"Kalau mau keluar, keluar aja sana!!! Kalau bisa nggak usah pulang sekalia," ujar Nining seolah Amanda tidak anggap lagi. Amanda tidak menanggapi ucapan Nining yang hanya membuat sakit hati. Amanda pergi dengan mata berkaca-kaca hatinya kembali terluka.
Amanda. Sudah sampai dimana dia menyuruh Roy datang. Namun cowok itu belum menunjukan tanda-tanda kedatangannya. Dia bersyukur karena cowok itu belum datang sehingga dia punya kesemptan menangis. Tetapi, tiba-tiba seseorang menarik dan memeluknya.
"Nangis aja sepuasnya, Da."
Amanda kaget namun tidak bis menghindari pelukan Roy. Pelukan ini mengingatkannya pada Rendi. Hangat dan nyaman."ma-maafin gue_"u-udah basahin baju lo," isak Amanda sambil membenamkan wajahnya ke dada Roy.
"Nggak apa-apa, gue punya banyak baju. Lo boleh jdiin baju gue tisu, kok, buat lap ingus lo" balas Roy tertawa.
"Ih nyebelin. Gue punya tisu, kok," Amanda melepaskan pelukannya dan menghindari tatapan Roy. Dia malu dengan keadaan mata yang sembab,
Hidung yang memerah, plus ingus.
"Mana tisu lo coba?"tanya Roy.
"Nih, tunjuk Amanda pada bajunya sendiri. Membuat Roy terkekeh.
"Nih, gue punya tisu." Roy menyodorkan sebungkus, lalu Amanda mengambil tisu itu dan langsung membersihkan kemeja Roy.
"Eh, nggak masalah. Gue mah udah biasa hadapi cewek kalau nangis.
Tapi nggak apa-apa sih, gue dapat bonus juga," goda Roy.
Amanda yang paham dengan ucapan Roy langsung menoyor kepala cowok itu. "Dasar omes.
"Canda kali ." Kata Roy.
Keduanya sama-sama terdiam cukup lama. Amanda yang memikirkan kejadian kembali yang membuat matanya berkaca-kaca sedangkan Roy hnaya diam menatap gadis itu dan menunggu Amanda untuk bercerita.
"Gue bisa percaya sama lo, nggak?"tanya Amanda memecahkan keheningan.
"Hah?" ROy bingung dwngan maksud Amanda.
"Gue bisa percaya sama lo, nggak, sebagai teman yang nggk sebarin kalau nanti gue curhat sama lo?" Tanya Amanda menatap Roy.
"Selama lo percaya sama gue insyaallah, da meskipun lo belum tahu gue, dan gue belum tahu tentang lo, tapi masalah seperti ini sudah biasa hadapi. Teman gue juga dulu pernah kayak lo, dia jadiin gue teman curhat,
Tapi saat itu dia_" Roy menggantungkan ucapannya.
"Dia siapa "tanya Amanda.
"Ah, nggak apa-apa. Maksud gue. Dia yang pernah curhat sama gue merasa hatinya lebih nyaman dan lega karena nggak memendam sendiri,"jawab Roy membuat Roy menganngguk saja.
"Apa orangtua lo pernah pilih kasih antara kalian? Misal orang yua lo lebih menyayangi adik lo dan dia sangat benci sama lo?
Roy benar-benar mengerti masalah Amanda. Nih anak pasti korban pilih kasih orangtuanya, batin Roy.
Roy nenggeleng. "Semua kasih sayang mereka di bagi rata buat gue sama adik gue." Jawab Roy.
"Enak, ya. Keluarga lo. Pasti tiap pagi seru. mama dan Papa lo pasti sayang banget sama adik lo.
Beruntung banget adik lo. Nggak kaya gue, orangtua dan adik gue benci banget sama gue, mereka bahkan nggak anggap gue sebagai anaknya."
"Da." Roy memegang bahu Amanda yang mulai bergetar.
"Mama gue tiap pagi ajak gue berdebat terus, suasana meja makan nggak harmonis, dulu mereka sangat sayang sama gue, tapi mereka berubah dalam sekejap, adik gue sangat licik, dia merebut orang yang gue sayang, dia menghasut semua sahabat gue supaya mereka membenci gue.
Dan orang itu lebih percaya ke adik gue dari pada gue, sahabat mereka.
