak itu ke sebuah kedai yang menjual berbagai macam jajanan dan makanan enak. Sementara Keiko ditinggal seorang diri di rumah, mengurusi adik Kaori yang tengah tertidur pulas.

Jirou membelikan Kaori dan Shiina banyak makanan di antaranya, melonpan, korokke, taiyaki, dan kakigori. Semua makanan itu dimakan bersama Shiina di ditempat mereka membelinya. Sementara Jirou hanya membelikan korokke dan takoyaki saja untuk Keiko yang berada di rumah. Kaori nampak bersenang-senang bersama Shiina dan Jirou selama mereka pergi berburu makanan. Bahkan ia sudah lupa akan rasa kesalnya kepada sang adik. Ia terus tertawa bersama kedua orang itu. Lalu ketika perjalanan pulang, tiba-tiba saja Jirou berkata kepada Kaori, "Kaori-chan, aku sudah berusaha membuatmu kembali tertawa, Shiina pun sudah melakukan hal yang sama seperti apa yang ku lakukan. Sekarang giliranmu berusaha untuk menerima kehadiran imouto-chan di tengah keluarga kami. Mau bagaimanapun, Ayaka-san telah berusaha mengeluarkan imouto-chan walau pada akhirnya ia harus meninggalkan kami semua. Kau harus tahu jika semua yang telah terjadi sekarang bukanlah kemauan kami, bukan kemauan para dokter dan perawat, bukan kemauan Ayaka-san, bahkan imouto-chan juga tidak mau jika Ayaka-san meninggalkannya karena ia masih sangat kecil dan sangat membutuhkan air susu ibu untuk perkembangan tubuhnya. Aku tahu mungkin sangat berat untukmu menerima kehadirannya, terlebih ia terlahir di hari Ayaka-san meninggal dunia, tetapi semua itu sudah menjadi takdir yang telah diberikan oleh Kami-sama. Seharusnya kau tidak boleh membenci imouto-chan. Bisa jadi, Kami-sama menyelamatkan nyawanya sebagai pengganti Ayaka-san. Walau terasa tidak sama, setidaknya kau tidak akan merasa sendirian di masa depan nanti."

Ucapan panjang lebar yang Jirou katakan membuat Kaori menangis dalam diam. Shiina yang duduk di sampingnya hanya bisa menatapnya dengan raut wajah sedih, ia tidak tahu hal apa yang bisa ia lakukan untuk membuat Kaori tak menangis lagi.

Tiba-tiba saja Jirou menghentikan mobilnya, tanpa berbicara, ia keluar dari pintu kemudi dan berpindah ke pintu belakang sebelah kanan, dimana Kaori tengah duduk di sana. Ia memperhatikan anak itu sembari berucap, "Aku yakin kau akan menjadi anak yang hebat setelah ini jika kau mau menerima keadaan sekarang. Kau harus yakin jika kau mampu melewati semuanya. Kau tenang saja, aku, Shii-chan dan Keiko, bahkan imouto-chan akan selalu berada di dekatmu. Aku pastikan kau tidak akan pernah sendirian."

Kaori hanya diam dengan menatap ke arah Jirou. Ia menatap lelaki itu dengan wajah sendunya. Jirou yang melihat tatapan Kaori dibuat tidak tega. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari memikirkan perkataan yang bisa membuat Kaori tersenyum dan bisa menerima keadaan ini.

Tak lama ia kembali menatap ke arah Kaori dan menjanjikan jika Kaori akan bersekolah di sekolah yang sama seperti Shiina karena memang sebelumnya Shiina tidak bersekolah. Ayaka tidak memiliki uang banyak untuk dapat menyekolahkan anaknya. Jirou mengatakan hal tersebut sembari tersenyum. Kaori yang mendengarnya juga ikut tersenyum. Perlahan ia menganggukkan kepala, kemudian mereka berdua saling berpelukan. Shiina yang melihat hal itu juga senang. Ia merasa jika ayahnya adalah orang yang sangat hebat sehingga bisa membuat senyum Kaori mengembang.

Setelah itu mereka semua kembali ke rumah. Setibanya di sana, rupanya adik Kaori tengah menangis dan tangisannya tak mau reda. Jirou segera meminta Keiko untuk bergantian menggendong adik Kaori setelah ia menaruh makanan yang ia beli untuk istrinya. Namun ternyata, adik Kaori masih saja menangis. Tentu mereka berdua mulai kebingungan.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.