Chereads / this woman is mine / Chapter 6 - Cepatlah Berlalu Waktu

Chapter 6 - Cepatlah Berlalu Waktu

Tak lupa juga aku membelikan pria ini roti dan minuman, setelah menyelesaikan administrasi akupun pergi menjeguknya, dia sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit. aku mendekatinya, perlahan duduk di kursi. tiba-tiba dia berkata padaku,

"Apa kamu sangat takut dengan darah? (dalan mata masih tertutup)

"(Kaget) setannnnnn!, (melihat di sekeliling) ternyata kamu, buat kaget saja.."

" (Membuka mata perlahan-lahan) kenapa tak menjawab pertanyaanku?"

"Aku kaget karena kamu bertanya secara tiba-tiba, tidak bisakah memanggil orang dulu sebelum menudingkan pertanyaan, kamu bertanya kenapa aku tak menjawab?, itu karena otakku tak dapat merespon pertanyaanmu Itu"

"Kalau sekarang bagaimana? apa otakmu sudah meresponnya?"

"Memangnya tadi kamu bertanya?" (mengusap-usap kepalanya)

"Kamu orang yang kedua membuatku mengulangi perkataan yang sama"

"(Kesal) ya sudah, kalau begitu tqk usah bertanya jika tal mau mengulangi perkataanmu"

"Sombong sekali anda, sudah ditolongin sok memerintah lagi, sok arogan lu, huuuuu (berkata dalam hati)"

"Pasang kuping baik-baik aku tak biasa mengulanginya tiga kali, apa kau sangat takut dengan darah?"

"Tidak terlalu, cuman dia jaramg terlihat saja makanya sedikit kaget."

"Apa kamu biasanya berbohong dengan bodoh?"

"Kalau tak puas dengan jawabanku, maka tak usah memintaku untuk menjawabnya,

(bergumang) udah sakit gini aja menyebalkan apalagi kalau sembuh."

"Aku mendengarkan kau berteriak saattanganmu di bersihkan oleh perawat tadi,bahwa seluruh ruangan di eumah sakit ini mendengar teriakkanmu, seluruh badanmu gemeteran saat darah mengalir ditubuhku tadi, apa itu namanya sedikit kaget?

jadi aku menyimpulkan bahwa kamu takut pada darah. Apa salah dengan pernyataanku itu?"

"(Cemburut) pria arogan ini sok tahu lagi, kalau bukan karena aku kasihan tak bakal membawamu dalam keadaan berdarah ke puskesmas, itu berarti aku menjadi mati sendiri (berbicara dalam hati)"

"Kenapa diam saja, apa aku benar?"

"hmmmm, iya kau benar, lalu apa masalahmu? kan sekarang sudah di rumah sakit, lagiaan lukamu juga sudah diobati, lain kali jangan main-main lagi dengan senjata tajam, sudah tahu itu tempat nggak ada orang, malah main senjata tajam. Untung aja nggak mati, kalau mati kan susah juga jadinya".

"Apa cewek bodoh ini benar-benar berpikir bahwa aku tertusuk den senjata sendiri? tapi ku rasa tidak begiti maksud, mungkin dia terlihat bodoh tapi dalam kata-kata ada maksud lain. (dalam hati)"

"Terimakasih sudah menolongku, kau benar, lain kali aku main senjata tajam di tempat yang ramai biar lebih heboh"

"Ku rasa urat malu putus karena luka di perut itu"

"Ngomong-ngomong, bagaimana kamu berbohong pada mereka sampai mereka mau menengani ku segera, kalau dilihat dari luka yang ku alami seharusnya ada prosedur yang harus dilewati dulu?"

"kamu terlalu meremehkan orang lain, ku pikir, dirimu tak pintar dariku. Aku bilang ya.... walaulun badanku terlihat sedikit kecil bukan berarti kemampuann berbohongku dapat di remehkan."

"Aku tak meremehkan kemampuanmu, tapi sedikit rmeragukan iya, aku takut pertanyaan yang kamu berikan tak sama denganku, makanya aku bertanya, apa hari ini kau PMS? bicaramu dari tadi meledak seperti mulutmu di penuhi petasan"

"Tuhan... biarkan aku menjadi malaikat pencabut nyawa saat ini, aku ingin mengambil nyawa manusia tak tahu di untung ini. Ya tuhan, apa aku bisa kembali ke waktu aku bertemu dia, aku ingin melihat pria arogan ini menghembuskan nafasnya dengan mengenaskan. ahhhhhh, tapi itu tidak bisa lagi, bagaimana aku bisa menolong manusia arogan ini. (bicara dalam hati)"