Sophie duduk di kursi tengah berpikir melamunkan rencananya. Tangannya mengaduk-aduk makan malam di depannya tanpa ia berselera untuk menghabiskannya. Sophie tengah makan malam bersama keluarganya. Kebetulan orang tuanya tengah berada di rumah dan sedapat mungkin mereka tetap makan malam di rumah selesai beraktivitas seharian.
"Sayang, kenapa kamu malah memainkan makananmu tanpa menyelesaikannya? Itu tidak baik!" tegur sang ibu, Kourtney pada Sophie. Sophie terkesiap dan sedikit kelabakan karena kini semua orang memandangnya termasuk ayahnya. Jonathan memandang Sophie dengan raut yang ketus tanpa senyuman sama sekali seolah tidak ada hal dilakukan oleh putri bungsunya itu selain kesalahan.
"Apa kamu sakit?" tanya Laura yang duduk di sebelah Sophie dengan nada khawatir. Rasanya yang khawatir pada Sophie hanyalah Laura seorang.
"Tidak, aku baik-baik saja, Laura." Sophie menjawab dengan suara yang kecil lalu menunduk lagi.
"Aku sudah selesai!" ucap Sophie berniat untuk mengakhiri makan malamnya dan pergi dari meja makan tersebut.
"Tunggu! Kamu belum menghabiskan makananmu!" tegur sang ayah, Jonathan sambil berpaling menatap Sophie dengan raut wajah tidak suka.
"Aku sudah kenyang ..."
"Kamu benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghormati orang lain ya? Apa aku pernah mengajarkanmu seperti ini? Laura dan Ibumu sudah capek-capek memasak makan malam kita dan menyajikannya tapi kamu malah membuangnya begitu saja dan tidak menghabiskannya!" Jonathan mulai memarahi Sophie atas perilaku manjanya yang suka memilih-milih makanan.
Sophie yang semula berniat hendak pergi jadi mengurungkan niatnya. Ia masih duduk dengan rasa kesal pada ayahnya.
"Dad, mungkin Sophie kurang enak badan sehingga dia jadi tidak berselara makan," ujar Laura menyela untuk membela adiknya.
"Bukannya baru saja dia mengatakan jika dirinya baik-baik saja? Kenapa kamu terus menerus membela Sophie? Dia jadi tidak bisa diatur dan membangkang!" Sophie mendengus kesal dan langsung berdiri. Ia keluar dari meja makan dan berjalan cepat pergi dari ruang makan. Jonathan hanya makin kesal dengan perilaku Sophie yang menurutnya benar-benar tidak beretika.
"Dad, jangan marahi Sophie seperti itu," tegur Laura dengan lemah lembut pada ayahnya.
"Laura, apa kamu tidak melihat seperti apa perilaku Sophie belakangan ini? Dia makin tidak bisa diatur sama sekali. Semenjak dia pulang dari Roma, dia jadi makin membangkang!" tukas Jonathan masih dengan emosinya. Istrinya Kourtney lalu mengusap-usap sisi lengan suaminya agar ia jadi lebih tenang. Laura pun tidak lagi mau mendebat sang ayah. Ia hanya lebih khawatir pada Sophie karena sudah beberapa hari ini, ia terlihat begitu stres.
Sophie yang masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di sisi ranjang sambil memegang kedua sisi kepalanya. Ia menghela napas panjang dan makin stres. Saat Sophie melihat jam tangannya, ia jadi makin tertekan serta takut. Waktunya makin dekat dengan waktunya bertemu dengan pria itu, Cass.
"Apa yang harus aku lakukan? Jika aku tidak datang dia akan menyebarkan video kami," gumam Sophie pada dirinya. Ia memaksa otaknya untuk berpikir dan tidak berhasil. Rasanya seperti buntu dan terus menerus di dera kesulitan yang makin berat.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Sophie bangun dari posisinya dan berjalan mondar-mandir di kamarnya berpikir tentang apa yang mungkin ia lakukan untuk mengatasi Cass.
"Tidak! Untuk apa aku percaya pada dia? bisa saja dia berbohong hanya untuk menakut-nakutiku kan? Huh, aku yakin yang diinginkannya hanyalah uang semata," ucap Sophie pada dirinya. Ia mencoba menenangkan diri dengan menganggap jika Cass adalah pria gila yang tidak punya bukti apa pun.
