"Salah kau sendiri, siapa suruh pamer status?"
Untuk masalah ini Henig juga kesal. Kesalnya beralasan jelas, dari awal mereka sepakat, yang gak tau mereka suami istri, sampe akhir juga gak usah tau. Orang didesanya aja bisa nyimpan rahasai, kok Dipta gak bisa.
"Jadi menurut lo gue yang salah? Terus dia nanya apa hak gue marah, menurut lo gue harus jawab apa? Dia pasti mikir kita tinggal serumah, terus lo mau dia berpkir yang macam-macam?"
Hening terdiam, gak sejauh itu dia mikir.
Dipta mmelanjutkan, "kalo gue gak masalah, hidup gak pernah mikirin apa kata orang. Tapi lo beda, lo gak terlahir kayak gue. Dan nama baik lo harus gue jaga, dia pasti mikir yang macam-macam, gak mungkin gak. Kalo otaknya jalan, mungkin dia bakal tanya sama ortu lo, tapi kalo gak?"
'Iya juga sih ….' Batin Hening. Tumben otak si Dipta bener, mikir dulu sebelum bertindak. Biasanya juga gak.
"Oh … dan satu lagi. Gue sadar satu hal, lo ngerasa canggung sejak gue meluk lo terus tanpa sadar kita ciuman."