Dan orang yang gue sayang selingkuh sama adik gue sendiri."Amanda terisak membuat hati Roy sedikit terbesit perasaan aneh, ada rasa tidak suka jika Amanda menangis.
"Gu-gue mohon sama lo, mulai sekarang dan seterusnya gue percaya sam lo, jangan pernah lo jauhi geu kaya mereka. Gue butuh teman, gue nggak sanggup pendam msalah gue,"isak Amanda.
"Iya, gue nggak bakal tinggalin lo, Da," jawab Roy merasa sangat kasiahan terhadap Amanda.
Jauh dari sifat-nya, ternyata Amanda mempunyai masalah seperti itu. Membayangkannya saja Roy tak sanggup, sementara itu Amanda tidak sadar jika diabtelah menyebarkan aib keluarganya sendiri kepada orang yang baru beberpa hari dikenalinya.
"Jangan sebarin soal ini di sekolah, ya," mohon Amanda.
"Iya, gue gue bakal tutup mulut sama masalah lo." Roy bukan tipe orang yang suka menceritakan masalah orang lain, baginya kepercayaan itu suatu yang begitu kuat, maka kalian wajib menjaganya dalam keadaan apa pun.
Roy berpikir kenapa Amanda bisa percaya kepadanya dan langsung menjadikannya teman curhat? Mengapa bukan Nabila dan Irma." Da, kenapa pilih gue jadi teman curhat lo? Kan masih ada Nabila dan Irma?" Tanya Roy.
Amanda juga bingung kenapa harus cowok ini." Gue nggak tahu kenapa bisa pilih cowok nyebelin dan super-nyebelin kaya lo."
Roy terkekeh mendengar jawaban Amanda. Nyebelin begini juga gue ganteng, kan?"
Sejenak Amnda terpana dengan mata Roy. Gue, kok, baru sadar kalau dia ganteng sih, batin Amanda.
"Biasa aja," jawab Amanda cepat.
"Biasa baja tapi, kok, tatap gue kaya terpesona gitu. Sampai tuh pipi kaya kepiting rebus," geda Roy mencolek dagu Amanda.
"Ih, apaan, sih. Dasar cowok nyebelin!!"
Roy tertawa melihat Amanda blushing. Cowok itu berhenti tertawanya dan menggenggam tangan Amanda." Rel, kalau lo punya masalah di rumah, lo boleh, kok, berkunjung ke rumah gue. Nanti gue kenalin sama keluarga gue. Kalau lo butuh gue, tapi saat gue ada, kok, buat lo. Kalau lo merasa kesepian, lo boleh, kok, telepon gue,"kata Roy menatap Amanda.
"Satu lagi, lo jangan benci sama orang yang udah sakiti lo. Mungkin mereka punya alasan kenapa mereka bersikap kaya gitu karena mereka tetap orang tua lo, dan lo bisa selediki dulu kenapa orangtua lo berubah," saran Roy.
Kalimat Roy memang benar, dia harus mencari tahu semua ini." Iya, makasih lo udah luangin waktu buat datang dan dengar gue yang nggak penting ini.sorry, mungkin gue udah ganggu waktu lo.
Roy menggeleng, " nggak masalah, siapa bilang lo nggak penting? Lo itu udah penting buat gue karena sekarang gue udah jadi teman lo. Dan lo nggak ganggu waktu gue, kok," kalimat Roy barusan membuat Amanda tersenyum.
Hatinya lega karena sudah mengeluarkan semua apa yang ada di hatinya.
Amanda berharap Roy, akan menjdi seseorang kepercayaannya, bisa menjaganya di kala dia sedang sedih seperti sekarang ini. Karena hanya Roy tempat bersandarnya saat ini,
Meski awalnya pertemuan mereka sangatlah repot, dan dengan kejailan Roy tapi sebenarnya hati mereka berdua sangatlah baik. Amanda berharap Roy tidak akan pernah berkhinat.
Meskipun Awalnya Amnda sempat Ragu, mempercayai Roy, namun semoga Roy tidak seperti yang Amanda bayangkan.
Dia masih trauma memiliki teman, karena dia takut di khianati lagi oleh temannya lagi.
Amanda yakin Roy adalah orang baik, bukan seperti teman-temannya dulu.