"Oke, lebih baik aku di rumah saja dan matikan ponsel!" Sophie mengambil ponselnya dan mematikannya total. Ia duduk di sisi ranjang dengan hati yang tidak tenang karena apa yang terjadi.
"Aku harus tenang ... aku harus tenang!" Sophie terus melafalkan pada dirinya berkali-kali. Ia terus menarik napas dan menghembuskannya lalu menariknya lagi.
Sementara itu, Cass sudah masuk ke kamar yang sama saat ia bertemu dengan Sophie beberapa hari yang lalu. Ia mondar-mandir dengan keresahan yang sama sepanjang hari ini. Bahkan tadi saat makan malam bisnis bersama Ares dan Divers, Cass kerap kehilangan konsentrasinya.
"Bagaimana jika dia tahu kalau aku berbohong? Ahh ... apa yang harus aku lakukan?" Cass mulai cemas jika Sophie lebih pintar darinya dan menangkap basah kebohongannya selama ini.
"Tidak! Aku harus berhasil!" Cass kembali menyemangati dirinya.
Ia pun bersiap dan tetap memasang wajah keras dan judes. Tujuannya adalah agar Sophie merasa takut dan akan menurutinya. Cass bahkan berlatih bahasa tubuh yang menurutnya akan mengintimidasi.
"Aku punya videonya! Aku akan mengirimkannya ke semua media sosial dan menyebarkannya. Apa kamu tidak merasa malu?" Cass bicara sendiri dengan sikap ketus tapi aneh dan kaku. Ia sedang berlatih sendirian sebelum Sophie datang.
"Uh ... sikapku sepertinya kurang kejam! Aku harus berlaku kejam padanya, dia gadis yang jahat!" tukas Cass terus bicara pada dirinya sendiri. Ia mulai berdiri lalu mondar-mandir lagi. Resah menunggu Sophie yang belum datang juga bahkan setelah lewat satu jam.
Cass mulai curiga dan terus melihat ke arah pintu kamar. Sepi tidak ada yang mengetuk sama sekali.
"Jangan bilang jika dia lupa punya janji denganku!" ujar Cass mulai mengomel dan terus melihat jam tangannya. Cass masih terus menunggu bahkan sudah lewat dua jam dan Sophie tidak datang juga.
Cass yang kesal karena sudah menunggu lama akhirnya menghubungi ponsel Sophie dan tidak ada jawaban. Gadis itu bahkan mematikan sambungan ponselnya.
"Ahk ... dia sedang mengerjaiku, hah!" hardik Cass begitu kesal dan menggeram. Ia menghubungi lagi dan mengangguk. Sekarang Cass paham jika Sophie ingin menghindarinya.
"Oke ... kita lihat siapa yang menang!" Cass mengomel dan berbalik keluar dari kamar tersebut. Cass harus bisa mendapatkan alamat Sophie dan menemuinya. Gadis itu harus mendapatkan ganjaran dari mengingkari janjinya untuk datang.
Sophie tidak bisa beristirahat dengan nyenyak di kamarnya. Meskipun ia mengabaikan Cass dan tidak menepati janji untuk datang, Sophie malah tidak bisa tidur. Pintu kamarnya tiba-tiba di ketuk oleh seseorang dan Sophie sampai kaget tersentak.
"Oh Tuhan, jantungku ..." Sophie bangun dan duduk lalu ia menoleh ke arah pintu. Laura muncul dengan senyumannya membuat Sophie ikut bernapas lega. Namun. Laura membawa sesuatu di lengan bersamanya.
"Kamu sudah tidur ya?" tanya Laura dan Sophie tersenyum menggelengkan kepalanya. Laura pun mendekat lalu duduk di sisi ranjang Sophie.
"Sophie, aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi aku berharap kamu mau bercerita." Jantung Sophie berdetak kencang gara-gara kalimat yang diucapkan oleh Laura. Wajah Laura seolah berubah jadi sendu.
"A-Aku tidak mengerti ..."
"Apa kamu punya masalah selama ini?" Sophie terdiam sesaat lalu menggeleng. Laura menarik napas panjang dan berat lalu memberikan bunga yang ia pegang pada Sophie.
"Untukmu ..."