Hening memperhatikan raut wajah Dipta yang sulit diartikan. Bengong gak tau mikirin apa, Hening ngerasa udah nebuang waktu percuma bicara dengan Dipta.
"Kita gak usah bahas cewe itu lagi, gak penting. Kalo memang kau cinta mati sama dia, perjuangin sampe titik darah pengabisan. Kalo gak mampu jangan mengambing hitamkan orang lain, aku aja gak pernah menyalahkan orang lain atas perbuatan Dimas."
"Kisah cinta bodoh lo itu sama kisah gue beda. Gue dan dia sempat menjalin hubungan, kalo bukan karena perjodohan konyol itu semua ini gak akan terjadi. Gue gak akan terlibat dalam hidup lo begitupun sebaliknya."
Hening memutar jengah bola matanya.
"Apa bedanya? Kau mencintai dia, apa dia juga? Kalo iya mana mungkin dia terima perjodohan itu." Balas Hening yang membuat Dipta menatapnya tajam.