Arais cemas. Dalam laptop, HP dan juga file itu, berisi hal-hal penting tentang bisnisnya yang baru berkembang. Dia akan perjuangkan sekuat tenaga agar apa yang dia miliki tidak hilang begitu saja.
"Kembalikan HP-ku, laptop, juga dokumen penting itu. Aku tidak akan memaafkan kamu kalau terjadi apa-apa dengan barang-barang berharga milikku!"berang Arais, terus berontak agar bisa lepas dari kungkungan para begal itu.
Bukannya takut, begal itu malah tersenyum penuh kepuasan. Dia pikir Arais tidak akan bisa melawan anak buahnya, ada banyak orang yang dia bawa dan dia tidak mungkin bisa menghadapinya.
"Kamu mau barang-barang ini? Silakan ke sini. Aku hitung sampai tiga, kalau dalam hitungan ketiga kamu tidak bisa mengambil barang-barang ini dari tanganku, maka aku akan menghancurkannya!" Begal itu tersenyum penuh kemenangan karena dia sudah mendapatkan titik kelemahan Arais.
"Lepasin tanganku! Kalian akan menyesal karena sudah berurusan denganku," sulut Arais, tidak putus asa melepaskan tangannya dari begal itu.
"Kamu tidak akan bisa lepas dari anak buahku, Tuan Arais yang terhormat. Siap-siap saja Anda akan menerima kekalahan Anda. Satu, dua, tiga." Begal itu mulai menghitung dengan pelan.
Wajah Arais kini sangat garang, walaupun cekalan tangan begal itu sangat kuat, Arais tetap berusaha agar bisa melepaskan diri dari begal itu. Kalau sampai handphone, laptop dan juga berkas itu rusak tamatlah riwayatnya.
Arais menginjak kaki begal itu, lalu dia memukul perut dengan sikunya. Ketika begal itu kesakitan, dia berbalik dan menedang wajah begal itu sampai begal itu terjatuh ke tanah.
"Hiya, rasakan ini." Setelah cukup lama berusaha melepaskan diri akhirnya, Arais bisa melampiaskan rasa kesalnya.
Begal itu meringis kesakitan sambil memegangi bibirnya yang berdarah, secepat kilat Arais pun berlari untuk menyelamatkan tiga barang berharganya.
Hp, dokumen penting dan laptop itu sudah terlepas dari tangan pimpinan begal. Dia benar-benar sudah berniat untuk merusak tiga benda berharga milik Arais.
Arais meluncur ke bawah agar bisa menerima ketiga barang yang akan dihancurkan oleh ketua begal. Walaupun dia harus kotor dan sakit di bagian punggung akibat terkena gesekan dengan aspal, karena akan menyelamatkan ketiga benda-benda berharga miliknya, dia tidak mempermasalahkannya. Yang penting baginya adalah barang-barang berharganya selamat dan tidak rusak sama sekali.
"Syukurlah masih bisa aku selamatkan." Arais menerima barang itu tepat pada waktunya. Ketiga tiga barang itu dalam dekapannya, Arais segera melayangkan pukulan pada begal itu dan begal itu pun tersungkur ke tanah.
Miraela yang masih dalam cekalan anak buah begal, bersorak kegirangan. "Ayo Arais kalahkan mereka. Tunjukkan kalau kamu itu hebat, Arais." Miraila bersorak seperti anggota cheerleader yang menyemangati peserta lomba.
Arais pun tanpa ampun terus memukuli begal itu, tentunya setelah dia menyelamatkan tiga benda berharganya yang telah dia taruh di tempat yang aman.
Emosi yang meluap-luap membuat Arais gelap mata. Berkali-kali dia memukul wajah, perut dan juga kaki begal itu sampai begal itu babak belur. Namun Arais masih belum puas, dia terus saja memukulinya.
Anak buah begal itu pergi setelah melihat bosnya terkapar tidak berdaya akibat bogem mentah dari Arais. Perlahan mereka mengendurkan tangannya dari Miraila dan Dony, kemudian mulai menjauh dari mereka bertiga. Bahkan, bosnya sendiri ditinggalkan begitu saja.
