"Jangan desak aku, beri aku waktu buat ngeyakinin Dipta." Langkah Hening terhenti saat mendengar suara seseorang.
Selesai ngobrol panjang lebar dengan orangtuanya, Hening mendadak lapar. Kalo perut lapar mana bisa tidur, daripada uring-uringan kayak cacing ganti kulit, Hening milih makan tengah malam. Kedamaian lambung adalah kemerdekaan nomor satu dalam hidupnya.
Lambungnya ini ibarat nyona dan dia babunya, kalo lambung sudah berkendak maka dia wakib mematuhinya. Gak perduli jam berapa, kalo lapar ya makan. Itulah konsep hidup Hening selama ini, di perbudak lambung sendiri.
Tapi pas mau menuju dapur, dia mendengar suara seseorang bicara tapi gak kedengaran suara lawan bicaranya. Tadinya, Hening pikir itu hantu tapi langsung mengenyahkan pikiran itu.
Mana mungkin ada hantu dinegara dingin begini, masuk angin yang ada begadang malam-malam apalagi kalo nangkring dipohon, auto demam. Dan lagi kalaupun hantu Hening manalah takut, spontan berjinjit Hening mendekati dapur.