Chereads / Putri Topeng Kaca / Chapter 5 - Goodbye, Swanfield!

Chapter 5 - Goodbye, Swanfield!

"AAAAAHH!"

Annie tak mengerti apa yang terjadi setelahnya. Ia sadar ketika merasakan lengan seseorang memeluknya. Keringat membasahi dahinya. Faith terus mengelus-elus punggungnya dengan lembut.

"Annie, kau tak apa?" tanya Faith begitu Annie sudah tenang.

Annie tahu, kutukan itu tak akan pernah bisa hilang. Ia akan terus bersamanya sampai mati. Suatu hari nanti, kejadian itu pasti akan terjadi. Tangannya telah dikutuk untuk melakukan kejahatan.

"Masih jam dua malam. Sebaiknya kau tidur lagi saja," kata Faith.

Annie melihat wajah cantik Faith yang dibingkai dengan rambut ashnya. "Sejak kapan kau kesini?"

"Kau berteriak seperti ada macan yang menerobos kamarmu. Tak mungkin aku tak datang melihat. Lagipula, sudah lama sekali sejak kau berteriak dalam tidur seperti itu."

"Faith, kau begadang lagi, ya?" tanya Annie.

Faith ragu sejenak. Namun sedetik kemudian wajahnya mencerah. "Novelnya Asher Wedgwood tak membiarkan aku tidur sama sekali. Bayangkan, kalau aku menutup mata, aku akan melihat para perompak yang menautkan tali di kapalku, atau perang antara bangsa elf dan manusia serigala. Lebih baik aku bangun saja dan melanjutkan membaca. Aku jadi ingin mempunyai petualangan juga! Aku sangat bosan terkurung di sini."

"Kalau kau bersikap baik, Ibu pasti akan membolehkanmu datang ke Palais Lyle. Tahun depan kamu bisa mendaftar!"

"Kamu pasti mengira kalau aku ingin bersekolah di sana. Tidak sama sekali. Tempat itu akan seperti penjara bagiku. Berjalan dengan tegak, dagu tak boleh ditundukkan, rambut harus dikepang rapi, tak boleh pakai bahasa gaul. Aku tahu peraturan macam apa yang akan diterapkan di sekolah-sekolah semacam itu."

Annie berguling dan menatap mata Faith. "Tapi aku akan segera pergi. Kau harus mengambil posisi sebagai kakak tertua dan menjaga adik-adikmu. Suatu hari nanti, akan datang waktunya kamu bisa punya petualangan sendiri. Bahkan yang lebih seru daripada dalam novel."

Annie dan Faith bercakap-cakap sampai kantuk melanda mereka berdua. Kedua gadis itu pun tertidur.

╰⊰✿´

Saat Annie membuka mata, matahari telah meluncurkan sinar pertamanya. Ia segera membersihkan tubuhnya. Ia membawa kopernya ke ruang tamu, bersamaan dengan hidangan-hidangan yang tengah disiapkan di meja oleh Chlorice dan Blossom. Annie menyadari bahwa menu hari ini lebih istimewa dari biasanya. Daging sapi yang direbus dengan makaroni.

Mr. Russel tiba setengah jam kemudian. Udara di pagi hari membuat pemuda itu terlihat segar. Ia menunggu dengan sabar sementara Annie melakukan perpisahan dengan keluarganya.

Annie berpamitan dengan saudara-saudaranya. Anliela dan Lilibeth menangis, sehingga Chlorice harus menenangkan mereka. Verity mendoakan supaya ia selamat sampai tujuan. Faith memberinya sesuatu, yang dibungkus dalam kain putih, dan menyuruhnya supaya tak membukanya sebelum seratus mil perjalanan tercapai.

Akhirnya, roda kereta pun bergulir ditarik oleh seekor kuda yang gagah. Mr. Russel mengendalikan kuda itu sendiri, jadi ia berada di depan. Annie dan ibunya berada di belakangnya.

Swanfield di musim gugur merupakan pemandangan yang tak kalah menakjubkan dibanding musim semi. Pagar kayu berdiri di sepanjang tepi jalan, melindungi ternak-ternak yang sedang merumput, kalau-kalau mereka terlalu bodoh dan berlari ke tengah jalan. Pohon beech dan aspen di hutan seberang ladang memberikan sentuhan merah dan oren pada pemandangan.

Kuda yang membawa kereta itu berbelok ke arah jembatan batu. Annie memperhatikan sungai Floircrest di bawah yang memantulkan cahaya matahari. Sungai itu begitu jernih, dengan bebek-bebek yang bermain di sana sepuas hati. Ia bertanya-tanya apakah Lylefox juga memiliki keindahan alam seperti ini.

