Jemmi tersenyum pada Marissa yang baru saja bangun. Keadaan cewek itu memang sangat memprihatikan. Wajar saja jika Jaya jadi kasihan dengan cewek ini. Akan tetapi Jemmi tetap pada sarannya di awal, bahwa Jaya tidak seharusnya memperhatikan cewek ini terus.
"Eh, ada kamu," kata Marissa dengan suara serak.
"Gimana keadaannya sekarang?" tanya Jemmi.
"Sudah lumayan, dokter bilang besok udah bisa pulang."
"Kira-kira jam berapa?"
"Jam dua mungkin, biasanya dokter ngelakukan pemeriksaan jam segini."
"Biar aku yang antar pulang, mau nggak?" tawar Jemmi, dia melakukan itu bukan untuk membantu Marissa tapi menjauhkan Jaya dengan cewek ini.
"Apa kamu enggak ada urusan lain?"
Jemmi segera menggeleng. "Besok cuma ada kuliah pagi, habis kuliah aku bisa ke sini kok."
Marissa mengerutkan dahinya. "Ini suruhan Jaya ya?"