"Pak Jaya, Pak Jaya." Seila mengejar Jaya yang baru ke luar dari ruang rapat dengan terburu-buru.
"Ada apa?" Jaya menoleh sambil mengecek ponsel, melihat jam yang ada di sana. "Saya buru-buru, ada janji."
Seila mengerutkan dahinya. "Ada janji? Bukannya hari ini, janji Pak Jaya cuma rapat yang tadi?"
"Ini urusan pribadi. Jadi kamu mau apa manggil saya? Mendesak atau enggak?"
"Sebenarnya saya enggak enak menyampaikan ini ke Pak Jaya," kata Seila dengan suara yang dibuat-buat seperti anak kecil.
Jaya hanya menggelengkan kepalanya. "Oke, kalau ini bukan masalah besar. Saya duluan ya."
"Eh, Pak Jaya." Seila dengan beraninya menarik tangan Jaya agar tidak jadi pergi. "Maaf Pak."
"Jadi, apa yang mau kamu sampaikan?" tanya Jaya.
"Bisa saya ikut pulang sama Pak Jaya?"
"Hah?" Kini giliran Jaya yang mengerutkan keningnya. "Ikut pulang sama saya?"
"Iya, Pak. Mobil saya mogok."