Setelah beberapa saat, akhirnya tibalah mereka di stasiun Fernwick. Annie memeluk ibunya. Mata Mrs. Skylark terlihat berkaca-kaca saat mencium pipi Annie. "Kau pasti akan melakukan yang terbaik kan, Sayang? Ibu akan merindukanmu."

"Tentu saja, Ibu. Aku juga akan merindukanmu."

Mrs. Skylark merendahkan suaranya. "Ibu juga akan menunggu kabar baik darimu. Bagus kalau sekolahmu bisa ikut pesta dansa di istana. Beruntung kalau kamu bisa menarik perhatian pangeran. Ibu belum pernah melihat gadis yang secantik dirimu. Kalau tidak, aku yakin para pejabat-pejabat yang lain juga akan tertarik."

Annie tak percaya ibunya bisa berbicara seperti itu, setelah sebelumnya menyarankannya untuk menikah dengan Mr. Russel, yang tengah menunggu di balik kereta kuda. "Itu di tahun keduaku, Ibu."

"Untuk mencapai hal yang besar, kau harus menyusunnya sedikit demi sedikit. Kabarkan pada Ibu, ya. Kirimkan surat padaku, jangan lupa." Mrs. Skylark mencium pipinya lagi.

"Miss Skylark, semoga studimu berhasil. Aku akan membantu menjaga adik-adikmu selama kau tak ada. Jangan khawatir," kata Mr. Russel.

"Terimakasih banyak! Mereka akan banyak merepotkanmu. Tapi jangan khawatir, aku telah menasihati Faith supaya ia tak bersikap liar lagi. Dah Ibu, dah Mr. Russel!"

Annie menyeret kopernya ke dalam stasiun. Ia telah membeli tiket. Ia harus naik kereta dari Fernwick menuju stasiun Lylefox. Lalu akan berganti dengan kereta khusus Palais Lyle dengan murid-murid lain.

Perjalanan menuju Lylefox tak selama yang Annie bayangkan. Ia turun lagi dari kereta dan terkejut, karena banyak sekali gadis-gadis di stasiun ini yang mengenakan seragam. Blus putih dengan tunik biru tua yang mencapai lutut, dilengkapi kaus kaki panjang. Mereka terlihat amat elegan. Tak salah lagi, mereka adalah murid-murid Palais Lyle!

Kereta itu memiliki delapan buah gerbong. Dindingnya berwarna zamrud dengan tulisan Palais Lyle berwarna emas di atasnya. Annie berjalan mendekati kerumunan gadis-gadis itu.

"Lilliet! Wajahmu semakin berseri, kulihat kamu menikmati liburanmu."

"Dia hanya menghabiskan liburannya dengan melukis di terik matahari. Entah berapa banyak hewan-hewan aneh yang memenuhi bukunya."

Di antara ramainya gurauan murid-murid, beberapa orang guru terlihat kesulitan menarik perhatian mereka. Gadis-gadis itu terlalu senang karena bertemu satu sama lain setelah masa liburan.

"Anak kelas empat, ayo masuk ke gerbong empat!"

Annie mengamati wanita itu sejenak, sebelum melangkahkan kaki ke arahnya. Ia adalah seorang wanita bertubuh tinggi dan langsing, rambut pirangnya digelung di atas kepalanya. Wajahnya pun langsing, dengan kecantikan yang telah dihiasi oleh keriput-keriput halus.

"Permisi, aku adalah murid kelas empat," kata Annie. "Aku murid baru itu―"

Mata wanita itu mengamati Annie lamat-lamat. "Ah, kau murid baru itu. Masuk masuk, silakan duduk dimana saja. Anak-anak nakal itu sepertinya tak punya telinga hingga tak mendengarku. Kau belum pakai seragam. Pada ujian Bola Salju nanti murid-murid diharuskan untuk pakai seragam. Sayangnya, Miss Bailey tak mengatakan apa-apa padaku." Melihat Annie sudah duduk dengan nyaman, ia melanjutkan, "Aku akan memanggil teman-temanmu." Kemudian, wanita itu meninggalkan Annie dengan ketukan sepatunya yang bergema sepanjang lorong kereta. Annie bahkan belum sempat mengetahui namanya. Tak apa, ia pasti akan segera mengetahuinya nanti.

Masalahnya, apa itu tes Bola Salju? Bayangan bola salju raksasa yang menggelinding berkelebat di benaknya. Hanya saja, sekarang adalah musim gugur.