Saat Hening dan yang lain sedang menikmati makan malam mereka, ponsel Hening berdering. Menampilkan nomor baru, dan itu nonor indo.
Kalok disini sekitar jam delapan malam, berarti sekarang di indo berarti sekitar jam dua siang. Tapi ini nomor siapa? Hening mencoba mengingat nomor siapa yang menghubunginya sekarang.
Sampek kepalanya mau pecah pun Hening gak bisa ingat, alhasil dia langsung mengangkat panggilan tersebut. Mana tau penting, pikirnya.
"Halo, Assalamu'alaikum." Sapa Hening begitu panggilang terhubung.
Dipta dan yang lain cuma liat aja, ngawasin. Apa lagi Dipta, matanya udah memicing tajam.
"Speaker!" Perintah Dipta dengan suara pelan tapi masih bisa didengar Hening.
Hening yang lagi gak mau debat langsung menuruti kata pemuda itu.
"Wa'alaikumsalam," jawab si penelpon yang diketahui itu seorang pria.
Tubuh Hening menegang, tentu saja. Karna yang nelpon adalah Dimas. Dia masih hapal bagaimana suara pemuda itu, pemuda yang pernah hadir disetiap doanya.