"Hei, kalian mau ke mana? Kalian takut, ya, makanya kabur? Hus, sana-sana kabur," cibir Miraila saat tangannya tak lagi dipegangi oleh anak buah begal itu. Dia mengusir anak buah begal itu agar pergi menjauh dari mereka bertiga.
Doni mendekati Arais. "Anda tidak apa-apa, Pak Aris? Sudah, Pak. Laporkan saja dia ke polisi biarkan pihak polisi yang menangani kasus ini," saran Doni sambil melerai pertikaian itu.
Walaupun Doni merasa tenang karena sudah bebas dari begal, ada rasa takut ketika melihat begal itu sekarat di tangan Arais. Dia tak mau Arais terkena masalah. Doni pun berusaha menghentikan tindakan Arais.
"Awas kamu, ya, kalau kamu berani macam-macam denganku lagi. Aku akan membuat hidupmu jauh lebih menderita dari sekarang!" hentak Arais kesal. Terakhir kalinya dia memukul kaki begal itu, lalu meninggalkannya sendirian terkapar di atas tanah.
Miraila menyambut kedatangan Arais yang dirangkul oleh Doni. "Kamu gak pa-pa, kan? Aku takut kamu kenapa-kenapa. Gak ada yang luka, kan? Gak ada yang sakit, kan?" cecar Miraila cemas, dia memandangi seluruh bagian tubuh Arais untuk memastikan kalau orang yang dicintainya tidak sakit apapun.
"Aku gak pa-pa. Lebih baik sekarang kita pergi di sini. Tempat ini gak aman," ajak Arais. Setelah dia mendapatkan tiga bendaberharganya, langsung mendekati mobilnya yang berada tak jauh dari mereka berdiri.
Tanpa disadari, begal itu mulai bangun dan mengumpulkan tenaga. Dia tidak terima karena sudah dikalahkan. Begal itu pun mengambil senjata api yang sudah dia siapkan di dalam saku. Pelan-pelan begal itu mengintai dan membidik Arais yang sedang berjalan menuju mobilnya.
Miraila sudah sampai di mobil dan ingin membuka pintu belakang mobil, saat itulah dia melihat kalau begal itu akan menembak Arais.
Miraila langsung berlari dan memasang tubuhnya untuk melindungi Arais dari peluru itu.
"Awas!" teriak Miraila sambil meregangkan kedua tangannya.
Begal itu sudah siap dengan pistol yang sudah ditarik pelatuknya. Tanpa pikir panjang dia pun menembak sasarannya.
Dor
Terdengar suara letupan yang sangat keras. Arais yang belum siap menghindar, langsung kaget dan melihat ke arah Miraila.
Miraila berdiri di depan Arais, tetapi Arais merasa takut. Dia pun mendekat.
"Miraila, kamu gak pa-pakan?" tanya Arais. Kemudian melihat ke depan. Arais sungguh kaget saat melihat dada atas Miraila berdarah.
Arais langsung berlari ke arah begal itu, kemudian dia menendang pistol yang ada di tangan begal itu. Dengan geram, Arais memukul begal itu dengan membabi buta.
"Berani sekali kamu menembak dia. Rasakan ini," bentak Arais terus memukul wajah begal itu. walaupun begal itu sudah tidak berdaya, Arais terus memukulinya sampai puas.
Dony tak menyangka kalau perempuan itu akan rela mengorbankan nyawanya untuk Arais. Merasa kasihan dan takut dia memapah tubuh Miraila yang lemas dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Lalu Dony memanggil Arais. Jika mereka ke rumah sakit sekarang akan lebih bagus, daripada mengurus begal itu.
"Pak Arais. Hentikan, Pak. Lebih baik kita ke rumaha sakit sekarang. Nona Miraila kehabisan banyak darah, takutnya dia tidak selamat Pak Arais," teriak Dony.
Arais pun melepas begal itu kemudian menyusul Dony ke mobil. Dony yang sudah ada di dalam mobil sedang memegangi tubuh Miraila, Arais mengalah untuk menyetirnya. Dalam keadaan panik, Arais melajukan mobil dengan kecepatan penuh. Sampailah mereka di rumah sakit terdekat.