"Dasar anak muda." Genta geleng-geleng kepala memberikan komentarnya. "Ya sudah, jangan terlalu khawatir, besok akan aku bicara dengan dia."
"Memangnya mas besok udah pulang?"
"Udah," tidak lupa Genta menganggukkan kepalanya meskipun adiknya itu belum tentu bisa melihat ekspresinya. "Ayah dan anak itu hanya tidak bisa berkomunikasi dengan baik aja. kamu tahu putera kalian itu selalu memiliki jiwa membangkang dari dulu. Enggak bisalah main kasar gitu aja."
"Tolong ya, Mas!"
Genta menarik nafasnya. "Tapi kamu bilang sama Abraham. Dia harus berjanji apapun keputusan Ezra nantinya Abraham harus menerimanya jika dia jalani dengan keseriusan."
"Iya Mas."
Genta mematikan teleponnya. Dia belum menjadi seorang ayah tapi dia sudah ahli menangani berbagai macam masalah tentang anak. Sebagai pria yang memiliki banyak keponakan, Genta ikutan terbiasa juga membaca pilihan anak muda.
***