Hening berjalan menuju perabotan lain sambil menunggu Nail memilih barang yang diminatinya. Ternyata pemuda itu memiliki selera tinggi terhadap furniture. Hening gak masalah Nail mau belanja sebanyak apa, wong bukan pake uang dia.
Hening tertarik dengan pot gantung berbahan dasar kayu tapi kesannya kayak keramik gitu. Dipta yang melihat itu langsung menghampirinya, "kalo mau langsung beli, jangan cuma diliatin aja, kayak orang susah."
Hening hanya meliriknya, "emangnya gak boleh cuma liat? Liat bukan berarti minat."
"Muka pengen lo terpampang nyata, bahkan terekam di CCTV, gak malu?" Hening sedikit panik. Dia langsung melihat label harga, dan mengalikannya kedalam bentuk rupiah. Oh … gak lah, harganya pot kayak gini aja tiga puluh jutaan.
Mending uangnya buat renovasi rumah didesa. Kalo potnya begini bunga yang ditanam harus lebih mahal lagi. Masa nanam bunga Raflesia Arnoldi? Gak lah ….
Tanpa mengatakan apapun pada Dipta, Hening mendekati Nail.
**