Chereads / Dua Dewa / Chapter 2 - Jatuh Ke Jurang

Chapter 2 - Jatuh Ke Jurang

Shui, melihat Huo berdiri dan berjalan mencari kayu bakar, dengan raut muka yang kesal. Ia pun berinsiatif untuk menambah kekesalan Huo. Ia lalu berteriak.

"GITU DONG, JANGAN ALAY!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, ia bisa melihat Huo yang membanting-membanting kakinya, ia pun tertawa penuh kemenangan.

Lalu ia menunggu Huo datang, di atas pohon. Sesekali ia akan bersiul.

Setengah jam telah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda munculnya Huo dari kejauhan.

Ia lalu melihat kearah bawah dan melihat ikan-ikan predator yang memamerkan giginya. Ikan-ikan itu nampak menjengkelkan di matanya.

Lantas ia turun ke bawah, mengambil batu-batu kerikil dan melemparkannya pada ikan-ikan predator yang masih setia menunggu di danau.

Beberapa saat, ia mulai merasa bosan. Ikan-ikan itu juga bernasib sangat sial. Karena setiap batu kerikil yang di lempar oleh Shui akan langsung mengenai salah satu ikan dan menembus tubuhnya.

Sementara itu di tempat lain. Huo yang sibuk mengumpulkan ranting-ranting kayu, tiba-tiba saja menghentikan aksinya ketika ia mendengar suara sesuatu dari kejauhan.

Rasa penasaran menghampirinya kala itu, ia pun berinisiatif untuk ke arah sumber suara. Kakinya ia gerakkan cepat, hingga dalam hitungan menit ia telah menemukan apa yang ia cari. Namun, alangkah terkejutnya ia dengan apa yang ada di depannya saat ini.

Segera ia berbalik dan melesat cepat menuju tepat dimana ia meninggalkan saudarinya.

Beberapa saat, dirinya telah sampai di sana. Tanpa ba-bi-bu, ia langsung menarik tangan Shui berniat mengajaknya meninggalkan tempat itu.

Sementara Shui merasa aneh dengan tingkah Huo yang datang-datang langsung menarik tangannya. Dengan sigap ia menepis tangan Huo, seraya berucap.

"Apa yang kau lakukan, mana ranting kayu yang ku minta?"

"Shui, tak ada waktu menjelaskan padamu sekarang. Ayo cepat!" Huo kembali menarik tangan Shui.

Kembali Shui menepis pegangan tangan Huo.

"Aku tak mau!"

"Shui, kenapa kau ini begitu keras kepala? Cepatlah ... O-ow!"

Belum selesai menyelesaikan kalimatnya, sesuatu yang di khawatirkan Huo telah datang.

Sekelompok siluman Singa datang menghampiri mereka berdua. Melihat itu, Seketika Shui menjadi panik.

"Kenapa kau tak bilang dari tadi!" bentak Shui.

"Aiis, sudah ku katakan tak ada waktu untuk menjelaskan. Maksudku akan ku jelaskan nanti, saat kita berlari," ucap Huo membela diri.

"Sudah-sudah, tak ada waktu untuk berdebat. Ayo!" Shui berlari duluan meninggalkan Huo.

"Tunggu aku!"

Huo juga berlari mengikuti Shui di belakangnya. Keduanya terus berlari terbirit-birit. Di karenakan singa-singa itu yang semakin mendekati keduanya.

Untuk menghindari masalah yang tak diinginkan, keduanya menambah kecepatan mereka. Hingga beberapa saat keduanya telah hilang.

Merasa sudah aman, Huo dan Shui berhenti tepat di sebuah jurang dengan pemandangan yang mengagumkan nampak di bawah sana.

Pemandangan alam yang mirip dengan negeri dongeng. Pohon yang menjulang tinggi menembus kepulan awan putih. Burung-burung juga nampak terbang kesana-kemari, menari-nari di atas awan tersebut.

"Lihat! Betapa indahnya pemandangan itu," Huo bergumam dengan penuh semangat.

"Kau benar!" balas singkat Shui sembari menghela nafas panjang, menghirup udara yang begitu segar menyentuh paru-parunya.

Lama Mereka duduk di pinggir tebing, sambil sesekali mereka bercerita tentang kehidupan keduanya.

"Shui, apakah kau tahu, aku begitu penasaran dengan siapa sebenarnya kedua orang tua kita." Hou berkata tiba-tiba.

Mendengar perkataan Huo, Shui yang semula memasang wajah sumringah, kini berubah agak murung.

"Entahlah, bahkan sedari kecil, kita tidak pernah tahu siapa mereka. Bahkan aku sempat berpikir bahwa kita berdua dilahirkan oleh batu!"

Huo mengernyitkan kedua alisnya mendengar ucapan Shui, "Batu?"

"Ya, Batu!"

"Batu apa maksudmu?"

"Sudahlah, percuma aku jelasin ke kamu, kau tak akan pernah mengerti," balas Shui ketus.

"Hais!"

Keduanya terus saja bercengkrama, hingga tanpa sadar, waktu telah menunjukkan tanda-tanda kegelapan akan menggantikan posisi Siang.

Kedua bersaudara itu terus saja bertutur kata, hingga Gempa yang sangat dahsyat mengguncang tubuh keduanya.

Kedua anak itu yang tak bisa menyeimbangkan tubuh, pada akhirnya terjatuh kedalam jurang tersebut.